Pernikahan adalah sebuah janji seumur hidup di mana semoga orang ingin menikah dengan pilihannya sendiri, namun bagi Maura itu adalah sebuah angan-angan saja.
Dia harus menggantikan sang kakak yang kabur di hari pernikahannya, tekanan yang di dapat dari orang tuanya membuat Maura pun menyetujuinya karena dia tidak ingin membuat keluarganya malu.
Pernikahan ini terjadi karena sebuah hutang, di mana orang tuanya hutang begitu besar dengan keluarga calon suaminya itu, sosok pria yang sama sekali tidak Maura ketahui bagaimana wajahnya.
Bahkan selama beberapa kali pertemuan keluarga tidak pernah pria itu menampakkan wajahnya, dari rumor yang di dapat bahwa pria itu berwajah jelek sehingga tidak berani untuk menampakkan wajahnya, itu juga salah satu alasan sang Kaka memilih kabur di hari-h pernikahannya dan harus menumbalkan sang adik yaitu Maura.
Bagaimana kelanjutannya???
Yukkk kepoin cerita nya.
NB: Kalau ada typo boleh komen ya biar bisa di perbaiki
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lala_syalala, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5_Malam Pertama Yang Sia-sia
Malam harinya semua orang sudah datang, mereka tinggal menunggu pengantin nya yang nanti akan jalan bersama menuju ke pelaminan.
Teman teman Bara hadir, kolega-kolega bisnis juga hadir, karena memang mama Wina menyelenggarakan acara ini dengan mewah dan megah nya, namun tetap pernikahan ini hanya orang orang tertentu saja yang tahu.
"Ayo." ucap Bara dengan nada cuek dan dinginnya sambil menarik tangan Maura untuk segera ke tempat acara karena dari tadi mama nya terus menyuruh mereka agar segera datang.
"Iya mas, sebentar." ucap Maura dengan mengubah nama panggilan untuk suaminya menjadi mas, karena bagaimana pun dia harus sopan kepada kepala keluarga nya itu.
Akhirnya mereka berdua pun sampai dan acara di mulai, Maura dan Bara berjalan berdampingan di karpet merah yang memang sudah di sediakan di sana.
Semua orang menyambut kedatangan raja dan ratu satu hari tersebut, Maura begitu cantik dengan aura yang sangat elegan, bahkan sahabat-sahabat Bara dan rekan bisnis nya terpesona dengan kecantikan istri dari Bara.
Sampai di acara salam salaman, semua orang berlomba-lomba untuk naik ke atas pelaminan untuk menjabat tangan Bara.
"Wih pengantin baru nih, awas dihajar habis-habisan sama Bara." ucap Xavi salah satu sahabat Bara.
Entah mengapa Bara merasa kesal saat Xavi berdekatan dengan Maura, apa lagi sampai berbisik-bisik, apakah Bara cemburu? tidak mungkin bahkan Bara baru pertama kali bertemu dengan wanita yang sekarang ini menjadi istrinya itu tadi waktu akad nikah.
Hampir jam sepuluh malam dan acara resepsi baru saja selesai, Bara melihat wanita cantik di sampingnya itu sedang duduk sambil memijat kakinya yang Bara yakini dia kelelahan, bagaimana tidak lelah jika harus berdiri hampir empat jam apa lagi menggunakan heels yang cukup tinggi.
"Capek?" tanya Bara yang tiba-tiba duduk di kursi pelaminan di samping Maura.
"I... Iya," jawab Maura dengan sedikit gugup, karena jujur Maura merasa aura Bara sang suami begitu kuat hingga membuat dia ketakutan.
"Lepaskan saja heels mu dan saya turun ke orang tua." ucap Bara.
Namun Maura tidak mengindahkan tutur kata suaminya, hal itu membuat Bara menahan kesal.
Dia pun jongkok dan langsung meraih pergelangan kaki sang istri untuk melepaskan heels yang cukup menyiksa itu, sedangkan tindakan Bara tadi membuat Maura terlonjak kaget.
"Ayo turun." ajak Bara setelah heels yang di pakai oleh Maura terlepas dan berpindah ke tangan sang suami.
Akhirnya Bara dan maura pun turun menghampiri para keluarga yang sedang asyik mengobrol, Maura mencari keberadaan orang tua nya namun sayang dia sama sekali tidak menemukannya.
'Mama sama papa kemana ya kok gak ada?' tahtanya dalam hati.
"Cie ada pengantin baru nih." goda Bianca sang adik setelah kakak dan kakak iparnya itu datang.
"Bianca jangan gitu, lihat tuh muka kakak ipar mu yang cantik ini jadi merah." seru mama Wina menimpali ucapan sang anak.
"Sayang kamu pasti capek, kamu istirahat aja ya ke kamar." pinta mama Wina kepada sang menantu dengan lembut.
Namun Maura hanya dia sambil matanya sesekali melihat di sekitar yang sudah tampak sepi karena para undangan sudah pergi.
"Kamu kenapa hm? Cari orang tua kamu? tadi mereka izin pamit karena ada acara, katanya udah bilang sama kamu." ucap mama Wina membuat hati Maura sedih.
Bahkan di hari terakhir saat mereka akan berpisah karena Maura harus ikut suaminya saja orang tua nya sama sekali tidak memberikan kata kata perpisahan membuat hati Maura sedih.
"Bara bawa istri kamu ke kamar ya, jangan lupa buatkan mama cucu yang cantik atau tampan." ucap mama Wina di akhiri dengan bisikan kepada sang anak, namun gak itu masih Maura dengar hingga membuat dia malu sendiri.
Sampai di kamar hotel Maura pun ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, sayangnya dia kesulitan untuk membuka resleting gaun yang begitu menyiksa ini.
"Aduh ini kenapa gak bisa di buka sih, masa akan minta tolong mas Bara buat bukain ini." seru nya dengan bimbang.
Namun jika seperti ini terus maka dia tidak ada bisa membuka gaun nya, bahkan bisa membuat gaun tersebut rusak nantinya.
Akhirnya mau Tidka mau Maura pun harus meminta bantuan sang suami karena dia sudah ingin segera bersih bersih.
CEKLEK
Maura mengeluarkan kepalanya mencari keberadaan sang suami yang ternyata berada di sofa kamar tersebut sambil memejamkan matanya.
"Ada apa?" tanya Bara yang masih dalam posisi nya dengan tangan nya berada di dahinya.
"Hm saya kesusahan buka gaun ini, bisakah mas membantu saya?" pinta Maura dengan sopan.
"Ck." deru nya namun Bara tetap bangun dari tidurnya dan menuju ke arah Maura.
Sampai di kamar mandi bawa membantu Maura membukakan resleting gaun tersebut, bohong kalau Bara Tidka tergoda, dia sebagai seorang pria normal melihat punggung istri nya saja membuat dia panas dingin.
"Segera bersihkan diri mu dan istirahat karena saya harus keluar sebentar." ucap Bara kemudian meninggalkan kamar hotel tersebut untuk sekedar mencari udara dingin.
Setelah setengah jam Maura bergelut dengan make up dan berendam di air hanya yang membuat tubuh Maura rileks itu, dia pun keluar dengan wajah tampak segar natural, mungkin jika Bara melihat hal tersebut imannya akan tergoda.
"Capek banget ya tuhan." seru Maura kemudian berbaring di kasur empuk yang belum pernah dia tiduri.
Biasa nya dia hanya tidur di kasur busa, bahkan bukan springbed seperti sang kakak yang menggunakan springbed empuk untuk tidurnya.
Tanpa Maura sadari dirinya pun mulai terlelap dalam mimpi tanpa menunggu kedatangan suaminya, atau bahkan dia sampai melupakan bahwa sekarang dia sudah punya suami.
kasihan sekali bukan di malam pertama tadi dia malah ditinggal sendirian.
Sedangkan Bara memilih untuk menghampiri para sahabatnya yang masih berada di ballroom tempat resepsi tadi di selenggarakan.
"Loh loh kok pengantin baru keluar sih, ini udah malem loh, gak mau menunaikan ibadah nih." goda David sahabat Bara yang cukup tengil itu.
"Malam pertama yang sia-sia." seru David lagi karena tidak mendapatkan respon dari sahabatnya itu, walau sedikit ngeri kalau Bara memberikan tatapan tajam ke arah dirinya.
"Bar kenapa ke sini? terus istri lo, lo tinggal gitu aja?" tanya Soni salah satu sahabat Bara yang cukup waras, sikapnya sebelas dua belas dengan Bara namun lebih parah Bara.
"Gw mau ngomong sama kalian, besok gw bakalan ada pertemuan dengan pak jeriko." seru Bara yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari para sahabatnya.
"Lah bukannya om Brian gak setuju kalau perusahaan nya kerja sama sama perusahaan si tukang sabotase itu!" seru sandi yang juga sekaligus karyawan di perusahan milih papa Brian, lebih tepatnya tim pengembang dan sekaligus orang kepercayaan dari papa Brian.
"Gw cuma mau tes aja, dia belum tahu bakalan berhadapan dengan siapa." ucap Bara dengan begitu meremehkan sekali.
.
.
Bersambung.....
.bìar cpt jd dan segera launcing bara junior