Sebuah tragedi malam kelam harus dialami oleh Claudya Mariabela, Gadis berusia 19 tahun itu harus menanggung beban berat karena mengandung benih dari seorang William Aldenandra.
Claudya adalah gadis muda yang masih duduk di bangku kuliah, sayangnya dia dijebak oleh sahabatnya sendiri. Claudya dijual oleh sahabatnya itu kepada seorang Pria hidung belang.
Malangnya nasib Claudya karena harus putus sekolah dan membesarkan anaknya seorang diri tanpa tahu kebenaran siapa Ayah dari anaknya yang dia kandung, Claudya sudah mati-matian mencari pria hidung belang yang tidur dengannya malam itu.
Banyaknya cacian dan makian yang Claudya dapatkan, tapi itu tak membuatnya menyerah untuk menghidupi anaknya. Hingga sebuah ketika dia di pertemukan dengan William yang ternyata sudah mempunyai seorang Istri.
Bagaimana kisah Claudya selanjutnya?
Yuk cari jawabannya di cerita ini ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon leni nurleni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
12
Indra mengotak-atik ponselnya. Namun, matanya langsung terkejut saat melihat sebuah lokasi yang tertera di sana yang menunjukkan kalau black card itu ada di daerah yang sama dengan mereka.
"Tuan, lokasinya ada disini!" ujar Indra.
"Apa?" William syok mendengarnya.
William langsung mendekat pada Indra, dan ternyata benar lokasinya menunjukkan kalau black card itu ada di kota yang sama dengan mereka. William langsung mengambil jaket yang sejak tadi menggantung di dalam lemari hotel itu.
"Ayo Indra, kita cari black card itu!" William berucap dengan ucapan tegas dan tergesa-gesa karena akan berangkat menuju ke arah lokasi dimana kartu itu berada.
"Tuan, sekarang sudah malam," papar Indra yang merasa capek, apa lagi tadi siang dia sempat istirahat.
"Kau mau membantah aku? Lakukan saja karena aku akan pergi sendirian!" marah William.
Mau tidak mau Indra hanya ikut pada tuannya itu, walaupun rasa capek dan ngantuk menyerang Indra tapi demi mengantar tuannya dia berusaha untuk melawan rasa capeknya itu.
Indra mengikuti langkah William, walaupun William terlihat sangat kesal pada Indra tetap saja William sangat mengandalkan Indra.
"Sayang, kamu mau ke mana?" tanya Karisa yang baru saja keluar dari kamarnya.
William menghentikan langkah kakinya, sebenarnya malas sekali dia melayani Karisa hanya saja kalau William mengabaikan bisa saja Karisa bisa mengadu pada Ibunya William.
"Aku akan mencari angin," jawab William.
"Aku ikut, bolehkan?" harap Karisa.
William menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang dingin dan ketus, William melanjutkan langkahnya dengan cepat agar segera pergi dari sana dan Indra hanya bisa mengikuti dari belakang tanpa membantah William karena Indra juga takut dipecat oleh William.
Indra masuk kedalam mobil yang tadi siang sengaja William beli, mereka pergi dari sana padahal hari sudah mulai gelap. Indra melajukan mobilnya sesuai dengan arah yang ada di aplikasi di ponselnya.
Indra menatap pada William yang terlihat gelisah padahal mereka akan mencari perempuan itu di sana.
"Kalau saja aku bisa menolak untuk tidak datang kemari, mungkin aku tidak akan terjebak begini." Indra kesal tapi dia hanya bisa membatin saja karena tidak berani untuk membantah tuannya itu.
Mereka sampai disebuah pedesaan yang masih sangat jarang rumah-rumah disana, bahkan William juga hampir bisa menghitung jumlah rumah yang berjajar di sana. William turun dan langsung mengikuti William untuk mendekat ke titik lokasi yang ponselnya tunjukan.
"Tuan, aku pikir wanita itu membuang black card milik anda, buktinya di sini memperlihatkan kartu itu ada disini tapi ini adalah rerumput dan ke sana danau, saya yakin dia pasti membuangnya." sahut Indra.
"Kita cari black card itu!" William memerintah pada Indra.
Mereka mencari black card itu dibawah langit yang gelap, mereka hanya ditemani oleh senter dari ponsel saja. William sangat nekad dia sampai menyingkirkan rerumputan yang tinggi dengan tangannya tanpa alat apa pun.
Walaupun kondisi malam ini sangat gelap dan dingin, William seolah tak puas kalau tidak melihat black card miliknya itu.
Satu jam berlalu tapi sayangnya mereka tidak menemukan apa pun selain luka karena duri di tangannya, Indra sudah hampir menyerah tapi dia tidak bisa bicara apa lagi mood William sedang tidak baik-baik saja.
William menghela nafasnya kasar, tapi saat dia ingin menyerah dia melihat sesuatu yang berkilau di rerumputan yang lumayan panjang, William mengambil kartu itu dan ternyata benar kartu itu adalah miliknya.
"Indra, lihat aku menemukannya." William girang karena bisa meyakini dirinya sendiri kalau wanita yang dia cari memang ada disana. Tapi William mulai putus asa karena wanita itu sudah membuang black card pemberian William.
Dalam pemikiran William saat ini dia menduga kalau wanita yang dia cari sudah punya suami dan tidak lagi mengandalkan uang dari William, harapan William untuk bertemu dengan wanita itu hancur sudah karena pemikiran William yang menduga wanita itu sudah punya suami.
"Tuan, kita cari wanita itu?" tanya Indra.
William menggelengkan kepalanya.
"Aku tidak tau wajahnya, yang aku ingat hanya ada tanda di sebelah kanan dadanya." Tangan William menyimpan black card itu kedalam saku celananya.
"Bagaimana caranya aku mencari wanita yang memiliki tanda di dadanya," gumam Indra berpikir keras.
William langsung pergi dari sana dan langsung dikejar oleh Indra, tapi saat mereka akan masuk kedalam mobil, terlihat kalau saat ini ada Zidan disana yang sejak tadi memperhatikan mereka.
"Tuan William, anda disini?" tanya Zidan mendekat pada William saat dia sudah yakin kalau pria itu adalah William.
"Tuan Zidan, anda sedang apa disini?" William balik bertanya pada Zidan.
Zidan tersenyum dan langsung mengacungkan sebuah kantong kresek pada William.
"Aku baru saja pulang dari warung, Agnia katanya mau makan cemilan." Zidan berucap sambil menatap pada tangan William yang terlihat terluka.
"Tuan, tangan anda terluka? Ikutlah denganku, aku akan minta Claudya untuk mengobati anda," ujar Zidan.
"Baiklah," putus William.
Mereka masuk kedalam rumah Claudya, walaupun hanya rumah sederhana tapi William masuk ke sana, baru kali ini William bertamu ke rumah seseorang karena selama ini William tidak pernah berkunjung ke rumah siapa pun selain rumah mertuanya (Rumah orang tua Karisa).
Claudya mengobati tangan William setelah tau dari Zidan kalau William terluka, Claudya mengobati dengan teliti guna tidak menyakiti William. Sedangkan saat ini mata William tidak pernah berhenti untuk menatap Claudya, dari rambut sampai ujung kaki Claudya terlihat sangat familiar bagi William.
"Tuan Zidan, sedang apa anda disini? Apa kalian suami istri?" tanya Indra yang penasaran dengan hubungan antara Zidan dan Claudya.
"Bukan, kami hanya teman saja, aku sering menginap di sini sambil mengasuh Agnia. Tapi kami tidak sekamar karena aku tidur di kamar itu," ucap Zidan sambil menunjuk kamar yang lumayan jauh dari kamar utama.
Indra menatap pada Rian yang baru saja datang ke sana, Indra hanya memantau saja bahkan dia mengira kalau Rian adalah suami Claudya dan Ayah dari Agnia.
"Ada apa, Clau?" tanya Rian.
"Tuan William terluka, kenapa kakak disini? Dimana Agnia?" tanya Claudya.
Rian duduk di kursi yang kosong.
"Agnia sudah tidur, baiklah kalau begitu aku tidur lebih dahulu," ujar Rian yang langsung masuk kedalam kamar yang tadi ditunjuk oleh Zidan.
William malah mengira kalau Rian adalah suami Claudya, setelah Rian pergi replek saja William langsung menjauhkan tangannya dari tangan Claudya karena takut Rian cemburu melihat kedekatan antara William dan Claudya.
"Kenapa tuan, apa sakit?" tanya Claudya.
"Tidak," timbal William.
Claudya menarik lagi tangan William dan mengobatinya kembali karena banyak luka yang belum Claudya obati.
"Apa suamimu tidak akan marah?"...