Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Lisa, kamu nggak apa-apa?"
Rafan menerobos masuk sambil membawa linggis, dibelakangnya menyusul Prisha yang membawa lilin. Ruangan itu yang tadinya gelap gulita menjadi sedikit terang.
Ternyata meja bundar yang diletakkan di belakang pintu, rupanya benda itu yang sudah menghalangi pintu hingga tidak bisa di dobrak dari luar.
Ah, seharusnya Lisa sudah menduga kalau yang datang adalah Rafan. Karena si pembunuh katanya tidak akan menampakkan diri pada siang hari.
"Aku tidak apa-apa,"jawab Lisa, matanya mengerling ke seluruh penjuru ruangan, tidak menyadari bahwa Rafan sudah berada di dekatnya.
" well, tempat ini sumpek dan suram. Sebaiknya kita keluar dan bergabung dengan yang lainnya, mereka sedang membahas cara untuk menemukan kunci diatas."Kata Prisha tidak terlalu tertarik dengan ruangan ini. Lagipula yang bisa dia lihat hanya tempat tidur, lemari dan beberapa benda yang membuat tempat itu sempit dan tidak bagus ditempati bertiga secara bersama-sama.
"Mana wanita itu?" Bisik Rafan yang tidak melihat keberadaan Vanya.
"Dia pergi." Gumam Lisa, dia menoleh pada Prisha, "Boleh ku pinjam lilinnya sebentar?"
Prisha menjawabnya dengan memberikan lilin yang dia pegang."Cepatlah. kamar ini tidak terlalu bagus, apa kamu tidak merasa tidak nyaman sejak tadi disini?"
" Yaa,"Lisa mengambil lilin itu lantas melangkah lebar ke tempat tidur, dia yakin sekali kalau Vanya menghilang di sana-pasti ada pintu atau apapun itu yang bisa menjadi jalan keluar dari kamar ini.
Cahaya lilin membuat area sekitar tempat tidur terlihat jelas. Sebuah pigura di letakkan diatas meja rias, disebelahnya ada tumpukkan kertas yang diikat membentuk gulungan.
Dalam pigura itu ada foto tiga belas anak kecil berusia 4-5 tahun,mereka memakai baju dengan warna senada yaitu biru dan putih. Lisa membungkuk untuk melihat lebih jelas, anak-anak di foto dengan latar belakang rumah panjang.
"Foto?" Rupanya Prisha mengikuti Lisa sejak tadi, dia pun ikut mengamati pigura tersebut, "Siapa mereka?"
"Aku tidak tahu. Tapi-" Lisa mengambil foto tersebut lalu melirik Prisha sekilas, "kita harus membawanya, karena bisa saja foto ini ada hubungannya dengan apa yang terjadi."
" Kita juga harus memeriksa kertas-kertas ini,"kata Rafan mengambil tumpukan kertas. Dia membawanya ke ranjang dan membukanya disana.
Mereka berkumpul diatas ranjang menunggu Rafan membuka gulungan kertas.
Gulungan kertas itu terbuka dan ternyata beberapa kertas HVS yang berisi coretan acak dan asal-asalan. Tidak ada yang menarik, hanya berupa lirik lagu bahasa Inggris yang tidak lisa mengerti.
"Kamu tahu ini lagu siapa?" Tanya Lisa pada Prisha.
"Arctic Monkeys,"
"Hei, lihat! Ini koran yang memuat berita tahun 2017 itu, sa," Seru Rafan yang menemukan sebuah koran yang terlipat diantara tumpukkan kertas.
"Berita apa?" Tanya Prisha.
"Apa ada berita yang memuat tentang Anyelir di koran itu?" Tanya Lisa. Penemuan koran itu membuat mereka melupakan tentang pembahasan mengenai lirik lagu.
"Tidak ada." Rafan membentangkan koran itu, "hanya memuat tentang isu-isu global, banjir yang terjadi di beberapa daerah." Dia kemudian membalik koran tersebut, "Dan berita tentang beberapa anak yang hilang secara misterius."
"Anak hilang?!" Lisa menahan jeritannya, dia menyodorkan pigura yang tadi diambil, "Barangkali ada hubungannya dengan pigura ini?"
"Tapi, disini dikatakan bahwa anak hilang tidak hanya terjadi pada tahun 2017.Tapi juga tahun-tahun sebelumnya," Kata Prisha yang tidak sengaja membaca pada pertengahan halaman.
"Daripada membahas berita ini. lebih baik kita keatas dan mencari kunci untuk keluar." Kata Prisha melanjutkan.
Lisa tersenyum miris, ia menoleh pada Rafan dan pria itu pun sedang menatapnya. Mereka berdua juga tidak akan bisa keluar jika mendapatkan kuncinya, ia harus menangkap sang dalang dan menyelamatkan orang-orang dari tragedi kematian satu-persatu. Setiap detik sangat berharga, karena kunci itu tidak akan bisa ditemukan di tempat yang mudah, jika Lisa dan Rafan tidak dapat mengungkapkan sang dalang, satu orang yang belum menemukan kunci akan terbunuh.
"Baiklah. Ayo kembali keatas." Kata Rafan. Untuk suatu alasan, keduanya sepakat untuk tidak memberitahu siapapun bahwa mereka berdua adalah orang terpilih yang dipilih oleh si pembunuh.
Lisa meninggalkan kamar itu dengan enggan. Tidak ada pintu lain selain pintu yang ia lewati sekarang, aneh sekali menduga Vanya menghilang dekat tempat tidur. Saat itu memang gelap, namun, Lisa sangat yakin kalau Vanya tidak pergi melalui pintu ini.
"Kenapa?" Tanya Rafan yang menyadari Lisa masih mencuri pandang kedalam kamar itu, gadis itu bahkan berdiri bengong sembari menatap kedalam dengan cemas.
"Aneh." Gumam Lisa menggelengkan kepala, dia menutup pintu lalu mengikuti Prisha yang sudah berjalan di depan.
"Apa yang aneh?" Tanya Rafan pelan.
"Kamu juga melihatnya tadi kan?" Lisa menoleh ke belakang, saat melihat Rafan mengangguk dia kembali berkata, "Dia ada disini. Tapi, entah kenapa aku merasa bahwa dia tidak benar-benar ada. Aku merasa ada yang aneh, janggal dan mungkin jika orang lain mengetahui apa yang aku pikirkan mereka akan mengira aku gila."
"Memangnya apa yang kamu pikirkan?"
Lisa menggeleng samar.
" Dia menghilang begitu saja, Raf. Menurutmu apa penyebabnya? Aku yang salah menebak cara dia pergi atau memang dia sebetulnya tidak pernah ada disini. Namun, jika yang kulihat hanyalah ilusi karena terlalu mengkhawatirkannya, kenapa kamu juga melihatnya?."Tanya Lisa tidak mengerti.
Terlalu banyak hal aneh terjadi, ia dibawa kesini untuk menyelesaikan sesuatu yang tidak pernah ia duga sebelumnya. Orang-orang yang berakhir disini kebanyakan sedikit melupakan apa yang terjadi hingga bisa ada disini. Namun, Lisa jelas mengingat semuanya,
Pertemuannya dengan ibunya di rumah judi, perjalanannya dengan Rafan dalam mencari Vanya, hingga tiba di rumah papan dua tingkat-
Tunggu!! Rumah papan dua tingkat. Benar, itu dia, rumah itu juga dibuat memanjang. Apa jangan-jangan rumah yang ada dalam foto itu adalah rumah yang sama. Kalau memang benar, berarti anak-anak dalam foto itu pasti ada hubungannya dengan semua ini.
Tapi, apa?
Sangat tidak masuk akal menjadikan anak-anak tidak berdosa itu sebagai patokan. Tetapi, pasti mereka terhubung dengan tempat ini, mungkin saja.
...***...
Jangan lupa like, komen dan subscribe yaa..