Kejadian pilu pun tak terduga menimpa Bjorn, para polisi menuduh dia sebagai kaki tangan seorang kriminal dan akhirnya ditembak mati secara tragis.
Bjorn yang tidak tahu alasannya mengapa dirinya harus mati pun terbangun dari kematiannya, tetapi ini bukanlah Akhirat.. Melainkan dunia Kayangan tempat berkumpulnya legenda-legenda mitologi dunia.
Walau sulit menerima kenyataan kalau dirinya telah mati dan berada di dunia yang berbeda, Bjorn mulai membiasakan hidup baru nya dirumah sederhana bersama orang-orang yang menerima nya dengan hangat. Mencoba melupakan masa lalunya sebagai seorang petarung.
Sampai saat desa yang ia tinggali, dibantai habis oleh tentara bezirah hitam misterius. Bjorn yang mengutuk tindakan tersebut menjadi menggila, dan memutuskan untuk berkelana memecahkan teka-teki dunia ini.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika dia bertemu dengan orang-orang yang memiliki tujuan yang sama dengan dirinya.
(REVISI BERLANJUT)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudha Lavera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
5. Tangkapan besar
Kicauan burung membising, hiliran angin sejuk menyapu debu-debuan di sekitar rumah. Tidak terasa satu minggu sudah terlewati "Neil, bangun" Bjorn mengusap kepalanya dengan lembut.
"Paman.. Kita berangkat?" sambil merenggangkan tubuh dan mengusap kedua matanya kantuk.
"Ayo sarapan, setelah itu kita berangkat"
Neil langsung terbangun dan tak sabar untuk segera berangkat "Hei, setidaknya basuh dulu wajahmu"
Suara langkah kaki pun di iringi beberapa suara elang dilangit, hanya ada mereka berdua di lahan tandus yang dipenuhi puing bangunan. Setelah melewati desa.. Neil berhenti di depan hutan "Aku, tidak pernah melewati hutan ini. Entah dunia seperti apa yang akan ku lihat" ucap Neil.
Neil mulai mengingat. Terakhir dia memasuki hutan ini, ialah saat mereka berdua mencari kayu bakar, tapi sekarang mereka melewati hutan ini untuk mencari kebenaran. "aku sudah bisa berjalan sendiri, aku tidak perlu digendong lagi untuk melewati hutan ini"
"Ya, sekarang kau sudah kuat"
Dengan begini, Neil sudah memantapkan hatinya untuk ikut pergi bersama Bjorn.
"Ah, iya. Aku masih penasaran dengan nama belakangmu" ucap Bjorn yang berjalan disebelahnya.
"Aku? Aku hanya rakyat jelata, paman. Nama belakang hanya untuk para bangsawan dipusat kota, oleh karena itu kami diasingkan jauh ditengah hutan"
"Oh.. Begitu" Bjorn memandang kelangit dengan lipatan tangan didagunya, seperti memikirkan sesuatu.
"Kalau begitu, mulai hari ini nama mu Neil Erez" sambil memberikan sebuah botol obat.
"Aku? Tetapi untuk apa botol obat ini paman?"
"Itu bukan obat, botol itu berisi pewarna rambut, aku meraciknya saat kau masih tidur. Setidaknya, jika warna rambut kita sama, aku tidak terlihat seperti sedang menculikmu" Neil langsung membuka botol itu dan mengoleskan ke rambutnya.
"Wahh! Warna rambut kita sekarang sama, aku terlihat seperti keponakan mu sekarang" tersenyum kegirangan.
Saat matahari mulai menurun, mereka sampai ke sisi ujung hutan, terlihat ada sebuah sungai besar di tepian "sepertinya, kita akan bermalam disini dulu, melewati hutan saja sudah memakan banyak waktu" Bjorn belum tahu seluk beluk tentang dunia ini, jadi dia tidak ingin bertindak gegabah. Karena hari sudah petang, dia tidak ingin terjebak dihutan berikutnya saat malam hari.
"Kalau begitu, aku mau memancing ikan disungai" ucap Neil sambil memilah-milah lalu memungut ranting kayu disekitarnya untuk dijadikan media pancing.
"Yasudah, jangan pergi terlalu jauh. Aku akan mengumpulkan beberapa kayu bakar untuk bermalam" pergi memasuki hutan rimbun.
"Hati-hati paman"
Setelah mendapatkan apa yang dia cari, Bjorn kembali ketempat Neil menunggu "Neil, sudah dapat ikannya?" tanya Bjorn sambil menurunkan beberapa batang kayu kering ke tanah.
"Hmmph, belum satupun" jawab Neil menggembungkan pipi dengan sebal.
Bjorn berjalan mendekatinya, Neil duduk bersabar diatas batu besar memegang pancingnya, berharap mendapat beberapa ikan untuk dimakan "Kalau tidak ada harapan, biar aku yang mencari beberapa kelinci atau rusa untuk makan malam kita" ucap Bjorn meyakinkan gadis kecil itu.
"Tidak paman, aku sangat ingin makan ikan" balasnya.
Tiba-tiba, kail pancingnya tertarik berat, seperti ada ikan besar yang memakan umpan pancing milik Neil "Lihat! Ada ikan yang memakan umpanku" menarik pancingnya dengan sekuat tenaga sampai wajahnya memerah kesulitan "Hmmph, ini pasti ikan paus, aku yakin ini paus" Ucapnya dengan nafas yang terengah, tetapi justru malah Neil yang tertarik arus pancing "Hoi, Neil. Kau terbawa pancing" Bjorn panik dan langsung merangkul gadis kecil itu dari belakang, berusaha sekuat tenaga menarik tubuhnya.
Mereka berdua justru tetap tertarik arus pancing. Apa-apaan dengan ikan disungai ini, dan sialnya, tapakan kaki Bjorn sangatlah licin. Meskipun tenaga Bjorn lebih kuat, tetapi tarikan itu sulit dilawan jika pijakan kaki mereka dilumuri lumut "Aku tidak ada pilihan lain. Aku akan melemparmu ke pohon dibelakang" ucap Bjorn "Apa?! Melemparku?!" sambil melempar Neil "Tu-tunggu pama-" Neil terlempar, namun pancing tersebut masih dalam genggamannya. Alhasil, ikan itu pun ikut tertarik ke daratan.
Ikan itu seakan terbang menaiki daratan dengan kail yang tersangkut di mulutnya, Bjorn yang masih berdiri dibatu berlumut, kehilangan akal ketika berpapasan dengan ikan yang ditariknya itu, wajahnya melongo heran dengan mulut terbuka.
"Tunggu.."
"Ini- Bukan ikan"
"..CEWEK DUYUNG??!"
Duyung yang memiliki rambut berwarna hitam pekat dan bola mata dengan warna biru itu pun ikut terlempar menimpah tubuh Neil "Sakit!" teriak Neil "pamann! ikan ini berat sekali"
"Hei, buka matamu. Apa itu layak disebut ikan?"
"Whoaa!! Kita dapat putri duyung!" Girangnya.