NovelToon NovelToon
Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Pangeran Tampan Itu Dari Dunia Lain

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Cinta Beda Dunia / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:730
Nilai: 5
Nama Author: Worldnamic

Ayla tidak pernah menyangka bahwa hidupnya akan berubah karena sebuah kalung tua yang dilihatnya di etalase toko barang antik di ujung kota. Kalung itu berpendar samar, seolah memancarkan sinar dari dalam. Mata Ayla tertarik pada kilauannya, dan tanpa sadar ia merapatkan tubuhnya ke kaca etalase, tangannya terulur dengan jari-jari menyentuh permukaan kaca yang dingin.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Worldnamic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6: Pintu ke Dimensi Lain

Pagi hari setelah pertempuran melawan Vesper, rombongan Ayla memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Utara, menuju lokasi yang dipercaya sebagai pusat kekuatan Noir. Tapi suasana tidak sama lagi—mereka semua tahu, bahwa apa yang mereka hadapi semalam hanyalah awal dari ancaman yang lebih besar.

Di sela perjalanan, Tuan Eldric membuka sebuah gulungan peta tua yang ia bawa. “Ada sesuatu yang belum kuberitahu,” katanya dengan nada serius. “Menurut legenda kuno, kekuatan Noir tidak sepenuhnya berasal dari dunia ini. Dia mendapatkan kekuatannya dari dimensi lain, yang dikenal sebagai Umbra Dominium. Dimensi itu hanya bisa diakses melalui portal tersembunyi yang tersebar di dunia kita.”

Ayla menatap peta itu dengan penuh minat. “Jadi, jika kita bisa menemukan portal itu, kita bisa menghentikan Noir di sumber kekuatannya?”

“Benar,” jawab Tuan Eldric. “Namun, portal itu dilindungi oleh penjaga kuno—entitas yang tak pernah tunduk pada siapa pun. Untuk membuka portal, kita harus memenuhi syarat yang mereka tetapkan. Dan salah satunya... adalah ujian jiwa.”

Kael mengerutkan dahi. “Ujian jiwa? Apa itu?”

Tuan Eldric menatap Ayla dan Kael secara bergantian. “Setiap orang yang ingin melewati portal harus menghadapi kebenaran terdalam dalam hatinya. Kekuatan sejati tidak hanya datang dari fisik atau sihir, tetapi juga dari keberanian untuk menghadapi sisi tergelap dari diri sendiri.”

Ayla merasa hawa dingin merayapi punggungnya. Ia sudah merasakan ketakutan dan keraguan saat latihan dengan Kael, tetapi ujian seperti ini terdengar jauh lebih menantang.

Saat mereka mendekati lokasi yang ditandai di peta, mereka tiba di sebuah reruntuhan kuno yang dipenuhi simbol-simbol yang bercahaya redup. Reruntuhan itu dikelilingi oleh kabut tebal, menciptakan suasana yang mencekam. Di tengah reruntuhan, berdiri sebuah gerbang batu melengkung dengan permukaan yang berkilauan seperti air. Itu pasti portal ke Umbra Dominium.

Namun, sebelum mereka bisa mendekat, sosok besar muncul dari kabut—sebuah makhluk setengah manusia, setengah bayangan, dengan mata merah yang memancarkan kebencian. “Siapa yang berani mendekati gerbang ini?” suaranya menggema seperti petir.

“Ayla,” Kael berbisik, menarik pedangnya. “Apa pun yang terjadi, aku akan melindungimu.”

Tuan Eldric menghentikan Kael dengan isyarat tangannya. “Ini bukan saatnya bertarung. Penjaga ini hanya akan bergerak jika kita gagal memenuhi syarat.”

Makhluk itu menatap Ayla dengan tajam. “Kau,” katanya dengan suara yang berat, “adalah yang dipilih oleh cahaya dan kegelapan. Apakah kau siap menghadapi jiwamu sendiri untuk membuktikan kelayakanmu?”

Ayla mengangguk, meskipun jantungnya berdegup kencang. “Aku siap.”

Makhluk itu membuka jalan, dan Ayla melangkah ke depan, melewati gerbang. Saat kakinya menyentuh permukaan portal, dunia di sekitarnya berubah. Ia mendapati dirinya berdiri di ruang kosong yang dipenuhi bayangan bergerak. Suara-suara berbisik di sekelilingnya, menyebutkan keraguannya, ketakutannya, dan kesalahan-kesalahan masa lalunya.

“Kenapa kau mencoba menjadi pahlawan?” suara itu mengejek. “Kau hanyalah manusia biasa. Kau akan gagal, seperti yang lainnya.”

Ayla merasakan tubuhnya gemetar, tetapi ia mengingat kata-kata Kael dan Tuan Eldric. Ia mengingat semua pelatihan dan perjuangan yang telah ia lalui. “Aku mungkin takut,” katanya dengan suara yang tegas, “tapi aku tidak akan menyerah. Aku di sini bukan untuk diriku sendiri, tapi untuk melindungi dunia ini dan orang-orang yang aku cintai.”

Bayangan di sekitarnya mulai memudar, tergantikan oleh cahaya lembut yang menyelimuti tubuhnya. Ia merasakan energi baru mengalir dalam dirinya—sebuah kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Ketika Ayla membuka matanya, ia kembali berada di depan portal, dengan Kael dan Tuan Eldric yang menatapnya dengan cemas. “Kau berhasil,” ujar Tuan Eldric, tersenyum lega.

Portal itu bergetar, dan permukaannya berubah menjadi pemandangan lain—sebuah dunia kelam yang penuh dengan bayangan bergerak. Udara dingin keluar dari portal, memberikan firasat tentang bahaya yang menunggu di sisi lain.

Kael menggenggam tangan Ayla dengan erat. “Apa pun yang ada di sana, kita akan menghadapinya bersama.”

Ayla menatap Kael dengan penuh rasa percaya. “Aku tahu. Kita akan melewati ini.”

Mereka melangkah melalui portal, memasuki dunia asing yang dipenuhi kegelapan. Di tempat itu, mereka tahu, kekuatan Noir yang sebenarnya menunggu.

Langkah-langkah Ayla bergema di antara reruntuhan kuno yang dipenuhi kabut. Suara-suara di sekelilingnya menghilang, hanya menyisakan desiran angin yang membawa dingin menusuk. Namun, bukan angin atau reruntuhan yang membuat jantungnya berdegup kencang, melainkan tatapan Kael yang tidak pernah lepas darinya.

“Ayla,” ujar Kael pelan, menariknya berhenti sebelum melangkah lebih jauh ke arah portal. “Aku ingin kau tahu... apa pun yang terjadi di sisi lain, aku tidak akan membiarkanmu menghadapi ini sendirian.”

Ayla menatapnya, bibirnya terbuka sejenak sebelum menutup lagi. Ia tahu Kael serius. Dari setiap tindakan dan kata-kata yang ia tunjukkan sejak mereka bertemu, Ayla tidak pernah meragukan komitmennya. Tetapi ada sesuatu dalam cara Kael berbicara kali ini—seolah-olah ia bersiap untuk menghadapi sesuatu yang jauh lebih besar daripada sekadar Noir.

“Aku percaya padamu, Kael,” kata Ayla akhirnya, suaranya lebih lembut daripada yang ia maksudkan.

Mereka saling berpandangan, dan dunia di sekitar mereka seolah memudar. Seketika, tidak ada reruntuhan, tidak ada kabut, hanya dua jiwa yang saling menguatkan. Dalam tatapan Kael, Ayla menemukan rasa aman yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Tuan Eldric batuk kecil dari belakang, memecah keheningan. “Kalian berdua mungkin ingin melanjutkan momen ini nanti. Portal ini tidak akan terbuka selamanya.”

Kael tersenyum kecil, tetapi tidak melepaskan tatapannya dari Ayla. “Baiklah. Kita lakukan ini bersama.”

Saat Ayla melangkah ke arah portal, ia merasakan tangan Kael menyentuh lengannya, menguatkan langkahnya. Mereka berjalan mendekati permukaan portal yang berkilauan seperti air, dan dunia berubah saat mereka menyentuhnya.

Mereka berdiri di dunia yang sepenuhnya asing. Langit berwarna abu-abu keperakan, dan tanahnya seperti pasir halus yang memantulkan cahaya redup. Angin dingin berhembus, membawa bisikan-bisikan samar yang terdengar seperti nyanyian sedih.

Kael menggenggam tangan Ayla tanpa berkata-kata. Jemarinya yang kokoh menghangatkan tangan Ayla, membuatnya lupa akan rasa dingin yang menyelimuti dunia ini. Ayla tidak menolak. Justru, ia merasa kekuatan yang mengalir dari genggaman Kael memberinya keberanian untuk melangkah.

“Tempat ini...” bisik Ayla, memandangi sekeliling. “Sepertinya hidup, tapi mati di saat yang sama.”

“Ini bukan tempat untuk manusia,” jawab Kael, nadanya penuh waspada. “Kita harus tetap bersama.”

Mereka melangkah lebih jauh, hingga tiba-tiba bayangan-bayangan di sekitar mereka mulai bergerak, menciptakan bentuk-bentuk yang menyerupai sosok manusia. Salah satu bayangan mendekat, berhenti tepat di depan Kael.

“Kebenaranmu,” suara itu terdengar, nyaring namun bergaung, seolah datang dari segala arah. “Jika kau melangkah lebih jauh, kau harus menghadapi kebenaran hatimu.”

Sebelum Kael sempat bereaksi, bayangan itu berubah, memperlihatkan sosok Ayla yang sedang tersenyum padanya, tetapi dengan mata penuh air mata. Sosok itu berbicara, dengan suara yang identik dengan suara Ayla, “Kenapa kau tidak pernah mengatakannya, Kael? Kenapa kau memilih untuk bersembunyi di balik perlindunganmu?”

Kael menatap bayangan itu dengan rahang mengeras. Ayla yang asli berdiri di sampingnya, bingung tetapi tetap diam, memberi Kael ruang untuk menghadapi apa yang harus ia hadapi.

“Aku tidak pernah ingin kau tahu,” kata Kael akhirnya, suaranya rendah tetapi jelas. “Aku tidak ingin kau merasa terikat oleh perasaan ini. Tugasku adalah melindungimu, bukan membebani hatimu.”

Bayangan itu tersenyum sedih. “Tetapi, bukankah ketulusan adalah bagian dari kekuatanmu?”

Kael diam sejenak, sebelum menoleh ke Ayla yang menatapnya dengan bingung. “Ayla, aku tahu ini mungkin bukan saat yang tepat, tapi aku tidak bisa menyembunyikannya lagi. Aku mencintaimu. Bukan karena takdir atau karena aku harus melindungimu. Tapi karena kau adalah alasan aku ingin dunia ini selamat.”

Ayla tertegun, tidak bisa berkata-kata. Suasana di sekitarnya terasa berhenti, dan hanya suara detak jantungnya sendiri yang menggema di telinganya. Kata-kata Kael begitu tulus, begitu sederhana, namun menggetarkan seluruh hatinya.

“Kael...” Ayla akhirnya berbicara, suaranya hampir seperti bisikan. “Aku...”

Namun, sebelum ia bisa melanjutkan, bayangan itu menghilang, digantikan oleh cahaya terang yang memancar dari permukaan tanah.

“Kalian telah lulus ujian pertama,” suara gaib bergema. “Ketulusan dan keberanian untuk mengungkapkan hati adalah langkah pertama menuju kemenangan.”

Ayla dan Kael saling berpandangan, dan kali ini, tidak ada kata-kata yang dibutuhkan. Mereka tahu bahwa momen ini akan mengubah segalanya, baik di dalam hati mereka maupun dalam perjuangan mereka melawan Noir.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan hati yang lebih ringan, tetapi juga dengan kesadaran bahwa perasaan mereka tidak hanya menjadi kekuatan, tetapi juga mungkin kelemahan jika digunakan oleh Noir untuk menghancurkan mereka.

Di bawah langit kelabu dunia asing itu, dua hati menemukan keberanian untuk saling terbuka—sebuah langkah kecil menuju harapan yang lebih besar.

1
Faaabb
Update dong thor, jangan bikin kita mati gaya.
Worldnamic: di tunggu ya, mikirin idenya lama
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!