"Kaiden?"
Savira Azalea biasa dipanggil Zea, umurnya 21 tahun lebih berapa bulan. memilih merantau ke kota demi meninggalkan keluarga toxic nya, Zea justru bertemu kembali dengan mantan pacarnya Kaiden, sialnya Kaiden adalah anak dari majikan tempat Zea bekerja.
"Zea, kamu mau kan balikan lagi sama aku?"
"enggak Kai, aku gak bisa kita udah berbeda"
"enggak Ze, enggak!. kamu tetep Zea-nya Kaiden. gadis yang aku cintai sedari dulu. kamu dan hadirnya berarti dalam hirup aku Ze"
"kisah kita memang indah, tapi tidak untuk diulang"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nsalzmi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Esti duduk di sisi Zea, "Maaf ya." ucapnya merasa bersalah
"Gapapa Bu, namanya juga gak sengaja." ucap Zea dengan senyum manisnya.
"Sibuk banget Sampek gak ngeh ada aku?" Kaiden memasukan kedua tangannya kedalam saku celana training. Ia berjalan mendekat.
Kaiden menuding tepat wajah Zea, "Siapa nih Pa? Ma? Pembantu baru?"
Esti mengangguk pelan menanggapi pertanyaan Kaiden, "Kenalin Zea ini Kaiden anak kedua saya. Kakaknya Vara."
Kaiden berjalan mendekat dan menyalam tangan Zea, "Kaiden." ketusnya
"Zea."
"Ekhem." Vandra menatap tajam Kaiden yang tak melepaskan tangan Zea.
Vara jadi terkikik, ia menyenggol lengan Vandra. "Matanya selow aja dong boss."
Esti yang duduk di samping Zea menatap wajah suami, "Pah Zea udah maafin mama loh... Udah ayok! katanya' kita mau main golf." rengek Esti menelangkup kan kedua tangan didepan dada
Elias membuang muka, "Tapi tadi mama gak beneran gigit buru- mpfhh." Elias melotot karena mulutnya dibekap Oma Atma.
Oma Atma memukul pundak Elias pelan, "Lambemu ituloh, masih ada anak-anak juga." peringatnya
Keyvara jadi penasaran, "Mama gigit titidnya pak Vin-" kening Vara disentil Vandra yang duduk di lengan sofa, sebelah Zea
"Shutt... Anak kecil diam." peringat Kaiden
"Eh kecil-kecil gini aku tahu ya..." ucap Vara mengangkat dagu.
"Tau apa?"tantang Vandra
"Titid nya pak Vincent." ucapnya sambil berlari karena Vandra mengejar
"Ampun kakk..." jerit Vara dilantai atas
"Ayo mas, kita berangkat, Haidar sama Mawar udah chating aku nih, mereka udah dilokasi." Esti menarik suaminya, karena mereka sudah siap untuk pergi sedari tadi
Kaiden menatap Zea tanpa beralih tatap. Tatapan tajam dengan binar memuja. Kaiden ingin duduk di sebelah Zea, dia ingin merasakan sakitnya cakaran kuku Zea saat mengerang kesakitan.
Jakunnya bergerak naik turun sesuai dengan deru nafasnya yang kian memburu. Saat tatapan nya bertemu dengan manik mata indah Zea, ia tersenyum tipis, namun Zea segera memutuskan kontak mata tersebut, batin Kaiden ingin tertawa.
Lupakah Zea bahwa pagi tadi Kaiden lah pria yang memeluk dan mencium keningnya.
"Mah, aku sama Vara mau sepeda-an ditaman kota, sambil makan bubur." izin Vandra, ngomong nya sambil nurunin anak tangga.
"Tunggu kak, masih pake sepatu." teriak Vara dari kamarnya
"Iya udah mama juga mau olahraga sambil pacaran sama papa." ucap Esti sambil tersenyum
"Sok romantis, tadi aja kamu kepincut Vincent." jawab Oma Atma sekena nya.
Esti hanya bisa menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, "huhh.... sabar."
Atma mengelus punggung menantunya pelan, "Sabar terus ya menantu cantikku, mama beliin kamu telor gulung nanti. Oke!" ucap Atma halus dan terdengar tulus, tapi mengundang tawa Vandra dan Vara.
"Hari Minggu gak ada yang jual telur gulung Mah." Sahut Elias sambil memasukan hp dalam Sling bag nya.
"Ada"
"Mana?"
"Telur gulungnya Vincent." jawab Oma Atma sambil tertawa renyah
Semua tertawa, wanita tua itu pandai sekali mencair kan suasana.
Semua pergi dengan tujuan masing-masing, seperti yang sudah Esti beritahu, bahwa ia dan suaminya akan pulang tengah hari. Begitu juga dengan Vandra dan Vara. Kaiden tidak ikut berolahraga ia yang mengeluh sakit karena memang dahinya panas, ia demam.
Semua telah pergi, termasuk Kaiden yang meninggalkan Zea diruang tamu sendirian.
Zea pikir, Kaiden akan menemaninya barang waktu sebentar saja, setidaknya perpisahan tanpa kata itu berakhir dengan baik, tidak seperti ini. Zea bangkit, ia meringis merasakan ras ngilu pada lututnya. Ia berjalan seperti orang pincang.
"Ze? Mau kemana?" tanya Oma Atma mendekat. Ia baru keluar dari kamarnya
"Zea mau istirahat sebentar boleh Oma?" tanya Zea hati-hati
Oma Atma tersenyum, "Boleh sayang boleh, tiduran aja dulu gapapa."
"Oma mau kemana?" Zea memperhatikan serius dari atas sampai bawah, Oma Atma sudah bersiap dengan baju yang lebih rapih.
"Ada reuni PNNH." jawab Oma Atma
"PNNH?" Zea membeo dengan wajah bingung
"Persahabatan Nenek-Nenek Hits." ucap Oma dengan nada centil, ia tertawa sambil menutupi mulutnya, titisan Vara.
Zea terkekeh pelan, ia mengangkat dan mengepalkan tangan ke udara, "Semangattt!" serunya tertawa renyah.
Oma mencium kening Zea pelan, "Cepat sembuh ya sayang."
Zea mengangguk yakin. Ia mengantar Oma kedepan teras, "Oma, siaga satu kalau ada pak Vincent." teriak nya sambil melambaikan tangan.
Brak
Saat pintu tertutup rapat, tangan besar langsung mendarat di pintu dengan kasar, Zea menelan saliva-nya kuat-kuat. Ia memberanikan diri untuk berbalik.
Matanya memanas, ia segera mengelak tapi langsung dihadang. Kaiden mengulas senyum seringainya, "Hai mantan?" sapanya