Genre: Urban Fantasy dengan elemen Aksi dan Misteri
Garis Besar Cerita:
"Power" adalah sebuah novel web yang mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Arya Pratama yang hidup di Jakarta tahun 2030. Dia menemukan bahwa dirinya memiliki kemampuan supernatural untuk mengendalikan listrik. Namun, kekuatan ini membawanya ke dalam konflik berbahaya antara kelompok-kelompok rahasia yang memperebutkan kendali atas kota.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ahmad Rifa'i, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
"Perjalanan Membawa Ke Tempat Misteri"
Fajar baru saja menyingsing ketika Arya, Citra, dan Rama bersiap untuk keberangkatan mereka ke Pulau Seribu. Suasana di pelabuhan Muara Angke terasa tegang, dengan kehadiran pasukan keamanan yang berjaga-jaga.
"Kalian yakin tidak apa-apa kami pergi di saat seperti ini?" tanya Arya kepada Guru Bayu, matanya melirik ke arah kota yang masih dipenuhi asap dari berbagai titik.
Guru Bayu mengangguk tegas. "Justru karena situasi seperti inilah kalian harus pergi. Kita butuh jawaban, dan hanya di Pulau Seribu kita bisa menemukannya."
Dara dan Bima, yang akan tetap di Jakarta, memeluk rekan-rekan mereka.
"Hati-hati di sana," kata Bima. "Kita tidak tahu apa yang menunggu kalian."
Citra tersenyum, berusaha menenangkan. "Tenang saja, kami akan baik-baik saja. Kalian juga, jaga diri baik-baik di sini."
Setelah perpisahan singkat, Arya, Citra, dan Rama naik ke kapal kecil yang akan membawa mereka ke Pulau Seribu. Nyi Roro, yang akan memandu mereka, sudah menunggu di kapal.
Saat kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan, Arya merasakan campuran antara kegelisahan dan tekad dalam dirinya. Ia tahu bahwa perjalanan ini mungkin akan mengubah segalanya.
Selama perjalanan, Nyi Roro memberi mereka penjelasan lebih lanjut tentang Pulau Seribu dan artefak yang mereka cari.
"Artefak itu disebut 'Batu Penyatu'," kata Nyi Roro. "Konon, batu itu memiliki kekuatan untuk menyatukan atau memisahkan kekuatan elemental."
"Jadi itulah yang diincar oleh Bayangan," gumam Rama.
Nyi Roro mengangguk. "Dengan batu itu, mereka bisa menciptakan pasukan pengendali elemen yang lebih kuat, atau bahkan menyerap kekuatan dari orang lain."
"Tapi bagaimana kita bisa menemukannya?" tanya Citra. "Pulau Seribu terdiri dari ratusan pulau kecil."
"Itulah mengapa kita membutuhkan Arya," jawab Nyi Roro, matanya tertuju pada Arya. "Sebagai 'Kunci', kau memiliki koneksi khusus dengan energi elemental. Kau akan bisa merasakan keberadaan Batu Penyatu."
Arya menelan ludah, merasakan beban tanggung jawab yang semakin berat.
Sementara itu, di Jakarta, situasi semakin memanas. Bima dan Dara bekerja tanpa henti, berusaha mengendalikan kekacauan yang ditimbulkan oleh para pengendali elemen baru.
"Mereka semakin banyak!" seru Dara, setelah memadamkan kebakaran di sebuah gedung perkantoran.
Bima mengangguk, napasnya terengah-engah setelah menghentikan retakan tanah yang mengancam sebuah pemukiman. "Kita butuh bantuan."
Guru Bayu, yang memimpin operasi dari markas, menghubungi mereka melalui komunikator. "Aku sudah menghubungi pemerintah. Mereka akan mengirim bantuan. Tapi kita harus berhati-hati, Bayangan mungkin telah menyusup ke dalam sistem."
Kembali ke Pulau Seribu, kapal Arya dan timnya akhirnya mendarat di sebuah pulau kecil yang tampak tidak berpenghuni. Vegetasi lebat menutupi sebagian besar pulau, dengan bebatuan besar tersebar di sana-sini.
"Inilah tempatnya," kata Nyi Roro. "Pulau Penyatu, tempat Persaudaraan Elemen pertama kali terbentuk... dan terpecah."
Saat mereka melangkah turun dari kapal, Arya merasakan getaran aneh di dadanya. Energi di pulau ini terasa berbeda, lebih kuat dan... hidup.
"Aku bisa merasakannya," kata Arya pelan. "Ada sesuatu yang kuat di sini."
Tiba-tiba, tanah di bawah kaki mereka bergetar. Pohon-pohon di sekitar mereka mulai bergoyang, dan angin bertiup kencang.
"Apa yang terjadi?" tanya Citra, berusaha menjaga keseimbangan.
Nyi Roro, dengan wajah serius, menjawab, "Pulau ini merespon kehadiran kita... atau lebih tepatnya, kehadiran Arya."
Arya merasakan energi di sekitarnya semakin kuat. Ia mengangkat tangannya, dan tiba-tiba, cahaya biru yang familiar muncul, membentuk pola-pola rumit di udara.
"Ikuti cahaya itu," instruksi Nyi Roro. "Itu akan membawa kita ke suatu tempat.