Ka Rani hiks,tolong aku suamiku dipecat dari pekerjaannya dan dia pergi meninggalkan aku dengan wanita lain padahal aku sedang mengandung darah dagingnya.Aku tak punya siapapun lagi selain Kaka." Ucap Rena adik satu-satunya Rani
" Bagaimana bisa jadi seperti ini Rena,Lantas bagaimana kondisimu saat ini?"
" Aku luntang Lantung dijalan ka,rumahku baru saja disita pihak bank karena sertifikat rumahnya dijaminkan mas Reno untuk pinjaman di bank dan ternyata mas Reno ditak membayar cicilannya selama berbulan-bulan.
" Ya Tuhan malang sekali kamu Ren,sebentar Kaka diskusi dulu dengan mas Langit,Kaka mau minta izin untuk kamu tinggal bersama Kaka."
" baik ka terimakasih.
Beberapa saat kemudian.....
" hallo Ren!"
" Iya ka bagaimana?
" sekarang posisi kamu ada dimana,mas Langit setuju dan Kaka akan menjemputmu saat ini juga!"
" Allhmdulillah,baik ka terimakasih.Aku ditaman sakura jalan kenangan blok d.Kaka beneran mau kesini ka?"
" Iya dek,kamu jangan kemana-mana sebelum Kaka datang ya!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atha Diyuta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 25 jangan pergi
Sarifah pulang membawa luka dalam hatinya.Sesampainya di rumah Sarifah menutup pintu dan menguncinya dari dalam,wanita yang tengah hancur hatinya itu menjerit menumpahkan semua rasa sakit,kecewa dan juga kegundahan hatinya.
" Maafkan mamah nak,mamah tidak pernah membenci kamu mamah hanya ingin kamu sadar.Kamu tetap anak mamah,semoga kelak kamu bisa menyadari jalan yang kamu tempuh itu salah.Pintu rumah mamah akan selalu terbuka untukmu nak.huaaaa langit maafkan mamah nah maaf." Ungkapan hati Sarifah membuat siapapun yang mendengarnya merasa tersayat.
Jerit tangisnya terdengar begitu memilukan,tak ada yang tau betapa sakit dan terlukanya hati seorang ibu yang terpaksa pura-pura marah di depan putranya padahal hatinya begitu lembut dan ingin memeluknya dan mengatakan bahwa dia sangat mencintai dan menyayangi putranya.
Sarifah duduk bersandar pintu,tergugu sembari memeluk lututnya.
Tes
Tes
Tes
Tanpa sarifah tau sepasang telinga mendengarkan semuanya dari balik pintu.
Rani merosot dan tubuhnya ambruk disisi pintu yang lain.
" Maafkan aku mah,karna aku mamah jadi melukai hati dan perasaan mamah.Seharusnya aku yang pergi dari sini.Aku harus tau diri,jika memang mas langit lebih memilih Rena maka aku yang harus pergi.Demi kebahagiaan Rena demi kebahagiaan mas langit dan kebaikan semua orang.Biarlah aku yang mengalah,biarlah aku yang berkorban.Mungkin ini sudah jalan takdirku.Ya Tuhan kuatkan hatiku,semoga aku bisa melewatinya." Batin Rani.
Rani mengusap air matanya dengan kasar.
Rani bangkit dan merapikan pakaian dan rambutnya karna di depan sana mobil Arman masuk kepekarangan rumahnya.
" Sayang ko kamu masih diluar nak?" Tanya Arman saat turun dari mobil dan melihat Rani masih berdiri di depan pintu.
" Em anu pah Rani juga baru saja sampai." Kilah Rani.
" Kamu abis nangis sayang?" Tanya Arman.
" Em engga pah,ini tadi ada angin kayanya debu masuk mata jadi jadi Rani kucek-kucek pah.Masih merah ya? ntar Rani kasih obat tetes takut iritasi." Ucap Rani dengan senyum yang terpaksa dia tunjukkan di depan ayah mertuanya.
Rani menyalami tangan Arman dengan takzim,jika orang yang tak mengenal mereka mungkin akan menganggap mereka adalah pasangan ayah dan putri kandung.
Arman memang tak pernah membuat jarak dengan Rani.Dia begitu menyayangi Rani seperti kasih sayang seorang ayah kepada anak perempuannya.
Tok
Tok
Tok
Sarifah yang masih tergugu di depan pintu lantas bangkit.Dia baru tersadar setelah mendengar ketukan pintu.
" Astaga itu pasti Rani dan papah pulang."
Sarifah lantas jalan cepat ke kamarnya dan cepat-cepat mengganti pakaiannya dan membuat dirinya terlihat seperti orang yang baru saja bangun tidur dengan rambut yang sedikit dibuat berantakan.
Tok
Tok
" Maah." Panggil arman.
" Iya pah sebentar." Teriak Sarifah dari dalam sembari mengusap bekas air matanya dengan tisue.
Cklek
" Papah maaf lama,eh ada Rani juga.Kalian barengan si pulangnya? Maaf Lo mamah ketiduran jadi agak lama buka pintunya." Dusta sarifah.
Rani tersenyum hambar mendengar apa yang diucapkan oleh mertuanya.Dia tau ibu mertuanya sengaja menutupi itu dari dia dan suaminya.
" Mamah kecapean pasti ya mah." Ucap Rani.
" Gak juga sayang, mungkin mamah bingung ngapain jadi ngantuk.Gimana sayang tadi kerjaan kamu di kantor,lancar? Denger-denger pak Ardan sedang menetap di kantor kamu untuk waktu yang cukup lama ya? Apa dia sangat baik? Atau dia seperti bos-bos yang gakal dan menyebalkan?" Ucap Sarifah dengan terkekeh.
" Jangan ditanya mah ,dia super duper nyebelin mah.Tiap hari ada aja dia ngerjain Rani,kaya tadi siang dia minta Rani seharian nemenin dia diruanganya.Kan aneh mah,gak jelas banget emang dia." Rani tampak antusias saat menceritakan tentang Ardan.
" Syukurlah Rani tidak terlalu terpengaruh dengan masalahnya,aku akan sangat merasa bersalah jika melihat Rani terpuruk." Batin Arman.
" Sepertinya Rani sedikit melupakan masalahnya, syukurlah semoga saja Rani tidak berlarut dalam kesedihan." Batin Sarifah.
Suami istri itu sama-sama menatap wajah menantunya yang tengah bercerita tentang tingkah Ardan di kantor.
" Ceritanya nanti lagi sekarang Rani dan papah bersih-bersih dulu setelah itu kita makan malam." Perintah Sarifah yang langsung dituruti oleh Arman dan Rani.
Mereka bertiga tampak seperti keluarga yang sangat bahagia.
Ditempat lain seseorang tengah tersenyum seorang diri kala mengingat apa saja yang sudah dilewati bersama Rani di kantor.
" Kamu memberi warna baru dihidupku Rani,bersamamu aku merasa terhibur aku juga bisa melupakan kesdiahanku.Sungguh tingkah ajaibnya justru membuatku ingin selalu berada didekatnya.Tuhan jauhkan aku dari rasa kagum dan ingin memiliki wanita yang sudah menjadi milik orang lain." Gumam Ardan seorang diri.
Tanpa terasa laki-laki itu sudah jatuh hati dengan Rani.
" Wah-wah sepertinya ada yang lagi seneng nih? " Ardan menoleh dengan cepat kala mendengar suara wanita yang selama ini selalu membersamainya dalam suka maupun duka.
" Bunda,apa itu sangat terlihat dari wajahku?" Tanya Ardan pada wanita yang sedang berdiri di ambang pintu kamarnya.
" Dasar payah! Jelas itu sangat terlihat,katakan wanita mana yang sudah membuat hati putraku menjadi berbunga-bunga?" Tanya Elma
" Bukan siapa-siapa bunda,dia tidak sesepesial itu.Dia biasa saja,dia karyawan di kantor ,anaknya asik meskipun jahil dan menyebalkan tapi entah mengapa Ardan sangat suka berada didekatnya." Wajah Ardan tampak berbinar kala menceritakan tentang pribadi Rani pada ibunya.
" Oh begitu,apa dia cantik?" Tanya Elma.
Ardan terdiam sejenak sembari membayangkan wajah Rani.Ardan tersenyum saat mengingat semuanya tentang Rani.
" Hem sepertinya dia sangat cantik ya,apa kamu menyukainya? " Tanya Elma yang langsung membuat Ardan terdiam dan wajahnya terlihat murung.
Sementara dirumah mertuanya Rani dan Arman baru selesai makan malam dan Rani meminta untuk Arman dan Sarifah i tidak pergi dulu karna ada hal yang ingin disampaikan pada mereka.
" Sebenarnya kamu mau ngmong apa sayang, kelihatannya sangat serius sekali?" Tanya ibu mertuanya saat melihat Rani meremas kedua tangannya dan matanya tampak berkaca-kaca.
" Mah pah sebelumnya Rani mau minta maaf,mungkin tidak seharusnya Rani berada disini.Walau bagaimana pun Rani adalah menantu kalian dan mas langit anak kandung kalian,saat Rani dan mas langit sudah berpisah Rani tidak pantas jika harus tinggal disini.Apa kata orang, lagipula nanti dengan adanya Rani disini apa tidak akan jadi masalah di kemudian hari? Rani takut mas langit salah faham nantinya dan berfikir Rani sudah menghasut kalian." Ucap Rani dengan wajah tertunduk.
" Sebenarnya kemana arah pembicaraan kamu Ran?" Tanya Arman dengan tegas.
" Hiks hiks,maafkan Rani pah.Tolong jangan persulit Rani dengan tetap membiarkan Rani tinggal disini.Jani tidak mau menjadi alasan pertengkaran kalian dengan mas langit.Rani.."
Rani tak sanggup lagi mengucap apa yang ada didalam hatinya, sarifah dan Arman faham dengan apa yang dihawatirkan oleh wanita yang sebentar lagi akan menyandang status Rani itu.
" Lalu maksud kamu gimana Ran?" Tanya Sarifah pada akhirnya.
" Izinkan Rani keluar dari rumah ini,biarkan Rani pergi dan cari tempat tinggal sendiri." Ucap Rani.
" Apa kamu serius Ran? Mamah tidak pernah berharap kata-kata itu keluar dari mulut kamu,mamah ingin kamu tetap bersama mamah disini.Mamah hanya ingin selalu bersama kamu,mamah tidak ingin berpisah dari kamu Ran.Tolong jangan tinggalin mamah Ran.
Bersambung.....
kalau ada waktu luang mampir ya di novel aku juga.
"aku dan teman kamarku."