Sequel dari Pesona Setelah Menjadi Janda
(Mohon untuk membaca novel sebelum nya agar kalian tidak bingung)
***
Arra yang kini berusia 18 tahun, baru saja memasuki dunia perkuliahan. Banyak hal yang berubah dalam diri gadis itu. Namun hanya satu hal yang tidak berubah, yaitu sebagai pacar dari Leo Rexander.
Meski tidak pernah di akui oleh Arra, Leo selalu kekeh mengenai hubungan mereka. Sehingga tidak sedikit orang yang mengira jika Leo hanya lah seorang pembual. Dan hal tersebut membuat beberapa laki-laki berusaha mendekati Arra.
Mau tau bagaimana keseruan Arra dan Leo menjalani kehidupan mereka? Tetap beri dukungan kalian agar author semangat untuk update setiap hari 🤗
Happy reading guys ❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Saras Wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Konser
Arra baru saja selesai bersiap. Sore ini dia akan pergi ke konser penyambutan di kampus nya.
Arra terlihat cantik. Dia mengenakan dress dengan motif bunga-bunga dan juga di lengkapi dengan jaket denim. Rambutnya ia ikat setengah kebelakang dan diberi hiasan pita. Tidak lupa tas selempang untuk menaruh dompet dan juga ponselnya.
(Visual outfit Arra)
Tok.. Tok.. Tok..
Suara pintu terbuka mengalihkan perhatian Arra.
"Kak, Leo udah dateng tuh."
Arra mengangguk, "iya mom. Ini Arra udah siap kok."
Arra lalu berjalan mengikuti sang ibu yang sudah lebih dulu keluar. Kedua nya pun bersama-sama turun ke lantai 1 dan kali ini mereka menggunakan tangga.
"Nggak apa-apa kak pakai dress ke konser penyambutan nya?" tanya Alyssa yang sejak tadi memperhatikan penampilan anak sulung nya tersebut.
"Aman mom, ini cuma kayak hiburan aja kok, nggak ada acara formal. Jadi boleh pakai baju apa aja yang penting sopan." jawab Arra.
Alyssa pun mengangguk lalu mengusap lembut rambut Arra. Dia pun memberikan pesan untuk selalu berhati-hati dan juga tidak boleh berada jauh dari Leo.
Setiba nya di ruang keluarga, Arra bisa melihat jika Leo sedang berbincang dengan kedua adik kembar nya.
"Kakak." seru Zayn saat menyadari kehadiran Arra.
Arra langsung bergabung dengan Leo dan juga adiknya.
"Zach sama Zayn udah mandi?" tanya Arra.
Zach mengangguk, "cudah kak."
"Ayo, kita berangkat sekarang." ajak Leo seraya melirik arloji yang terpasang di pergelangan tangan nya.
Arra mengangguk, "iya."
Arra dan Leo pun pamit pada Alyssa juga kedua bocah kembar yang saat ini sedang sibuk menyusun lego.
Saat sudah berada di luar, Arra mengernyit karena melihat sebuah mobil sport berwarna merah terparkir di hadapan nya.
"Kita pakai mobil?" tanya Arra menoleh pada Leo.
Leo mengangguk, "kita bakalan pulang malam, gue nggak mau lo masuk angin. Ayo." ucap Leo seraya membuka kan pintu untuk Arra.
Setelah Arra masuk, Leo juga menyusul masuk dari sisi lain nya. Ia akan menyetir sendiri.
"Sabuk pengaman nya." kata Leo sambil ia memasang sabuk pengaman untuk diri nya sendiri.
"Sudah." jawab Arra yang memang sudah memasang sabuk pengaman nya saat masuk tadi.
Leo menyalakan mesin mobil, dan tak lama mobil bergerak meninggalkan kediaman Cassius.
"Gue udah cari tau apa yang terjadi tadi siang." kata Leo yang memecah keheningan diantara mereka berdua.
Arra langsung menoleh, "kejadian aku di toilet itu?"
Leo mengangguk, "itu murni karena pintu nya yang rusak. Kalau lo perhatikan semua pintu tertutup kecuali toilet yang lo masukin. Itu karena kalau di tutup, pintu nya nggak bisa di buka lagi."
Arra mencoba mencerna penjelasan yang diberikan oleh Leo.
"Seharusnya kalau rusak ya di tutup, jadi orang nggak salah masuk." ucap Arra.
"Pintu ini mau di perbaiki, makanya dibiarkan terbuka. Tapi lo malah masuk kesana."
"Ya mana aku tau kalau pintu nya rusak, nggak di kasih tulisan juga."
"Inti nya mulai sekarang kalau mau ke toilet minta ditemani sama Gladys. Lo ngerti?" lanjut Leo yang tetap fokus melihat kearah jalanan.
"Iya." jawab Arra dengan singkat. Dia bingung ingin menjawab apa, karena saat ini Leo terlihat sedang serius.
Setelahnya tidak ada lagi obrolan antara kedua nya hingga tanpa terasa mereka sudah sampai di kampus.
Arra dan Leo turun dari mobil secara bersamaan. Di area parkir sudah ramai oleh para maba yang juga baru datang.
Arra mengedarkan pandangan nya mencari keberadaan Gladys.
"Ayo." ajak Leo.
Arra pun mengangguk dan seperti biasa Leo akan menggenggam tangan nya selama berjalan.
"Mana ya Gladys?" gumam Arra yang masih berusaha mencari keberadaan teman baru nya itu.
Konser di lakukan di lapangan yang sudah di pasangi panggung berukuran cukup besar. Di atasnya terdapat banyak alat musik yang sudah tertata rapi.
Di depan panggung, tersusun banyak kursi-kursi yang di persiapkan untuk para maba
"Duduk disini." ucap Leo yang memilih kursi di barisan paling depan.
Arra langsung duduk di susul Leo yang duduk tepat di samping nya. Tak berapa lama, orang-orang juga mulai memenuhi kursi yang kosong. Namun hingga kini, Arra belum juga melihat Gladys.
Arra mengeluarkan ponselnya dari tas. Ia berniat untuk menghubungi Gladys. Untung saja kemarin mereka sempat bertukar nomor ponsel.
Panggilan pertama tidak terjawab, hingga panggilan ketiga pun masih belum ada jawaban. Arra memutuskan untuk mengirim chat ke Gladys dan berharap teman nya itu membalas chat nya.
Arra kembali menyimpan ponselnya di dalam tas.
"Gue boleh duduk disini?"
Arra menoleh saat mendengar suara seorang perempuan yang ternyata sedang berbicara pada Leo.
"Apa ada larangan untuk duduk di kursi itu?" jawab Leo tanpa melihat kearah si perempuan yang langsung duduk di samping Leo.
Arra hanya diam. Dia memperhatikan panggung dimana ia melihat beberapa panitia sudah berdiri disana termasuk Biantara, Renald, dan Monica. Hanya ketiga orang itu yang ia ingat nama nya.
"Boleh kenalan nggak? Nama gue Prilly."
Arra kembali mendengar jika perempuan yang tadi meminta ijin untuk duduk, berbicara pada Leo.
Leo hanya diam. Dia sama sekali tidak menghiraukan ucapan perempuan yang duduk disamping nya itu.
"Kalau nggak salah nama lo Leo kan?" tanya perempuan berambut panjang itu.
Lagi-lagi Leo mengabaikan nya, justru kini dia menoleh kearah Arra.
"Kalau kedinginan langsung bilang sama gue." ucap Leo kepada Arra.
Arra mengangguk, namun mata nya memperhatikan perempuan yang sempat ia dengar memperkenalkan diri dengan nama Prilly itu sedang menatap tidak suka kearahnya.
"Kenapa?" tanya Arra yang membuat Leo mengernyitkan kening nya.
"Maksudnya?"
"Bukan kamu, aku nanya sama dia." jawab Arra dengan dagu menunjuk ke arah samping Leo.
Leo menoleh ke orang yang duduk di samping nya itu.
"Eh, kenapa? Gue nggak ngerti maksud lo apa." ujar Prilly dengan wajah yang terlihat sangat polos, jauh berbeda dengan wajah yang Arra lihat sebelumnya.
"Oke." Arra mengurungkan niatnya untuk bertanya pada Prilly. Terlebih mereka tidak saling kenal dan ini pertama kalinya mereka bertemu.
Arra kembali melihat ke panggung, sedangkan Leo dia memperhatikan wajah Arra.
"Lo terganggu sama dia?" tanya Leo membuat Arra melihat kearahnya.
Arra menggeleng, "nggak. Udah nggak usah di bahas lagi."
Leo menghela napas, namun ia menurut dan tidak lagi bertanya.
"Tes.. Tes.."
Suara Biantara terdengar melalui sound yang terpasang di atas panggung.
Langit sudah mulai gelap, lampu-lampu juga sudah menyala.
"Sebentar lagi kita akan mulai, yang di awali dengan sambutan dari wakil rektor. Di harap semua nya untuk duduk dengan tenang di tempatnya masing-masing." ujar Biantara.
Tak berapa lama seorang pria paruh baya dengan setelan kemeja berwarna maroon dan celana hitam naik ke atas panggung. Terlihat Biantara langsung menyerahkan mic kepada pria itu.
Pria itu menerima mic yang diberikan kepadanya dan mulai menyapa orang lalu memperkenalkan diri sebagai wakil rektor. Suasana langsung hening, dan seluruh maba fokus mendengarkan penyambutan pria itu.
Setelah 10 menit, akhirnya penyambutan selesai. Mic kembali di serahkan kepada Biantara.
"Terima kasih untuk bapak wakil rektor atas sambutan nya. Dan sekarang kita semua akan melihat beberapa maba yang terpilih untuk tampil di konser malam ini. Dengan bakat yang kalian tunjukan beberapa hari ini, membuat kami merasa sayang jika tidak menampilkan nya di malam yang bahagia ini. Apa kalian sudah siap untuk berpesta?"
"Siap......" dengan serempak seluruh maba menjawab lalu bertepuk tangan dengan meriah.
"Baiklah kalau begitu, tanpa berlama-lama kita mulai konser nya. Have fun guys."
Kembali suara tepuk tangan menggema. Arra terlihat tersenyum saat melihat seseorang yang ia kenal naik keatas panggung.
"Leo, liat itu Gladys. Wah pantesan aku cari nggak ada, ternyata dia mau tampil." seru Arra yang membuat Leo tersenyum tipis. Dia mengusap lembut kepala Arra.
Gladys tidak sendiri, ada beberapa orang juga bersama nya. Suara musik mulai terdengar. Gladys dan beberapa orang yang disana mulai mengambil posisi. Mereka ternyata akan menari secara berkelompok.
Arra bertepuk tangan saat melihat Gladys mulai menari. Arra benar-benar kagum dengan keahlian Gladys. Tubuhnya sangat lentur dan juga bergerak sesuai dengan irama musik.
Beberapa menit akhirnya Gladys dan teman-teman nya selesai menari. Gladys langsung turun dari panggung, di gantikan oleh beberapa orang yang berjalan mendekati alat-alat musik.
Ternyata mereka akan menyanyi dan juga bermain alat musik seperti gitar, bass, drum dan juga keyboard.
Setelah beberapa menit kelima orang itu mulai beraksi. Suasana kembali meriah. Bahkan beberapa orang sudah tidak lagi duduk dan berlari mendekat ke panggung.
1 jam berlalu sudah beberapa orang tampil membuat malam semakin seru. Tidak ada lagi yang duduk, semua nya berkumpul di depan panggung. Hanya Leo, Arra dan Prilly yang masih duduk di tempat mereka.
"Wah seru banget kan malam ini, gimana lanjut apa nggak nih?" seru Biantara pada seluruh maba yang langsung dijawab dengan begitu antusias nya.
"Lanjut....."
"Oke, kalau gitu kita lanjut. Nah kali ini, saya mau panggil seseorang yang saya lihat sangat berbakat. Ada yang tau nggak siapa?"
Semua orang terlihat mulai menduga-duga.
"Leo Rexander, tolong maju ke depan." ucap Biantara seraya menatap ke arah Leo yang duduk diantara dua perempuan itu.
Leo bergeming, dia sama sekali tidak merespon. Melihat hal itu, Arra menyenggol lengan Leo.
"Maju, itu di panggil kak Bian."
Leo menoleh kearah Arra, "gue nggak mau."
"Leo ayo maju, nyanyikan kami 1 lagu." seru Biantara dari atas panggung.
"Ayo maju, aku pengen liat kamu nyanyi." ujar Arra dengan tatapan memohon nya.
Leo menghela napas secara perlahan, lalu dia berdiri.
"Tunggu disini, jangan kemana-mana." ucap Leo dengan wajah serius.
Arra mengangguk cepat, lalu mendorong Leo agar segera naik ke atas panggung.
"Kakak-kakak panitia tolong bagikan minuman dan snack nya ya sambil kita menunggu Leo bernyanyi." ujar Biantara pada para panitia yang berdiri di pinggir panggung.
Leo sudah berdiri di atas panggung, dia mengambil gitar.
Biantara meletakan standing mic di hadapan Leo.
"Gue nyanyi bukan buat kalian, tapi buat pacar gue." ucap Leo yang mendapat sorakan dari semua orang.
Arra yang mendengar itu menutup wajahnya menggunakan tangan. Ini sudah kedua kali nya dia merasa malu karena ulah Leo.
Leo mulai memainkan gitarnya. Diluar panggung para panitia sudah mulai membagikan minuman serta snack.
🎶🎶🎶
All I wanna do is wake up to your face
Layin' low, complicated days erase
And now wouldn't trade anything
Found my pot of gold, man, I feel so lucky and I
Wanna let you know, you take away the pain
When my mind is driving me insane
You never hesitate to
Ooh, you always
Give me all the love you have
It's all I ever needed
I gotta keep it simple, yeah, it's you
Only you
🎶🎶🎶
Meski Leo mengatakan jika ia bernyanyi hanya untuk pacarnya, tapi semua orang sangat menikmati lagu yang di bawakan oleh laki-laki itu. Bahkan beberapa orang ikut bernyanyi.
🎶🎶🎶
Please, just take my heart and keep it
It's no longer a dream, because it's true
Only you
Will ever see behind the curtain
With you I'm always certain
Can't be lonely
With my one and only
Yeah, it's only you
🎶🎶🎶
Selama bernyanyi tatapan Leo hanya tertuju pada Arra yang duduk seorang diri di kursi nya. Meski tidak terlalu terang, tapi Leo masih bisa melihat dengan jelas bagaimana cantiknya wajah Arra.
🎶🎶🎶
Never thought that I could love someone like this
Seein' you, I can't help but reminisce
In my mind everything fades away
Time is all we have, gotta live each second and I
Wanna tell you that you always
Lift the weight off of my shoulders
Taking on the world together
As long as you just
Give me all the love you have
It's all I ever needed
I gotta keep it simple, yeah, it's you
Only you
Please, just take my heart and keep it
It's no longer a dream because it's true
Only you
Will ever see behind the curtain
With you I'm always certain
Can't be lonely
With my one and only
Yeah, it's only you
🎶🎶🎶
Akhirnya Leo selesai bernyanyi. Suara tepuk tangan dari semua orang tidak mempengaruhi Leo sama sekali. Ia langsung meletakan gitar dan turun dari panggung.
Sambil berlari, ia menghampiri Arra yang sudah berdiri dari duduk nya.
"Leo kamu keren banget." seru Arra saat Leo sudah berdiri di hadapan nya.
Leo tersenyum, "lo suka?"
Arra mengangguk dengan senyum yang mengembang di wajah nya.
"Suka."
"Syukurlah kalau lo suka." ujar Leo seraya mengacak rambut Arra.
Arra mengambilkan air mineral yang tadi di beri oleh panitia kepada Leo.
"Minum dulu."
Leo menerima air yang diberikan Arra, lalu meminumnya hingga tandas tak bersisa.
Arra kembali duduk di susul Leo. Di atas panggung, Biantara kembali memimpin acara. Dia meminta para panitia untuk naik keatas panggung dan bernyanyi bersama.
"Dingin?" tanya Leo.
Arra menoleh dan menggeleng, "nggak kok. Lagian aku juga udah pakai jaket."
Musik kembali menggema, semua orang terlihat bernyanyi bersama.
Arra hanya menyaksikan itu dari tempatnya bersama Leo. Namun tiba-tiba Arra meringis sembari meremas perut nya.
"Kenapa?" tanya Leo.
"Perut aku tiba-tiba sakit."
Leo langsung berdiri, dia membantu Arra untuk berdiri juga.
"Kok bisa tiba-tiba sakit perut? Lo makan apa tadi dirumah?"
"Makan yang di masak mommy kayak biasanya."
Arra perutnya semakin melilit.
"Kita pulang sekarang."
Leo langsung menggendong Arra. Dengan langkah lebarnya, ia berjalan menuju parkiran.
Di atas panggung, seseorang sedang memperhatikan Leo dan Arra yang pergi dengan senyuman miring yang terukir di wajah nya.