“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Gerak Cepat
Kediaman Hardy Satria ….
Setelah menceraikan Sisil, permasalahan Hardy tak selesai sampai di situ saja. Sisil tentu saja bukan wanita yang bodoh. Ia juga tak bisa membiarkan Hardy melakukan itu, setelah semua yang mereka lewati.
Hardy diminta untuk berkumpul dengan seluruh keluarga besarnya. Sisil tak keberatan jika berpisah dengan Hardy. Namun Sisil juga tentu saja ingin meminta bagiannya.
Sisil tak ingin hengkang dari rumah ini tanpa sepeser pun. Mengingat, jika keluarganya juga pernah membantu keterpurukan Hardy dan perusahaannya.
“Aku ingin saham gelora utama sebesar 65%, aku tak mau tahu!”
“Sisil, tidak bisa seperti itu! Enak saja! Memangnya kau pikir perusahaan ini tak akan dibagi-bagi nantinya!” ibunda Hardy naik darah.
“Mama, cukup. Jangan memarahi Sisil. Kita tunggu saja Hardy datang! Sisil tak sepenuhnya salah, dia jelas menuntut haknya. Apalagi, Sisil memiliki anak, dia memiliki keturunan kita! Sudah sepantasnya kita membagi perusahaan pada Sisil dan Syafika!” Papa Hardy membela Sisil.
“Ya tapi gak sebanyak itu juga, Pah! Dia bukan meminta bagian, tapi dia memeras kita!”
“Sisil pasti sudah mempertimbangkan semuanya, Ma. Sisil punya anak, dia berhak mendapat bagian lebih. Papa setuju jika Sisil memiliki saham perusahaan kita dengan sebanyak itu. Mengingat, Sisil memiliki anak, dan Syafika, adalah penerus Gelora Utama!”
“Aneh, ada yang aneh. Kenapa Papa membela Sisil terus? Kenapa Papa sepertinya bahagia jika Sisil mendapatkan bagian yang banyak? Ada apa ini? Apa Papa ada sesuatu dengan Sisil?” Ibu Hardy mulai curiga.
“T-tidak, Tidak, tak ada yang terjadi antara kita. Kita tak melakukan apapun. Papa hanya merasa, Sisil tentu saja membutuhkan semua itu.” Papa Hardy membela diri.
“Papa aneh. Kurasa kita harus menunggu Hardy lebih dulu. Aku ingin dengar alasan dia menceraikan Sisil itu karena apa. Aku lelah mencelanya. Hardy ke mana lagi! Bisa-bisa menceraikan Sisil hanya lewat telepon! Kenapa dia belum datang juga?”
Saat mereka tengah berdebat, tiba-tiba pintu rumah itu didobrak, dan beberapa polisi bersenjata tajam pun masuk ke dalam. Refleks polisi itu menodongkan pistol ke arah orang tua Hardy dan Sisil.
Mereka bertiga kaget bukan main. Bagaimana tidak? Polisi itu datang tiba-tiba, dan malah menodongkan senjata tajam pada mereka.
“Apa-apaan ini? Ada apa? Kenapa tiba-tiba seperti ini?”
“Selamat siang Tuan Herman, kami dari kepolisian ingin mencari Tuan Hardy Satria. Dia terlibat penggelapan uang dan melakukan penipuan terhadap saham perusahaan! Banyak sekali petinggi bisnis yang tertipu oleh Tuan Hardy. Dia telah menggelapkan uang investor dengan total 50 Miliyar. Dia juga telah menipu beberapa pebisnis, dengan menjual saham perusahaan pada beberapa orang. Orang pertama dia tipu, lanjut pada orang kedua, ketiga dan lainnya. Sehingga mereka merasa dirugikan. Karena mereka telah mengirim uang sebagai tanda bukti kepemilikan saham perusahaan.”
“Ya ampun, Hardy-ku. Apa yang terjadi padamu? Kenapa kau bisa seperti ini?” Fitri menangis tersedu-sedu.
“Astaga, dia benar-benar gila!” Sisil mengepalkan tangannya.
“Hardy tak ada di rumah ini. Kami pun sedang menunggu kedatangannya. Dia bilang akan datang ke rumah, tapi sudah satu jam lebih, dia tak datang juga. Justru kami mulai khawatir padanya.” Herman ikut bicara.
“Tim, tolong geledah rumah ini! Cari semua barang bukti. Cari juga Tuan Hardy di rumah ini! Tak ada jaminan jika mereka tak berbohong.” tutur salah seorang tim.
“Baik, komandan.”
Mereka semua berpencar mencari keberadaan Hady. Kedua orang tua Hardy dan Sisil pun tentu saja sangat kebingungan akan hal ini. Bisa-bisanya Hardy kabur dan menjual perusahaan dengan menipu beberapa orang.
“Apa yang sebenarnya Hardy lakukan? Kenapa dia bisa kabur seperti ini? Ya Tuhan, aset-asetku, perusahaanku! Bagaimana ini? Mas Firman, tolong! Bagaimana ini? Kenapa Hardy harus kabur? Aarggghh!” Sisil panik bukan main.
“Hei, sialan! Kau panggil apa barusan pada papa mertuamu? Mas katamu? Brengsek, apa yang sebenarnya terjadi antara kalian, ‘ha?” Ibunda Hardy marah bukan main.
Astaga, aku lupa. Aku sangat panik saat ini.
.
.
Pelabuhan muara dua …
Tiara lagi-lagi diberi obat tidur olah Hardy. Tiara duduk di kursi roda, dengan tulisan di dadanya ‘struk dini’ yang sengaja Hardy lakukan, agar tak ada satu orang pun yang curiga.
Hardy telah memesan tiket kapal pesiar untuk dua orang. Ia telah merencanakan ini semua. Pasti tak akan ada yang menyangka, jika Hardy akan menaiki kapal pesiar.
Siapapun pasti mengira jika Hardy akan kabur menggunakan pesawat. Hardy juga telah memesan tiket pesawat bodong, yang sengaja ia sebar agar semua orang terkecoh.
Hardy juga sudah memusnahkan Andi. Sekretaris itu tak mau diajak untuk menggelapkan uang bersama. Akhirnya, Hardy meminta Andi pergi sejauh mungkin, dengan identitas yang berbeda.
Semua Hardy lakukan dengan sangat rapi dan cermat. Berharap tak akan ada satupun orang yang bisa menemukan dirinya dan juga Tiara. Hardy telah bermain cantik, kini ia hanya tinggal menunggu kapal pesiar datang, untuk bisa segera pergi dan meninggalkan semuanya.
Akan tetapi, semua itu tak berlaku bagi Alvin dan sekretaris Doni. Alvin jelas melihat, jika tiket pesawat milik Hardy adalah sebuah manipulasi saja. Tak mungkin dengan bodohnya Hardy menyebarkan tiket pesawat ini.
“Jika dia sengaja menyebarkan tiket pesawat, maka sudah aku pastikan dia tak mungkin naik pesawat!” tukas Alvin.
“Apakah ada kemungkinan dia menggunakan jalur darat?”
“Kurasa tidak. Menggunakan jalur darat pasti akan mudah kita lacak. Aku tak menemukan tanda-tanda dia di dalam sebuah mobil.”
“Tuan muda, aku telah berhasil melacaknya, dan aku mendapatkannya!” tutur anak buah Alvin.
“Apa? Dimana dia? Cepat! Kita harus bertindak lebih cepat!”
“Pelabuhan muara dua, tapi dia masih di daratan, dia akan menaiki kapal pesiar, sekitar dua jam lagi,”
“Good! Hubungi semua intel dan polisi, berikan informasi akurat. Kita lebih dulu berangkat ke sana. Dia memang pintar, jalur laut akan sulit kita lacak, betul tidak? Beruntungnya dia masih di darat, sehingga kau bisa menemukan dia!”
“Iya, Tuan. Ia sudah sangat berusaha agar tak sedikitpun dari kita mencium jejaknya. Tapi aku beruntung, bisa menemukan dia di sana!”
“Terima kasih! Ayo kita berangkat ke pelabuhan, dan habisi dia sampai mati!”
“Siap, Tuan, laksanakan …”