Andin

Ara masuk ke ruang kerja Rian bersama Ardy. Perut Ara yang besar meneduhkan tatapan Rian yang teringat akan janinnya yang tidak bisa di selamatkan.

"Kalian bisa tunggu di sini sebentar, Ardy tolong awasi wanita ular ini. Aku mau ke kamar sebentar" ucap Rian lalu pergi meninggalkan Ardy dan Ara.

Rian masuk ke kamar dan menemukan Andin tertidur pulas di tempat tidur.

Rian mengeluarkan senyum simpul ke sang istri lalu masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah keluar dari kamar mandi, Rian sudah merasa segar lalu mengganti pakaiannya dengan pakaian casual.

Rian kembali keruang kerjanya untuk menemui Ardy dan Ara. Apa yang di inginkan oleh Ara pikir Rian yang kini telah duduk di hadapan Ardy dan Ara.

"Apa yang kamu inginkan?" tanya Rian langsung pada intinya.

"Aku ingin" suara Ara terdengar lirih.

"Apa?" tanya Rian dingin.

"Ardy telah selamatkan aku," tangis Ara pecah, hatinya pilu teringat peristiwa yang baru saja ia alami.

"Maksudnya Ardy?" tanya Rian menoleh ke arah Ardy meminta Ardy untuk memberikan penjelasan ke dirinya.

"Aku tidak tahu nona Ara punya masalah apa! Hanya saja, aku lihat di pinggir jalan ada mobil guan Samuel lalu aku ikuti mobil itu yang sedikit menepi ke pinggir jalan. Dan ku lihat ada nona Ara di bawa paksa oleh tuan Samuel. Aku ikuti mobil mereka sampai ke rumah sakit bersalin. Aku bingung apa yang terjadi, maka aku terus ikuti dan ternyata nona Ara telah pingsan dan si bawa ke ruang operasi. Aku punya firasat tidak enak maka aku langsung menyerang beberapa pengawal tuang Samuel dan dokter jaga itu. Ternyata benar. Alat operasi sudah siap dan sepertinya nona Ara akan di lakukan operasi yang artinya nona Ara akan di lakukan aborsi" ucap Ardy menjelaskan apa yang di lakukan oleh Samuel.

Rian tampak berpikir, apa yang terjadi sesungguhnya. Kenapa Samuel menyerang Ara?

"Apa ketika kamu masuk ke dalam mobil kamu bertemu dengan Samuel?" tanya Rian menyelidiki Ara.

Ara hanya bisa mengangguk karena rasa takut yang menjalar di hati dan dirinya.

"Apa dia mengatakan sesuatu?" tanya Rian.

"Dia hanya mengatakan bahwa aku harus menghilang dari kehidupan Andin" ucap Ara di sela isakan ketakutannya.

"Aku akan selidiki apa yang terjadi, dan untuk kamu Ara lebih baik kamu kembali ke Apartement mu untuk keamanan aku bantu sebagian pengawalku akan menjagamu" ucap Rian.

"Tapi pak Ri... Aku sudah mengantar nona ke apartemennya tapi di sana ada enam orang yang mencurigakan sepertinya suruhan tuan Samuel" ucap Ardy.

"Apa hubungan Ara dengan Samuel?" pikir Rian.

"Aku mohon Rian tolong bantu aku. Anak ini tidak bersalah"ucap Ara memohon kepada Rian.

Rian membenarkan ucapa Ara yang menyatakan bahwa sang anak tidak bersalah. Rian akhirnya mengalah dengan ego nya dia tidak mau menyesal sebagaimana ia menyesal setelah Andin keguguran karenanya.

"Bisakah aku menumpang sementara di rumahmu ini? tanya Ara dengan wajah memelas.

"Tapi dengan syarat kamu jangan membuat masalah dengan Andin. Oh ya... Kamu jangan terlalu percaya diri karena kamu aku terima di rumah ini. Kamu harus ingat bahwa aku belum memaafkanmu" ucap Rian lalu memerintahkan kepala pelayan untuk mengantar Ara ke kamar tamu.

Ara hanya bisa memaksakan dirinya untuk tersenyum meski merasa sesak di dada.

Setelah Ara keluar dari ruangan Ardy menatap bingung Rian.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ardy.

"Aku juga bingung Ar, apa yang terjadi. Rahasia apa yang sebenarnya terjadi!" ucap Rian sendu.

"Oh ya ... Tolong kamu daftarkan Andin ke kampus Karya Ilmu, dan jika bisa lusa dia sudah bisa memulai kuliah. oh ya... Satu lagi ambil jurusan management bisnis" perintah Rian lalu kembali kekursi kebesarannya dan menyelesaikan beberapa file perusahaannya.

Disisi lain sang kakek sedang duduk di kamar sambil memegang beberapa surat peninggalan sang kakak serta koran lama yang menerangkan kecelakaan yang menyatakan seorang wanita meninggal dunia dan satunya mengalami cidera parah.

Sang kakek hanya bisa menatap kosong kearah koran tersebut lalu menelepon seseorang.

"Aku ingin kamu musnahkan Samuel" ucap sang kakek lalu menutup teleponnya.

"Aku tidak akan membiarkan siapapun menghancurkan kehidupan cucuku. Aku sudah cukup kehilangan Zainab. Aku tidak ingin kehilangan Andin." ucap sang kakek.

Tiba-tiba telepon sang kakek berdering memberikan notifikasi pesan yang di dalamnya ada vidio Ara masuk ke dalam mobil Samuel.

"Ternyata si ular betina ini mau bermain-main dengan ku" ucap sang kakek dengan senyum simpulnya.

"Aku tidak akan membiarkan kamu hidup ular" ucap sang kakek lalu berdiri dan menyimpan kembali kertas dan koran lala itu di sebuah kotak kayu dan di letakannya di dalam lemari pakaian paling bawah.

Kakek keluar kamar untuk mencari keberadaan Rian. Namun tatapannya tertuju pada wanita yang sedang hamil. Wanita itu sedang menyeruput air susu di ruang tamu.

"Ternyata ular ini menyerahkan diri langsung" ucap sang kakek.

"Ngapain kamu berada di rumah saya?" tanya kakek dengan nada tegas.

Ara melihat kearah berlawanan. Dirinya tahu bahwa sang kakek tidak menyukai dirinya. Arah menatap kakek dengan penuh permohonan.

"Kakek aku sudah di izinkan Rian untuk berlindung di sini karena Aku di incar oleh tuan Samuel" ucap Ara dengan nada lirih.

"Di incar atau kerja sama?" tanya sang kakek penuh selidik.

"Jika kakek curiga denganku bisa kakek tanyakan ke Ardy. Dia yang menolongku" ucap Ara dengan suara yang mulai serak menahan tangis.

"Aku pikir kamu begitu pintar Ara" ucap Kakek lalu berlenggang pergi dari hadapan Ara.

Ara hanya menatap kepergian sang kakek dengan tatapan yang tidak bisa di ungkapkan.

"Aku hanya menginginkan anakku hidup baik" ucap Ara sendu.

Kakek melangkahkan kakinya keruangan Rian. Dirinya ingin penjelasan langsung dari Rian akan kehadiran Ara di rumah mereka.

Kakek takut Ara mencelakai Andin cucunya karena kakek tahu pelaku yang membuat rencana kecelakaan Andin.

"Rian... Aku ingin kamu cari tahu siapa dalang kecelakaan Andin. Dari sana kamu akan sadar bahwa kamu telah memelihara binatang buas di kediam ini." ucap kakek lalu keluar dari ruang kerja Rian.

Bertapa terkejut Rian mendengar ucapan Kakek.

"Apa ada hubungannya kecelakaan yang di alami Andin dengan Ara?" Pikir Rian.

Ardy yang masih berada di sofa sedang melakukan beberapa tugas di tablet yang ada di tangannya.

Ardy langsung memerintah detektif terkenal untuk mencari tahu semua pertanyaan yang ada di benaknya dan Ardy sedang fokus mendaftarkan kuliah Andin melalui online.