NovelToon NovelToon
QUEEN MAFIA : REVENGE

QUEEN MAFIA : REVENGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Balas Dendam
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Doni arda

seorang wanita tangguh, yang dikenal sebagai "Quenn," pemimpin sebuah organisasi mafia besar. Setelah kehilangan orang yang sangat ia cintai akibat pengkhianatan dalam kelompoknya, Quenn bersumpah untuk membalas dendam. Dia meluncurkan serangan tanpa ampun terhadap mereka yang bertanggung jawab, berhadapan dengan dunia kejahatan yang penuh dengan pengkhianatan, konflik antar-geng, dan pertempuran sengit.

Dengan kecerdikan, kekuatan, dan keterampilan tempur yang tak tertandingi, Quenn berusaha menggulingkan musuh-musuhnya satu per satu, sambil mempertanyakan batasan moral dan loyalitas dalam hidupnya. Setiap langkahnya dipenuhi dengan intrik dan ketegangan, tetapi ia bertekad untuk membawa kehormatan dan keadilan bagi orang yang telah ia hilangkan. Namun, dalam perjalanan tersebut, Quenn harus berhadapan dengan kenyataan bahwa dunia yang ia kenal bisa berubah, dan balas dendam terkadang memiliki harga yang lebih mahal dari yang ia bayangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Doni arda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11: Perang yang Tak Terelakkan

Suara ledakan yang mengguncang ruangan semakin keras, dan di luar, teriakan dan suara tembakan mulai terdengar. Quenn merasakan udara di sekitarnya berubah. Mereka sudah tidak berada di ruang yang aman lagi. Ada bahaya yang mengintai di setiap sudut, dan musuh mereka—baik yang terlihat maupun yang tersembunyi—semakin mendekat.

Vincent memandang mereka dengan ekspresi yang tetap tenang, seolah apa yang baru saja terjadi adalah hal biasa. “Kalian tidak punya waktu untuk bingung,” katanya dengan nada dingin. “Pintu keluar sudah tertutup. Kalian harus bertarung.”

Quenn menatapnya, matanya penuh waspada. “Kenapa kita harus mempercayaimu?” tanyanya. Namun dalam hati, ia tahu bahwa sekarang bukanlah waktu untuk ragu. Mereka sudah berada di pusat peperangan, dan setiap pilihan akan menentukan hidup dan mati.

Vincent berjalan menuju meja besar di sudut ruangan, di mana layar besar menampilkan peta dan banyak informasi yang bergerak cepat. “Karena hanya ada dua pilihan,” jawabnya tanpa menoleh. “Kalian bertarung atau kalian mati. Itulah hukum di sini. Dan kalian sudah terlalu jauh untuk mundur.”

Rina meneguk ludah, menggenggam senjata dengan lebih erat. “Lalu apa yang harus kita lakukan?” tanyanya, suara hampir tak terdengar. Keadaan semakin genting, dan mereka hanya punya sedikit waktu untuk membuat keputusan.

Vincent akhirnya menatap mereka, senyum tipis terukir di wajahnya. “Ikuti aku. Aku akan menunjukkan jalan kalian. Tapi ingat, apa pun yang terjadi, kalian tidak boleh berhenti.”

Quenn merasakan ketegangan yang semakin meningkat. Setiap langkah yang mereka ambil sekarang akan membawa mereka semakin dalam ke dalam lingkaran kekerasan yang tak terhindarkan. Mereka akan bertarung dengan musuh yang tak terhitung jumlahnya, melawan kekuatan yang lebih besar daripada yang pernah mereka bayangkan.

Pria misterius itu melangkah menuju pintu besi yang terkunci rapat, memberi isyarat agar mereka mengikuti. Di luar, suara tembakan semakin keras, menciptakan ritme yang semakin menegangkan.

“Siapkan senjata kalian!” seru Quenn, memandang Erik dan Rina. “Kita harus keluar dan melawan.”

Mereka bertiga keluar dari ruangan, dan saat pintu itu terbuka, pemandangan yang mengerikan langsung menyambut mereka. Puluhan orang dengan senjata berat berkumpul di luar, beberapa mengenakan pelindung tubuh, yang lain tampak siap dengan senjata api. Semua mata tertuju pada mereka, mata yang penuh dengan ancaman dan kebencian.

Vincent tidak menunjukkan rasa takut sedikit pun. “Ikuti aku,” katanya lagi, kali ini dengan lebih tegas.

Mereka berlari, melewati lorong sempit yang terasa seperti terowongan gelap menuju maut. Suara tembakan terdengar lebih dekat, lebih keras, seolah ingin menghabisi mereka. Rina memimpin, diikuti oleh Erik dan Quenn, dengan Vincent yang bergerak dengan kecepatan luar biasa di depan mereka. Quenn merasakan adrenalin yang mengalir dalam tubuhnya. Masing-masing detik yang berlalu membawa mereka lebih dekat pada kemungkinan kematian.

Tiba-tiba, dari balik sudut, dua orang bersenjata muncul, melepaskan tembakan langsung ke arah mereka. Rina, dengan reflek yang tajam, bergerak cepat, menembak salah satu dari mereka. Namun, lawan mereka tak tinggal diam. Mereka bergerak dengan terkoordinasi, terus mengejar, terus menyerang.

“Jangan berhenti!” teriak Vincent, suaranya penuh dengan perintah yang harus diikuti.

Quenn menggenggam senjatanya dengan erat, menembak seorang pengawal yang menghalangi jalan mereka. Tembakan itu tepat sasaran, dan pengawal itu jatuh ke lantai dengan darah yang mengalir deras. Namun, untuk setiap orang yang mereka jatuhkan, masih ada yang lainnya yang muncul, semakin banyak, semakin ganas.

“Ke sini!” teriak Vincent, mengarah ke pintu besi besar yang terbuka. Di sana, mereka dapat melihat kendaraan-kendaraan bersenjata yang sudah menunggu, siap untuk membawa mereka keluar dari tempat ini.

Namun, sebelum mereka bisa mencapai pintu tersebut, ledakan keras kembali mengguncang, dan dinding di sekitar mereka runtuh, menutup jalan keluar. Quenn terjatuh ke tanah, terhuyung-huyung akibat ledakan tersebut, namun ia segera bangkit, masih mendengar suara tembakan yang terus mengalir dari segala arah.

“Kita terjebak!” teriak Rina, matanya liar mencari jalan keluar.

Vincent menatap dinding yang runtuh, tampak berpikir cepat. “Tidak ada waktu. Kita harus menerobos.”

Erik menyeringai, meskipun wajahnya dipenuhi rasa cemas. “Tapi bagaimana? Mereka terlalu banyak!”

“Bertarung,” jawab Vincent singkat. “Kalian sudah terlibat dalam ini. Tidak ada jalan mundur.”

Dengan tekad yang semakin membara, Quenn mengangguk. Mereka harus berjuang. Tidak ada pilihan lain.

Rina memimpin, bergerak cepat menuju salah satu pengawal yang masih berdiri di depan mereka, menembaknya tepat di kepala. Quenn dan Erik mengikuti, bergerak dengan presisi. Tembakan demi tembakan terdengar. Tiap detik terasa begitu berharga. Mereka sudah hampir sampai ke kendaraan yang menunggu, namun musuh semakin mendekat, semakin banyak.

Quenn berlari dengan cepat, tubuhnya bergerak lincah meskipun rasa lelah dan ketegangan menggerogoti setiap ototnya. Namun, ia tahu bahwa jika ia berhenti, semuanya akan berakhir. Begitu mereka hampir mencapai kendaraan, suara langkah kaki yang lebih berat terdengar, dan sesosok pria besar muncul di hadapan mereka, menahan jalan mereka.

"Jangan pikir kalian bisa lolos dengan mudah," kata pria itu, matanya penuh dengan amarah. Dia mengangkat senjata berat dan menargetkan Quenn langsung.

Dalam sekejap, Quenn merasakan seluruh tubuhnya memanas. Waktu seperti berhenti. Dia hanya memiliki satu kesempatan, satu kesempatan untuk bertindak. Dengan refleks yang hampir instingtif, Quenn melompat ke samping, menghindari tembakan yang melesat ke arah dada. Tembakan kedua mengenai pinggangnya, tetapi ia berhasil menarik keluar pisau dari sabuknya, menusuk ke arah pria besar itu dengan gerakan cepat.

Pria itu terjatuh, tetapi tidak tanpa memberikan perlawanan yang mematikan. Quenn merasakan tubuhnya goyah, darah mengalir dari lukanya, namun ia tetap bertahan.

Akhirnya, mereka berhasil naik ke kendaraan yang menunggu, dan Vincent dengan cepat menginstruksikan pengemudi untuk segera bergerak. Namun, sebelum mobil itu melaju, Quenn menoleh ke belakang, melihat beberapa sosok yang mengamati mereka dari kejauhan.

Ini baru permulaan. Mereka telah melangkah lebih jauh ke dalam perang yang tak terelakkan. Dan kali ini, tidak ada lagi jalan untuk mundur.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!