NovelToon NovelToon
Between Our Heart

Between Our Heart

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Ayu Anfi

Ashana Keyra Zerrin dan Kafka Acacio Narendra adalah teman masa kecil, namun Ashana tiba-tiba tidak menepati janjinya untuk datang ke ulang tahun Kafka. Sejak saat itu Kafka memutuskan untuk melupakan Asha.

Kemana sebenarnya Asha? Bagaimana jika mereka bertemu kembali?

Asha, bukankah sudah kukatakan jangan kesini lagi. Kamu selalu bertindak sesuka hati tanpa memikirkan orang lain. Aku butuh privasi, tidak selamanya apa yang kamu mau harus dituruti.” Ucapakan Kafka membuat Asha bingung, pasalnya tujuannya kali ini ke Stanford benar-benar bukan sengaja menemui Kafka.

“Tapi kak, Asha ke sini bukan sengaja mau menemui kak Kafka. Asha ada urusan penting mau ke …” belum selesai Asha bicara namun Kafka sudah lebih dulu memotong.

“Asha, aku butuh waktu untuk menerima semua ini. Walaupun untuk saat ini sebenarnya tidak ada kamu dalam rencanaku, semua terjadi begitu cepat tanpa aku bisa berkata tidak.” Asha semakin tidak mengerti dengan yang diucapkan Kafka.

“Maksud kak Kafka apa? Sha tidak

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Anfi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32. pertemuan maira dan tiara

Mulai chapter 31 sudah kembali ke masa kini (Flasback off)

Key masuk ke ruangan dalam keadaan muka bersemu merah dan kesal, sementara di belakangnya ada Kafka yang nampak santai dengan sedikit senyum terurai di wajahnya. Argan dan Amoora hanya saling bertukar pandang melihat dua orang yang baru saja masuk tadi.

“Tumben telat?” Amoora menggeser kursinya mendekat ke meja Key, sementara Argan tetap pada posisinya yang fokus membaca rekam medis pasien yang akan operasi nanti siang.

“Sepatuku di sembunyikan Rion,” Amoora tertawa renyah mendengar ucapan sahabatnya itu.

“Ada-ada saja tingkah tu bocah.” Key mengerlingkan matanya kesal.

“Eh tunggu. Wajahmu merah kenapa tu?” Amoora memperhatikan wajah Key yang bersemu merah, terlebih dia juga datang bersama Kafka.

“Huff … dokter Kafka bertingkah,” Key mendengus sebal yang direspon cekikikan dari Amoora sambil menutup mulutnya agar tak terlalu terdengar yang lain. Walapun sebenarnya dalam ruangan itu hanya ada lima orang yang tak lain dokter Kafka, Revan, Argan, Key dan Amoora.

“Kemana saja kemarin-kemarin tu orang? Jangan khawatir ada kita, tetap fokus Key. Lagi pula kita di sini hanya sampai semua pasien dokter Andrew selesai melakukan operasi,” Amoora menepuk pundak Key untuk menguatkannya.

“Hmm … Rion juga sangat marah, tadi hampir saja memukul dokter Kafka.” Key menidurkan kepalanya pada meja, baru saja harinya di mulai tapi sudah hilang mood.

Kafka melihat Key menaruh kepalanya pada meja kerjanya, dia menghela napas panjang. Dia sadar sudah membuat Key sedikit marah pagi ini, belum lagi kejadian sebelum masuk lift tadi pasti membuat moodnya sedikit rusak. Sepertinya Kafka harus berjuang lebih giat lagi untuk meluluhkan Key, benteng pertahanannya bukan hanya dua orang sahabat yang selalu menemani Key dalam keadaan apapun, tapi juga masih ada Rion yang lebih berat untuk di hadapi.

Mereka sudah ada pada visit masing-masing, Kafka, Revan juga Argan sudah masuk ruang operasi. Sementara Key dan Amoora melakukan visit pada pasien anak, hari ini nampak sibuk untuk mereka semua. Selain itu mereka juga harus mempersiapkan untuk operasi perbaikan katup jantung untuk Atlantika yang di jadwalkan lusa.

“Pagi Atla, bagaimana kabar gadis cantik ini?” Key dan Amoora lebih dulu mengunjungi kamar rawat gadis usia sebelas tahun itu.

“Baik dokter Key, dokter Amoora,” senyum mengembang terlihat dari sudut bibir gadis itu saat melihat dua dokter ke sayangannya visit.

“Sudah siap untuk lusa anak cantik?” Key mendekat mengusap lembut puncak surai rambut pasien kecilnya. Atlantik menganggukkan kepalanya dan Amoora tampak membaca rekam medis gadis itu.

“Istirahat yang cukup ya cantik. Lusa kita semua akan menemani sampai selesai,” ucap Amoora. Mereka berdua kemudian keluar dari ruangan Atlantik untuk melakukan visit selanjutnya.

Mereka berdua seudah selesai visit dan kembali ke ruangan mereka, Key sibuk dengan EMR milik Atlantik. Dia berulang kali mempelajari hasil EMR terbaru gadis itu sebelum lusa menjalani operasi, Key akan ikut dalam tindakan yang akan di lakukan pada Atlantik bersama dokter Kafka. Amoora sendiri juga terlihat sibuk mempelajari materi operasinya, dia akan ikut dalam tim dokter Andrew. Hanya sesekali mereka akan ikut terlibat dalam operasi besar bersama tim bedah jantung, karena memang spesialisasi mereka bukanlah ahli bedah.

“Sayang, mau dimasakin apa malam mini?” Maira mengirim pesan pada putri sulungnya, bundanya selalu bertanya dia ingin makan apa sejak beberapa hari lalu Key sampai di Jakarta.

“Apa saja yang penting masakan bunda sama bi Ana,” Key menjawab pesan bundanya.

“Baiklah, bunda belanja dulu sama bi Ana” Maira lanjut belanja dengan asisten rumah tangga kesayangannya.

Maira bersama bi Ana sedang ada di GrandLucky untuk grocery shopping, kehadiran Key seolah merubah suasana semua orang di rumah. Senyum mengembang hadir menghiasi sudut bibir Maira akhir-akhir ini, Cia menjadi lebih sering tidur di kamar kakak sulungnya semenjak Key pulang, Rion menjadi semakin semangat menggoda kakak-kakaknya.

“Akhirnya, rumah kembali lebih hangat ya, bu?” ucap bi Ana pada Maira.

“Iya bi, rasanya lebih ramai. Rion dan Cia menjadi lebih bersemangat,” senyum mengembang kembali merekah dari bibir mereka berdua.

Mereka berdua membeli bahan-bahan untuk persediaan dua minggu ke depan, rencananya Maira juga akan mengundang Amoora dan Argan untuk makan di rumah mereka. Maira sudah lama tidak berjumpa dengan mereka berdua yang juga sudah seperti anaknya sendiri. Tiba-tiba saja mereka terinterupsi oleh seseorang saat sedang membayar belanjaan.

“Maira,” dari kasir sebelah Tiara yang juga sedang membayar belanjaannya memanggil Maira. Mereka memang sudah lama tidak berjumpa, semenjak Key mengalami kecelakaan Maira dan keluarganya memang pindah dari rumah lamanya.

“Tiara,” Maira tersenyum melihat Tiara. Setelah menuntaskan semua belanjaan mereka memutuskan untuk mengobrol di cafe yang tidak jauh dari sana.

“Bagaimana kabar kalian? Aku dan mas Keenan mencari kalian, Rion yang pindah sekolah dan Cia juga menghilang dari Naren.

“Alhamdulillah kami semua baik Tiara,” Maira berusaha untuk membuat Tiara mengerti.

“Hari itu Kafka memintaku untuk mencari kalian. Aku dan mas Keenan beberapa kali ke rumah tapi kalian tidak pernah ada,” Tiara dengan mata berkaca-kaca menggenggam tangan besannya.

“Key mengalami kecelakaan Ra! Setelah berjumpa dengan Kafka di Stanford malam itu dia kembali ke Harvard dan mengalami kecelakaan,” Maira mencoba menjelaskan pada Tiara kenapa dia tiba-tiba tidak bisa menemukan Maira dan keluarganya.

“Key?” Tiara tidak mengerti bahwa yang di maksud Key adalah Asha.

“Asha Ra. Dari sejak kecelakaan yang dialaminya dia tidak mau lagi di panggil Asha, semua orang memanggilnya Key hingga saat ini. Dia mengalami cidera yang serius dan koma selama dua minggu, bahkan selama sembilan tahun ini dia tidak pernah pulang ke Jakarta” air mata Tiara sudah tumpah ruah di sana mendengar apa yang sudah dialami Key.

“Kenapa tidak bilang pada kami? Biar bagaimanapun kita sudah jadi keluarga, Kafka adalah suaminya Asha. Key maksudku Maira,” Tiara mencoba mencari penjelasan dari pertanyaannya itu.

“Key yang memintanya. Tiara, entah saat itu adalah sebuah kesalahan kita karena ingin membuat mendiang mas Malvin bahagia atau karena saat itu Kafka dan Key tidak sama-sama siap, kita punya andil dalam luka yang ada pada Key ataupun Kafka. Itu adalah versi Key, versi Kafka mungkin kamu bisa bertanya padanya.” Tiara memeluk Maira dengan air mata yang semakin deras mengucur, Maira mengusap lembut punggung sahabatnya.

“Maira aku mewakili Kafka minta maaf, aku tahu dia salah” Tiara tahu putranya sudah salah sejak Kafka bilang dia menyakiti Key hari itu, namun dia tidak pernah tahu jika hal tersebut membuat menantunya bahkan sampai kecelakaan.

“Tiara, aku tahu kamu menyayangi Key. Kali ini bisakah aku minta tolong?” Tiara mengangguk.

“Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri. Jika memang Kafka tidak bisa dengan Key, biarkan mereka menuju jalan masing-masing. Dua kali kami hampir kehilangan dia Ra,” Maira tahu mungkin ini terlihat egosi. Tapi kali ini biarlah dia terlihat egois demi putrinya, terlebih melihat dua anaknya yang lain sangat menantikan Key pulang.

“Maira aku tahu Kafka sudah salah, tapi aku juga tahu dia sangat menginginkan Key. Selama ini dia terus mencari keberadaan Key,” Maira terkejut dengan ucapan Tiara.

“Kita hanya bisa mendokan yang terbaik untuk mereka. Meskipun tentu kita ingin mereka bersama saling melengkapi,” Maira tidak akan memaksakan apapun pada putri sulungnya.

“Aku benar-benar minta maaf Maira. Aku janji akan memastikannya pada Kafka, tapi aku berharap kamu mau menerimanya jika dia ingin memperjuangkan Key nantinya.” Mereka saling berpelukan dan menangis bersama, berharap kebaikan untuk ke dua anak mereka. Maira dan Tiara pulang ke rumah masing-masing setelah beberapa waktu saling menumpahkan isi hati mereka masing-masing.

Tiara pulang dengan pikiran yang sangat penuh setelah mendengar cerita tentang Key, sedalam itukah luka yang di torehkan Kafka pada menantunya itu. Tiara menelepon Keenan suaminya, dia menceritakan pertemuannya dengan Maira dan tentang yang terjadi pada Key. Keenan berusaha menenangkan istrinya dari ujung telepon, semua yang sudah terjadi tidak bisa diulang ataupun di cegah. Yang bisa dilakukan saat ini adalah memperbaiki yang bisa di perbaiki. Mereka perlu bicara serius dengan putra sulung mereka segera mungkin, mereka butuh penjelasan yang lebih lengkap tentang kejadian sembilan tahun lalu.

“Kafka papa minta malam ini kamu sempatkan pulang! kita harus bicara mengenai Key,” Kafka baru saja selesai melakukan tindakan operasi pada pasiennya saat menerima pesan masuk dari Keenan.

“Kafka pulang setelah ini pa,” hari ini dia hanya ada satu tindakan operasi jadi bisa pulang tepat waktu. Kafka tidak dapat menduga apa yang akan papanya bicarakan dengannya tentang Key, dari mana papanya tahu bahwa sekarang panggilan Asha adalah Key. Sebelumnya dia memang bilang kalau sudah bertemu dengan Asha, namun tak bercerita tentang Asha yang sekarang seperti apa.

Kafka membereskan meja kerjanya, seolah sedang di kejar sesuatu. Dia terlihat buru-buru memasukkan ipad dan beberapa barangnya ke dalam tas. Kafka tahu saat ini Key sedang menatapnya heran dari tempat dia duduk saat ini. Key langsung memalingkan mukanya saat Kafka menyadari dia sedang memperhatikannya.

Key berjalan menuju tempat dispenser hendak mengisi ulang tumbler air minumnya, sementara Kafka keluar dari ruangannya dengan tergesa-gesa. Hampir saja mereka bertabrakan, untung Kafka dengan sigap masih dapat menghindar.

“Ish …” Key menatap tajam pada Kafka yang hampir menabraknya.

“Sorry. Sedang buru-buru,” ucap Kafka yang berjalan melewatinya. Namun Kafka berbalik sesaat memandang Key yang sedang mengisi ulang tumblernya dengan air minum, dia berjalan menuju Key.

Dengan tiba-tiba dia memeluknya dari belakang, tentu Kafka sudah ancang-ancang berlari setelah memeluk Key. Karena dia tahu perempuan dengan mata indah itu akan tantrum dengan apa yang barusan di lakukannya.

“Yaaa … dokter Kafka,” Key meneriaki Kafka dengan mata melotot sebal sambil melemparkan sandal crocknya kearah Kafka. Kafka tentu sudah berlari dan berhasil menghindar dari lemparan sandal Key sambil tersenyum puas.

“Arrghh sakit,” Revan yang terkena lemparan sandal dari Key. Dia meringis lalu berjongkok mengambil sandal yang terlempar mengenai kepalanya. Sementara Argan tertawa dengan lantang melihat kejadian tersebut.

“Maaf dokter Revan, aku tidak sengaja. Aku melempar ke dia,” Key menunjuk Kafka yang sudah ngibrit lari.

“Hmm … iya tidak apa-apa Key. Buru-buru sekali, mau kemana dia?” tanya Revan pada Key sambil memberikan crock padanya.

“Kurang tahu dok,” Key mengangkat kedua bahunya.

“Tadi sih habis operasi dapat telepon. Sepertinya penting, makanya langsung buru-buru.” Argan berjalan menuju Key memberikan coklat dingin yang khusus di belinya untuk Key.

Revan yang melihatnya hanya bisa bergumam lirih. “Semoga kamu tidak terlambat Kaf.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!