"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tania, Aku Menyesal
Pov Bryan :
Apapun yang terjadi studiku adalah yang terpenting. Sungguh hal yang luar biasa aku bertemu sepupu wanita cantik ini, tidak perlu ku sebutkan nama sepupunya kan? Toh juga dia ngga akan punya peran apa-apa sama otor Timio.
Kita sebut saja mas sepupu. Mas sepupu ini adalah seniorku di departemen kardiologi. Aku berusaha mengambil hatinya karena aku tahu penilitian yang beliau lakukan sempat mendapat pujian, aku ingin mencontoh apa yang dilakukan mas sepupu ini.
Aku tidak sepenuhnya mencontek, aku hanya mencari inspirasi disana lalu ku kembangkan dengan milikku sendiri, hanya saja aku butuh sesuatu untuk membuka pikiranku.
Dan disanalah aku mencari tahu segala sesuatu tentang mas sepupu ini dan binggo... langit memihakku. Ada gadis cantik disana, aku sekilas terpesona. Tapi setelah ku selami ternyata kepribadian kami tidak cocok.
Meski agak barbar, gadis ini terlalu hijau, terlalu anak rumahan, terlalu lurus, tidak cocok denganku yang playgroundnya sejenis club malam, night life dan yang lainnya.
Tapi demi kelancaran dan kebaikan studiku, aku menyanggupinya. Berusaha menjadi pacar yang baik, untuk wanita baik-baik yang membosankan itu. Agar semua aset berharga mas sepupunya itu bisa ku ambil tanpa harus banyak berjuang.
Sungguh aku bosan, bahkan aku hampir menyerah. Melelahkan sekali menjadi lelaki baik-baik yang selalu mengalah. Tania tidak sebaik yang ku kira, bukan maksudnya dia gadis nakal. Hanya saja keras kepalanya itu loh, aduh dewaa..
Keras kepala, tidak mau mengalah, harus dituruti, tapi disaat yang bersamaan dia penyayang sekali. Aku yang jarang sekali mendapat perhatian orang tuaku, karena meraka merupakan bussiness couple yang menempatkan bisnis mereka diatas segala-galanya tidak terkecuali putra mereka yang semata wayang ini.
Setidaknya pelukan hangat Tania melegakan inner childku yang haus kelembutan dan kehangatan, tanpa aku sadari ia menjadi pacar sekaligus ibu buatku.
Disamping itu aku masih denial, masih malu mengakui bahwa aku mulai nyaman dengan gadis baik ini, bahkan aku gengsi sekali dihadapan teman-temanku, Sony dan Yona. Mereka juga paham bagaimana aku bisa berpacaran dengan Tania.
Plot twistnya, Joy Nathania Giddens yang aku pacari selama ini berkaitan dengan masa laluku yang menyakitkan, dan aku mulai membalas dendam akan sakit hatiku bertahun lalu, mulai merenggangkan keharmonisannya dengan mamanya, meski Tania tidak salah, aku hanya menjadikannya alat untuk pelan-pelan membalaskan sakit hatiku, akan dia, Nona Giddens yang lain.
Inilah aku sekarang, sejak ia memanggil namaku kemarin "Bryan" hatiku sakit, aku cemas, kesal, marah, tapi aku tidak tahu harus melampiaskan kemana. Kenapa ia memanggil namaku seperti itu, kenapa tidak Iyan saja? Kenapa tidak Boo lagi?
Bahkan aku tidak tahu lagi aku masih pura-pura atau apa, masih mendendam atau apa, atau aku hanya terbiasa, atau aku memang sudah jatuh cinta?
Sungguh demi apapun ini sakit sekali. Wajah manis yang selalu tersenyum ke arahku berubah total. Datar, dingin, kesal, ketiga kombinasi itu yang aku temui ketika kali pertama menemui Tania hari ini sejak pertengkaran kami kemarin.
Bagaimana aku harus menghilangkan rasa menyiksa ini? Haruskah aku memohon dan merengek? Tentu tidak. Itu sangat melukai harga diriku.
Aku Bryan David, pria dengan sejuta pesona, casanova yang sudah bertobat sejak dua tahun ini. Bahkan aku lupa kapan aku mulai berhenti mencumbu gadis lain yang suka rela melebarkan kakinya untukku, bahkan tanpa ku sadari, aku benar-benar berubah demi gadis baik-baik yang menyiramku kemarin, gadis baik-baik yang ku lukai hatinya, ku khianati.
Hatiku mencelos melihat sisa bengkak matanya yang ku dapati tadi sore, itu ulahku. Salahku.
Jika saja ia marah kepadaku tadi, aku akan segera merangkulnya, akan ku bawa dia dengan mobilku, menenangkannya di tepi pantai, merayunya, menciumnya, dan memohon dimaafkannya.
Jika saja.
Tapi, Tania yang ku dapati berubah. Ia benar-benar berbeda. Jelas sekali ia mengibarkan bendera perangnya padaku. Aku bingung.
Tania, aku menyesal.
Sungguh
.
.
.
Tbc ... 💜