Hidupku hancur, setelah pernikahan keduaku diketahui oleh istriku, aku sengaja melakukan hal itu, karena aku masih mencintainya. Harta yang selama ini kukumpulkan selama 10 tahun. Lanhsunh diambil oleh istriku tanpa tersisa satu pun. Lebih parahnya lagi, aku dilarang menafkahi istri siri dan juga anak tiriku menggunakan harta bersama. Akibatnya, aku kembali hidup miskin setelah mendapatkan karma bertubi-tubi. Kini aku selalu hidup dengan semua kehancuran karena ulahku sendiri, andai waktu bisa ku ulang. Aku tidak pernah melakukan kesalahan yang fatal untuk pernikahanku.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Minami Itsuki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 32 KEDATANGAN DANU DAN RAHMA
"Ngomong-ngomong, Eneng ini siapa ya? Kok bisa kenal sama teman saya ini." sebelum menjawab pertanyaan teman Siti. Siska sempat tersenyum jail. Membuat tubuh Siti semakin tegang. Ia begitu takut jika anaknya adalah seorang pelakor.
"Kenalkan, nama saya Siska Maharani. Kedatangan saya ke sini, karena ada perlu sama ibu Siti."
"Keperluan apa ya?" Tanpa sadar Siti langsung memukul pundak temanya dengan keras, membuat temanya meringis menahan sakit.
"Apaan sih! Kenapa pundak gue elu pukul!"
"Enggak usah kepo sama urusan orang! Mending kalian semua pulang!"
"Elo kenapa sih! Dari tadi gue perhatiin diem aja. Padahal ada tamu di rumah lo. Seenggaknya kasih dia minum kek. Jangan diem aja kaya patung!"
"Berisik! Mau kasih minum kek, mau enggak! Itu urusan gue!" Siti kembali menatap Siska tajam, ia kesal karena kedatangan dirinya membuat dia semakin gusar.
"Dan kamu! Mau apa kamu ke sini, memangnya kamu kenal sama saya? Buat apa kamu datang menemui saya?!" tanyanya geram, ia ingin sekali mengusir Siska yang sudah mengusik hidupnya.
"Saya sengaja datang ke sini, untuk mengambil hak saya yang ada di ibu Siti."
"Apa maksud kamu? Hak yang mana? Lagi pula saya enggak kenal kamu, jangan seenaknya bicara ya, lebih baik kamu pulang, jangan injakan kaki di rumah saya."
"Saya akan pulang, tapi saya harus membawa milik saya dulu."
"Saya enggak paham maksud perkataan kamu, jangan buat keributan di sini!" cecar Siti, emosinya sudah tidak bisa dikendalikan lagi. Ia ingin sekali membuat Siska angkat kaki. Sebelum teman-temannya mengetahui kebusukan dirinya. Karena telah mengajarkan anaknya untuk menjadi seorang pelakor.
"Kalau begitu saya akan mengambil motor milik Bu Siti. Sekaligus uang yang sudah dipakai oleh Bu Siti selama 1 tahun lamanya." Dalam sekejab Siti terkejut dengan perkataan Siska. Begitu juga dengan ibu-ibu yang lain.
"Untuk apa kamu ambil motor saya? Lalu uang apa yang kamu maksud? Kamu jangan mengada-ngada ya! Motor ini milik saya! Kamu enggak berhak mengambilnya. Memangnya kamu tukang lesing, seenak jidat mengambil motor yang diberikan mantu saya!"
"Kalau Ibu tidak mau memberikan motor dan uang yang sudah anda pakai. Maka akan saya bongkar kebusukan ibu di depan teman-teman. Agar mereka tahu bagaimana kelakuan anak ibu selama ini."
"Kamu--" Siti menunjuk Siska dengan jari telunjuknya, tangannya sedikit bergetar. Matanya terus menatap tajam, bahkan deru napasnya terlihat naik turun. Bahkan aura kemarahannya sangat terlihat.
"Lebih baik ibu serahkan dua motor itu sama saya baik-baik, begitu juga dengan sejumlah uang kepada saya. Sebelum rahasia ibu terbongkar."
"Enggak, saya enggak mau kasih kamu motor . Itu milik saya!" teriak Siti tak terkendali. Teman-temannya pun heran melihat Siti bak kesetanan. "PERGI KAMU! PERGI! ATAU SAYA PUKUL KAMU PAKAI BALOK!"
"Eh, Siti! Elu kenapa? Kok jadi kaya orang kesurupan? Coba tenang dulu, ini sebenarnya elo kenapa?"
"Kalian semua nggak usah ngurusin gua, mending kalian pulang jangan ikut campur!" Siska yang melihat kemarahan Siti terpaksa harus melakukan penekanan agar kedua motor itu bisa Ia bawa pergi secepat mungkin. Begitu juga dengan uang yang mereka pakai Siska juga sudah membawa bukti-bukti kuat.
"Sepertinya Ibu Siti sudah tidak bisa dibicarakan baik-baik. Padahal saya datang ke sini dengan keadaan damai. Tapi karena Bu Siti terlalu keras kepala terpaksa saya harus mengeluarkan semua bukti kepada semua orang yang ada di sini untuk menjadi saksi."
"Jangan kurang ajar kamu! Seharusnya kamu intropeksi diri. Kenapa anak saya bisa menikahi suami kamu!" tanpa Siti sadari dirinya keceplosan. Ia baru sadar bahwa rahasia yang ia simpan malah terbongkar tanpa sengaja buru-buru ia menutup mulutnya. Siska langsung tersenyum sinis. Iya tidak menyangka bahwa rahasia yang sudah Siti terbongkar dengan sendirinya tanpa harus ia bongkar.
"Barusan lu ngomong apa?"tanya teman Siti penasaran memastikan bahwa mereka tidak salah dengar.
" Gue nggak ngomong apa-apa kok! Lu semua salah dengar kali, maksud gua bukan seperti itu kok."
"Kita nggak salah dengar, omongan yang tadi benar-benar terdengar jelas. Apa maksud perkataan lo kalau anak lu menikahi suami dia!"
"Gua bilang Kalian salah dengar, mana mungkin anak perempuan gue nikah sama suami orang, jelas-jelas dia nikah sama bujangan, lu harus percaya sama perkataan gue, lu semua tahu kan gue nggak pernah bohong!" Walaupun Siti Berusaha menjelaskan atau mengelak tentang ucapannya, terlihat wajah teman-temannya sedikit tidak percaya, pasalnya semua orang yang ada di kampung ini mengetahui bagaimana sikap Siti waktu dia muda dulu.
"Siti, jangan bilang kalau elo ngajarin si Rahma jadi pelakor di rumah tangga orang."
"Jangan fitnah ya, mana buktinya kalau anak gue nikah sama laki orang! Rahma itu cantik pinter, mandiri. Masa nikah sama laki orang! Enggak level." Mendengar penuturan Siti membuat perut Siska tergelitik, ia merasa jijik mendengar Siti memuji anaknya yang terlalu berlebihan.
"Coba kita tanya saja sama dia." Di saat teman-temannya ingin bertanya kepada Siska. Siti langsung panik tak karuan.
"Jangan! Buat apa kalian tanya sama orang asing!"
"Bu, Siti. Sebenarnya saya tidak mempunyai cukup waktu yang banyak untuk meladeni anda, lebih baik kedua motor itu beserta dengan uang yang sudah anda pakai kembalikan kepada saya atau ..."
"Atau apa? Kamu mau mencoba mengancam saya? Kamu pikir saya takut sama kamu." tantang Siti begitu angkuh. Dia tidak tahu saja. Siapa yang ia hadapi saat ini.
Saat Siska kembali berkata, ia melihat ada sebuah mobil yang sudah masuk ke dalam pekarangan rumah Siti. Siska sempat terpaku melihat mobil yang masuk, ternyata mobil itu milik suaminya. Siska yakin pasti suaminya tengah berduaan dengan Rahma.
Dan benar saja, ketika mereka berdua turun dari mobil tatapan mereka begitu kaget karena sudah banyak orang berkumpul di depan rumahnya. Buru-buru Rahma langsung menghampiri ibunya, ia tidak sadar bahwa di sini ada kakak madunya. Begitu juga dengan Danu yang tidak sadar ada istrinya karena terlalu fokus dengan gerombolan ibu-ibu.
"Bu, ada apa ini? Kenapa semua orang berkumpul di rumah kita?" tanya Rahma begitu panik apalagi melihat penampilan ibunya seperti orang yang tengah marah besar. Siti langsung menatap tajam ke arah Siska yang masih diam berdiri dengan sikap santainya lalu menunjuk jarinya ke arahnya.
"Itu semua gara-gara wanita asing itu, dia datang ke sini mencari gara-gara dan ingin mengambil motor ibu dan juga uang yang sudah kita pakai dia bilang kalau semua itu adalah dia!" Rahma langsung menoleh ke arah yang ibunya tunjuk, ketika matanya berhasil melihat Siska ia langsung terbelalak bahkan mulutnya terbuka lebar Begitu juga dengan Danu yang baru sadar bahwa istrinya ada di sini.
"Mbak Siska, kok kamu... "
menceritakan wanita kuat.
recommended banget
bodoh yg berkepanjangan sekarang rasakan akibatnya