Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nafsu dan Cinta
Gunung Halimun...
" Brengsek kalian! membawa 1 orang gadis saja kalian tidak becus! " Hardik seorang pria yang berperawakan tinggi tegap dengan mengenakan ikat kepala yang terbuat dari kulit, dengan berpakaian serba hitam.
" Maafkan kami ketua, tapi anak muda itu cukup sakti ketua! " Mereka berbicara dengan tetap bersimpuh hormat dihadapan pria itu tegap itu.
" Apa yang membuat dia sakti? hah!! Bikin malu perguruan kunai sakti saja kalian!! "
" Dengan totokan yang sangat cepat membuat kami ber 6 seketika tidak mampu bergerak, 4 orang lainnya terkulai tak sadarkan diri, bukan itu saja ketua, dia menyuarakan kidung syair, sungguh itu sangat terasa sakit ditelinga ketua mendengar kidung itu, sampai telinga kami mengeluarkan darah. "
" Kidung syair? " Pria yang disebut ketua oleh mereka terlihat sedang memikirkan sesuatu.
" Baladewa tidak tidak pernah kalah dalam pertarungan dengan siapa pun, apalagi menghadapi anak kemarin sore. " Ujarnya kembali dengan pongah, ternyata pria yang disebut ketua itu bernama Baladewa.
" Badri!!! " Teriaknya lagi kesalahan satu dari 10 orang pria bertopeng itu, ternyata yang menjadi ketua dari mereka itu bernama Badri.
" Siap ketua!! "
" Aku seperti punya gelagat kalau pemuda itu akan berhasil menemukan tempat persembunyian kita, suruh semua yang ada bersiap siap!!. " Perintah baladewa.
" Aku ingin tahu sejauh mana kehebatan anak itu. " Gumam Baladewa.
" Baik ketua, kalau begitu kami pamit undur diri dari hadapan ketua. " Ucap Badri dengan sikap simpuh dengan kedua telapak tangan nya dirapatkan sedikit kedepan.
Baladewa hanya menggerakkan lengannya seperti sebuah kibasan, lalu mereka pun pergi dari hadapan Baladewa.
" Tejo! Antar aku ke kota untuk menemui Sebastian kaki tangan Federico. Aku harus melaporkan hal ini dengan segera. Kalau tidak aku tidak akan mendapatkan sepeserpun dari Federico. "
" Baik ketua. " Pria yang disebut tejo sedikit membungkukkan badan, setelah itu pergi untuk menyiapkan mobil.
Baladewa lalu mengganti pakaian pada umumnya, ikat kepala dia tutup dengan topi ala koboi. Dia tidak ingin menjadi pusat perhatian dengan mengenai celana pangsi hitam dengan pakaian dengan bahan yang sama berwarna hitam.
" Kendaraan sudah siap ketua. " Ucap Tejo setelah kembali dihadapan Baladewa.
" Hhhmm. " Respon Baladewa, dengan tatapan angkuhnya. Kemudian dia mengikuti Tejo menuju mobil yang sudah disiapkan didepan sebuah gua. Mobil itu dititipkan di area pintu pendakian pos satu.
Baladewa dengan ditemani Tejo berangkat ke ibukota, sebenarnya bisa saja menghubungi Sebastian melalui telepon, namun perihal penting ini harus disampaikan langsung.
4 hari kemudian...
Deretan tenda berjejer dengan rapih, bersama itu penerangan lampu yang memang sudah disediakan oleh pengelola dikawasan itu, membuat satu titik dideretan tenda menjadi terang walau hanya cahaya lampu itu berwarna kekuningan, ditengah tenda tenda mereka menyala api unggun yang baru saja dinyalakan.
Wilona dan teman teman sekolahnya sedang mengadakan camp sebagai perpisahan sekolah, ada pemuda berwajah tampan yang menyenderkan punggungnya pada sebuah pohon tidak jauh dari tenda tenda mereka, satu tenda berukuran sedang sudah terpasang disamping pemuda tampan itu.
Tak ada yang tahu jika saat ini Wilona dalam pengawalan seseorang pemuda berwajah tampan itu. Rangga sendiri yang mengusulkan hal itu, karena tidak ingin membuat beberapa teman temannya merasa risih, sejak percobaan penculikan kemarin, dalam hal ini Rangga lebih waspada lagi dalam melindungi Wilona.
" Sejujurnya ini lebih menyakitkan dibandingkan melihat Berliana sedang bercinta dengan si brengsek Adrian kemarin. " Gerutu pemuda tampan itu.
Pandangan pemuda itu terarah ke sekumpulan muda mudi yang mengelilingi api unggun itu, mereka ada yang tertawa lepas, ada yang sedang memainkan gitar, ada juga yang terlihat sedang membakar seafood, bulgogi, dakkochi, daging sapi grill dan lain lain.
Pemuda tampan itu tak lain adalah Rangga yang memang sudah berjanji untuk mengawal Wilona saat melaksanakan camp, Wilona sendiri terlihat sedang bercanda dengan sejumlah teman temannya. Dia tak ingin membuat Rangga cemburu dengan melihatnya bercanda dengan teman laki laki. Yang sebenarnya juga dalam hatinya merasa kasihan dengan Rangga yang tengah menjaganya itu.
Setelah dipastikan semua aman Rangga pun menuju sebuah kompor mini portable, kemudian menaruh panci portable diatasnya, lalu menyalakan kompor itu, untuk sedikit menghilangkan kantuk dan rasa dingin, Rangga berniat membuat kopi instan.
Setelah kopi itu sudah selesai diseduh, lalu Rangga meletakkannya pada meja lipat yang berada dihadapannya, Rangga kemudian duduk dikursi lipat seraya pandangan tetap mengarah kearah deretan tenda itu.
Kemudian Rangga membuka tasnya mengeluarkan beberapa snack yang dibawanya, untuk makan Wilona sudah berjanji akan mengantarkan ketendanya.
10 menit berlalu, terlihat Wilona menuju tenda Rangga, dengan membawa satu piring beberapa jenis makanan yang sudah dipanggang tadi.
" Terima kasih ya, kamu sudah menjagaku disini. " Ucap Wilona setelah meletakan piring itu dimeja lipat. Senyum yang terlihat samar karena cahaya yang redup, tapi masih terlihat sangat manis. Rangga hanya membalas dengan anggukan seraya membalas senyuman Wilona.
Wilona terlihat meluruskan tangannya dengan punggung yang sedikit membungkuk, seperti sedang melakukan peregangan. Rangga tahu jika Wilona sedikit kedinginan malam ini. Terlihat sesekali mengusap usap telapak tangannya.
" Aku hanya sedang melaksanakan perjanjian denganmu bukan, jadi sungguh ini bukan sebuah masalah. Apa ada yang mengetahui kamu kesini? " Rangga berusaha menutupi ketidaknyamanan dirinya. Bagaimana pun tak ingin membuat Wilona kecewa dengan dirinya melakukan ini karena terpaksa. Walau dihatinya mulai jatuh hati pada Wilona, tapi merasa sendiri sedangkan Wilona terlihat bersenang senang disana, sedikit mengganggu pikirannya.
" Apa hanya itu? Sepertinya tidak ada. " Wilona menatap wajah Rangga dengan dagu menempel pada kedua telapak tangannya.
" Hhhmmm apa aku harus mengatakan selain itu? " Rangga membalas tatapan Wilona, Rangga hanya tak berharap yang muncul dihatinya bukanlah cinta yang tulus, tapi nafsu yang mengungkung jiwanya, ingin memiliki dengan rasa cinta itu lebih diinginkan, memberi rasa sayang yang tulus, dibandingkan ingin memiliki karena nafsu, itu hanya akan berlalu dalam sekejap saja.
Walau Rangga setiap mencintai wanita itu selalu tulus, tapi Rangga hanya ingin memastikan dihatinya itu sebuah perasaan tulus pada Wilona, bukan karena melihat gadis didepannya itu terlihat sempurna dan cantik. karena dia baru saja mengenal Wilona.
" Maybe.. "
" Kadang aku tak percaya pada diriku sendiri, perasaan yang begitu saja ada, hanya dengan hitungan detik, karena aku ingin membahagiakan dengan ketulusan. Bukan karena nafsu semata. "
" Kenapa bisa begitu? " Tatapan itu semakin lekat mengarah ke wajah Rangga.
" Nafsu dan cinta itu pasti selalu berdampingan, hanya saja keduanya terlihat samar, laki laki selalu disinggahi oleh khayalan fantasi yang begitu hebat. Padahal cintanya itu lebih deras dari hujan yang turun. Jika saja alunan fantasi diotak itu lebih besar dari derasnya hujan yang turun, dia akan pergi saat hujan itu reda, tapi jika saja alunan fantasi diotak itu lebih kecil dari derasnya hujan yang turun, dia akan tetap ada walau hujan itu sudah reda, Karena fantasi yang hebat itu mungkin sudah tidak ada, akhirnya tetap ada dengan rasa sayang bukan lagi cinta. Cinta dan sayang adalah dua perasaan yang berbeda. Namun keduanya merupakan bentuk yang positif. Perbedaan cinta dan sayang bisa dilihat dari beberapa hal, stabilitas, tumbuh kembang, dorongan, relasi dan rasa rindu. Orang yang mencintai seseorang biasanya akan sulit menghadapi rindu, sedangkan rasa rindu yang berdasarkan kasih sayang dia akan memakluminya. Aku hanya sedang meyakini kalau yang ada saat ini apa sudah ditahap sayang? " Rangga berkata cukup panjang lebar.
" Hhhmmm apa kamu ingin berdansa denganku? " Wilona kemudian bangkit. Menarik tangan Rangga untuk berdiri, kemudian dia menghidupkan speaker bluetooth, setelah tersambung ke handphone Wilona memutar lagu two feet, love is a bitch.
Seiring dengan alunan lagu itu, perlahan tubuh Wilona bergerak mengalun seiring dengan irama lagu, Rangga hanya mengikuti arahan tangan Wilona, hingga kedua dahi mereka menyatu dengan satu lengan saling menggenggam terlihat diluruskan, satu lengannya disamping pinggang mereka dengan terus bergerak mengikuti alunan musik.
Degup jantung keduanya mulai terasa kencang, bersama desiran hasrat yang menggelora seiring lagu yang terdengar dengan irama music rock elektronik yang mengalun eksotis.
Wilona semakin tak kuasa melawan hasratnya yang mulai menggebu gebu, ketika tangan yang saling menggenggam tadi, merayap pelan diantara lekukan tubuh Rangga yang kekar itu, dia ingin merasakan kerasnya otot yang dimiliki oleh Rangga, karena sentuhan Wilona itu Rangga pun tak kuasa melawan hasratnya, dia mendekap Wilona erat hingga tak ada jarak lagi diantara mereka.
Sejurus dengan itu Rangga dengan cepat melumat bibir Wilona yang terlihat ranum, mendapat serangan secara tiba tiba Wilona pun sedikit membuka mulutnya, sehingga kedua bibir mereka saling berciuman, sungguh perlakuan itu membuat darah yang mengalir ditubuhnya berdesir cepat.
Deru nafas mereka semakin kencang, tangan Wilona mulai kembali menjelajah tubuh kekar Rangga, hingga tanpa sadar tangannya menyentuh inti pusat tubuh Rangga yang sudah mengeras dibalik celananya itu, jantungnya kian berdebat saat WIlona bisa merasakan betapa ukuran itu sangat keras dan besar, Rangga dibuat semakin mabuk kepayang, hingga tangan yang tengah memegang pinggul Wilona mulai merayap, alunan musik two feet masih terdengar.
Tapi saat tangan Rangga sudah di dua bukit kembar yang masih terbungkus itu dengan cepat Rangga mendorong pelan tubuh Wilona. Cintanya yang tulus menyadarkan dirinya, jika hal ini tidak pantas dilakukan kepada gadis baik dan suci seperti Wilona.
" Sungguh aku tidak bisa melakukan ini padamu, Wilona. " Rangga berucap setelah itu dengan nafas yang masih memburu, begitu juga dengan Wilona yang mengatur nafasnya mencoba untuk kembali normal.
" Aku tak ingin merusak mu Wilona! " Lagi ucapan Rangga dengan penuh penekanan dengan tatapan masih mengarah kearah Wilona, nafasnya yang masih terlihat memburu sedang berusaha dikendalikan olehnya, lalu Rangga membanting sedikit kasar pantatnya ke kursi lipat tadi, terlihat kedua tangannya mengepal, melawan segala nafsu dan syahwatnya yang membuncah, bagaimana pun Rangga tak ingin melakukan lebih jauh lagi, walau semua hasrat itu sudah di ubun ubun sebelum dirinya bisa menikah dengan Wilona.
Perlahan Wilona berjalan kearah Rangga, lalu berjongkok didepan Rangga.
" Aku semakin yakin kalau semua yang ada didalam diri kamu adalah ketulusan, kamu tak perlu berkata kata lagi dan aku sekarang percaya kamu sepenuhnya. " Wilona yang tengah berjongkok didepan Rangga menatap wajah Rangga sedikit menengadah.
Aku minta maaf Wilona. " Rangga mengusap punggung tangan Wilona.
" Kamu tidak perlu meminta maaf Rangga, tadi aku hanya ingin sedikit membuktikan apa yang ada diri kamu saat ini padaku itu cinta atau nafsu semata. Dan aku sudah bisa tahu kalau semua itu ketulusan, aku pun tadi merasa terbuai hampir tak terkontrol, untungnya kamu bisa mengontrol diri, kamu mampu bertahan untuk tidak merusak diriku. Terima kasih untuk itu ya. "
" Aku menyayangimu Wilona. " Nafasnya mulai terlihat normal
" Aku juga Rangga, sangat menyayangimu, kamu yang akan selalu melindungi aku. "
" Kalau begitu kamu kembali ke tenda ya, aku akan menjagamu dari sini.
" Cium " Wilona memajukan bibirnya.
Cup
Sebuah kecupan bukan lagi lumatan mendarat dibibir Wilona.
" Dadahhh... Muachh. "
" Dadahh.. "
" Mana cium jauhnya.. " Rangga menggelengkan kepalanya walau akhirnya.
" Muahhh.. "
Setelah itu dia pun melangkah kembali menuju tendanya.