Salma seorang guru TK, menikah dengan Rama seorang duda dengan satu anak. Setahun lebih menikah kehidupan keduanya harmonis dan bahagia. Apalagi Rama adalah cinta pertamanya saat SMA.
Namun, kenyataan bahwa sang suami menikahinya hanya demi Faisal, anak Rama dengan mantan istrinya yang juga merupakan anak didiknya di tempatnya mengajar, membuat semuanya berubah.
Akankah Salma bertahan di saat ia tahu suaminya masih mencintai mantan istrinya yang datang lagi ke kehidupan mereka?
IG: sasaalkhansa
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sasa Al Khansa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SIUA 31 Pulang Terlambat
Sebatas Ibu Untuk Anakmu (31)
" Bagaimana denganmu, Tari?," tanya Om Bagus pada istrinya. " Jangan sampai kamu melakukan hal yang sama seperti Kak Indah." Om Bagus menatap tajam istrinya.
" Aku memberikan uang yang kamu minta aku kirimkan pada Kak Ica." Jawabnya. " Tapi...." Ucapannya menggantung.
" Tapi, apa?,"
💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞💞
" Aku hanya memberikan sebagian." jawabnya sambil menundukkan kepalanya.
Flashback end
" Aku minta maaf,kak." Ucap Indah.
" Aku juga" timpal Tari.
Keduanya memberanikan diri meminta maaf. Bukan semata-mata karena merasa bersalah. Namun, juga karena takut untuk di ceraikan.
Keduanya sangat mencintai suami mereka masing-masing. Sehingga, khawatir juga baik Om Bagas dan Om Bagus akan merealisasikan ancamannya. Apalagi, ini kali pertama suami mereka marah besar.
Selama ini mereka tidak berpikir apa yang mereka lakukan akan memancing kemarahan besar. Karena keduanya jarang sekali marah bahkan tidak pernah. Paling hanya mendiamkan. Tidak sampai mengancam untuk menceraikan.
Semua yang hadir yang pernah melakukan kesalahan baik pada Bu Marisa ataupun Rama pun meminta maaf.
" Sudah. Tidak perlu di bahas lagi. Kita lupakan masalah ini." Bu Marisa menengahi. Sudah cukup mereka meminta maaf.
" Terimakasih, kakak sudah mau memafkan kami."
Rama hanya diam. Tak ingin menimpali.
" Ini, Kak. Terimalah." Om Bagas meletakkan sebuah kartu ATM di atas meja.
" Apa maksudnya ini?," Bu Marisa tidak langsung mengambil kartu yang di sodorkan kepadanya.
" Selama beberapa tahun ini, aku menitipkan uang untuk diberikan kepada kakak. Tapi, Indah tidak memberikannya. Ini hak kakak. Aku mengembalikannya." Jelas Om Bagas.
Rama ingin bicara. Tapi, Salma langsung menghentikan niatnya.
" Ambillah kembali. Berikan saja pada anak dan istrimu."
...******...
Salma sibuk memasak makanan kesukaan suaminya. Tadi, setelah selesai dari rumah mertuanya, Rama mengantarkan Salma ke rumah mereka.
"Aku mau hadiah yang spesial malam ini"
Salma hanya tersipu malu mengingat ucapan suaminya siang tadi. Jelas sudah hadiah apa yang di inginkan oleh suaminya itu.
Bersyukur, saat tadi ia dan suaminya ke rumah Bu Marisa, Ical sedang berada di rumah tetangga Bu Marisa. Ical sedang bermain dengan Leon, anak laki-laki yang seusia dengannya.
Bahkan, sampai keduanya pulang pun, Ical masih anteng bermain. Sehingga keduanya bisa pulang dengan tenang dan Rama bisa menagih janji istrinya.
Salma kembali ke kamarnya. Ia akan membersihkan diri sebelum menyambut kepulangan suaminya.
Malam semakin larut, Salma tahu suaminya akan pulang terlambat, namun ia tidak menyangka akan semalam ini.
Di ruang kerjanya, Rama terburu-buru pulang. Kalau bukan karena ada janji dengan orang yang ingin memesan catering di rumah makannya untuk acara beberapa hari kedepan, Rama pasti sudah pulang dari tadi.
Rama mengemudikan mobilnya dengan cukup kencang. Ia ingin segera sampai di rumah.
Cekittt
Rama berhenti mendadak saat ia melihat seseorang berdiri di tengah jalan untuk menghentikan mobilnya.
"Astaghfirullah." Rama mengusap dadanya. Hampir saja ia menabrak seseorang.
Seorang perempuan menghampirinya dan mengetuk kaca mobilnya.
" Tolong kakak saya. Kakak saya akan melahirkan sementara mobil saya mogok." pintanya memelas setelah Rama menurunkan kaca mobilnya.
Rama melihat ke arah mobil dimana seorang perempuan berdiri dengan perut buncitnya. Bersandar ke mobil sambil terlihat menahan sakit.
" Baiklah." Rama yang merasa iba pun memberi tumpangan keduanya ke rumah sakit terdekat.
Di dalam mobil, suasana sedikit tegang.
" Tolong lebih cepat! Kakak saya akan segera melahirkan," pinta perempuan yang tadi memberhentikan mobilnya.
Hingga akhirnya mobil yang Rama kendarai sampai di sebuah rumah sakit. Rama turun dan meminta bantuan tenaga medis untuk segera membawa ibu hamil itu dari dalam mobilnya.
" Terimakasih," Ucap perempuan itu tersenyum manis.
Rama hanya menganggukkan kepalanya dan berlalu pergi. Tanpa ingin bebas basi, ia tancap gas.
Perempuan itu langsung berlari mengikuti brangkar sang kakak yang di dorong tenaga medis.
Mobil Rama terpaksa berhenti saat lampu merah. Rama segera mengambil ponselnya untuk memberi kabar bahwa ia sudah dalam perjalanan pulang. Berharap istrinya masih menunggu kepulangannya.
Sayangnya, ponselnya mati kehabisan daya. Rama hanya merutuki kebodohannya yang lupa tidak mengisi daya ponselnya.
" Semoga kamu belum tidur, sayang" gumamnya lirih.
Hingga akhirnya Rama bernafas lega saat ia sudah sampai di depan rumahnya. Namun, rumah yang sepi dengan lampu yang sudah padam membuat Rama sedikit kecewa.
Mungkin saja istrinya sudah tertidur karena kelelahan menunggunya. Akhirnya, dengan langkah gontai ia berjalan menuju kamarnya.
Rama melihat sela-sela bagian bawah pintunya. Gelap. Sepertinya istrinya sudah tidur karena lampu kamar sudah di padamkan.
"Ah, bukankah tadi jelas terlihat kalau lampu kamar ini sudah mati." gumam Rama.
Jendela kamarnya yang di lantai dua memang mengarah ke depan. Sehingga bisa terlihat jelas bahwa lampu kamarnya pun sudah gelap.
Rama hanya mende_sah. Padahal ia sudah merencanakan menghabiskan malam ini dengan sang istri. Namun, sepertinya ia harus menelan kekecewaan.
" Padahal aku sudah membuat Ical kembali menginap di rumah Mama." monolognya.
Ceklek
TBC