NovelToon NovelToon
Bungee Jumpheart

Bungee Jumpheart

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Pernikahan Kilat / Teen Angst / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua / Psikopat itu cintaku
Popularitas:152.6k
Nilai: 5
Nama Author: sinta amalia

Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.

Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.

Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bungee~ Bab 20

Gio mencari-cari paket milik Leta di kamar. Tentu saja si empunya tak membiarkan itu, ia ikut masuk dan mencegah Gio untuk menemukan dan membongkar barangnya.

Gawat! Kenapa juga ia menaruhnya di tempat yang mudah terlihat. Jelas! Gio bisa mengambilnya di atas meja belajar.

"Opo iki, pesan apa kamu?" monolog Gio meneliti, siapa tau bungkusan itu mengandung bahan beracun, hal itu seketika memancing teriakan Leta, "jangan mas itu bommm!" berharap jika seruan refleksnya membuat Gio terkejut dan memberinya sedikit celah untuk merebut itu.

Namun pertahanan diri Gio memang patut diacungi jempol, karena saat Leta mengira pemuda itu tengah lengah membaca, nyatanya ia dapat segera menghindar dan menjauhkan barang itu dari jangkauan Leta.

"Aaaa!" gemasnya karena gagal. "Mas, jangan ihhh! Mas itu punyaku, jangannnn!" matanya melotot ketika Gio mulai membuka perekat di plastiknya.

"Privasi ih, mas Gio nyebelinnn lah!"

"Victoria---" lirih Gio membaca.

"Anak luthungggg! Budheee!" jerit Leta lagi kesal, sehingga memancing ibu untuk melerai anak-mantunya itu.

"Kenapa sih ini?" lerai ibu berusaha melebarkan pintu yang tak tertutup sempurna. Sempat itu tertutup namun tak rapat.

"Sec---" terus Gio, Leta bahkan sudah melompat-lompat heboh sambil menarik-narik lengan Gio dan mencubit-cubitnya, "aaaa! Mas Gio! Budheee! Mas Gio-nya!"

Ibu Gendis justru hanya bisa mengernyit setengah kebingungan---setengah keberisikan, namun juga gemas melihat keduanya begini. Ia tak ubahnya seperti sedang melihat sepasang bocah yang suka bertengkar, seolah flashback beberapa belas tahun ke belakang.

"Yo, itu bojomu kenapa, kamu apain?" tegur ibu menghentikan sejenak fokusnya dari paket Leta.

"Budhe, mas Gio nakal budhe." Adunya merengek, senjata andalan jika ia benar-benar kepepet dan hampir menyerah.

"Ck. Cepu. Nih!" Gio menyerahkan barang milik Leta itu ketika ibu sudah memasang alis tajamnya melihat ke arah Gio hingga Leta berhasil mendekap barangnya lagi, dan ibu kembali keluar dari sana. "Mbok ya jangan diusilin bojomu, Yo...Yo..." gelengnya sudah menjauh.

"Ish, dasar suami kurang aj ar!" desis Leta mengumpati sambil melangkah bermaksud keluar dari kamar menyusul ibu Gendis.

Namun sepertinya niatan kabur itu hanya mimpi saja. Karena nyatanya kini Gio sudah berlari memotong dan menutup pintu kamar, "lingerie.." senyumnya menyeringai jahat. Leta melotot terkejut saat tau jika Gio telah mengetahui apa yang ia beli.

Ia menggeleng usil, kini tatapannya menyusuri Leta dari atas hingga ke bawah seolah sedang melucuti, "ck...ck...nakal. Tau dari siapa barang begituan? Bahaya kamu, Ta....Ta... Apa maksudnya beli yang kaya gitu, hem?" ucapnya menggoda.

Alih-alih memaksa keluar, Leta justru mengambil langkah mundur dengan mendekap barangnya erat-erat, ia tau jika wajah Gio itu menafsirkan wajah seorang bad jingan saat ini, fix! Gio ngga waras! Mas Tama salah, mas Rangga salah, budhe dan padhe juga salah besar! Kini justru ia lah yang terjerat Gio, dan mungkin saat ini tak akan ada yang percaya jika Leta mengatakan Gio itu sebenarnya normal.

"Hayok coba!" titah Gio dengan lirikan mata ke arah barang yang didekap Leta, semakin mengerat terkesan mencoba ia sembunyikan dan lindungi dari Gio.

"Ta jadi juri...nanti aku kritik apa yang kurang, kurang menerawang kah, atau kurang berenda kah, cocok ndak di kulit kamu, atau modelnya kurang bikin greget..." ucapnya begitu santai tanpa dosa, padahal Leta saja sudah berwajah panik.

Leta menggeleng kencang karena justru Gio sudah mengunci pintu kamar, membuatnya dilanda panic attack.

"Engga."

"Udah mahal-mahal dibeli masa ndak dipake. Kamu beli lingerie buat aku kan, Ta? Yok dipake...mumpung masih bau pabrik..." titah Gio semakin mendekat, "so tau!" ketus Leta.

"Loh, buat siapa lagi? Jangan wani-wani buat cowok lain, aku ini suamimu loh...berani umbar buat yang lain, udah bisa nyium aroma neraka..." jelas Gio menakut-nakuti.

"Mas ih, nyebelin banget!" seru Leta meledakan tawa Gio. Ternyata weekendnya lebih seru lagi saat Leta berada bersamanya. Ternyata tak buruk saat sepasang rival disatukan dalam satu ikatan. Ada rasa tersendiri.

"Bilang sama aku, buat apa kamu beli yang begituan?" tanya Gio sudah membuat Leta mentok hingga terduduk di tepian ranjang.

"Buat jaring ikan di kolam pak haji." Jawabnya kembali memecah tawa Gio, "ndak mungkin. Ikan di kolam pak haji gede-gede, mana muat. Itu emang jaring---tapi buat jaring syah w44t laki-laki..."

"Mas udahan ah! Jangan kaya gini. Aku lagi capek, aku libur tuh pengen rebahan aja seharian, bukan kucing-kucingan begini!" Leta justru merengut dan memukul dada Gio dengan paket itu.

Gio terkekeh renyah ternyata nyali Leta ciut juga jika benar-benar dihadapkan dengan naf suu lelaki, "jangan memantik api kalo kamu ngga mau kebakar, Ta." Gio justru mendekat lebih lagi hingga tak berjarak dan menarik Leta ke dalam pelukannya, "mas." Tegur Leta semakin panik.

"Aku bagi tau rahasia kecilku sama kamu, Ta." Bisik Gio menarik dagu Leta ke arahnya, sementara Leta sudah menaruh dekapan tangannya di dada demi menjaga gunungannya tak menempel di dada Gio.

"Aku seratus persen normal. Jadi tanpa harus kamu pake beginian pun, aku pasti naf suu. Apalagi kalo kamu pake beginian..."

Jederr!

Leta cukup dibuat tersambar petir mengetahui itu langsung dari mulut Gio, "tapi kenapa kam---"

Gio langsung menyumpal mulut Leta dengan ciuman rakusnya, tak membiarkan Leta bersuara lagi setelah itu.

(..)

Leta benar-benar dibuat terkapar di atas ranjang dengan pakaian masih lengkap sepaket wajah syok tak berkutiknya. Gio membuktikan itu dengan memberikan Leta noda merah di leher. Sementara paket yang belum sempat ia buka dan masih terkemas rapi itu sudah terjatuh ke bawah lantai, saat si empunya mencoba berontak tadi.

"Aku pasti bakal cerita, atau mungkin nanti kamu sendiri yang bakalan tau perlahan-lahan."

Leta menoleh ke samping dimana Gio pun berbaring dan melihat ke arahnya, untuk yang terakhir Gio bangkit setelah sebelumnya membubuhkan kecupan hangatnya di kening Leta.

"Tapi untuk saat ini, cukup kamu yang tau saja. Karena percuma kamu bilang sama mas Rangga sama mas Tama...mereka ndak akan percaya kalo ndak ada bukti valid, kamu cuma dapet capeknya aja. Aku juga masih butuh perhatian mereka, perlindungan mereka buatmu. Aku akan butuh kamu untuk membantuku tetap waras." Jelas Gio menerawang jauh.

"Buat apa, biar apa? Kamu tuh kenapa sih?" kini Leta angkat bicara dan bangun dari posisinya.

"Jadi semua clue itu sengaja kamu kasih biar mas Tama, mas Rangga sama keluarga anggap kamu ngga normal beneran?!" cecar Leta lagi.

Gio menatap Leta lekat tanpa ekspresi.

"Aku memang masih bo doh, Ta. Aku gegabah...padahal kenyataannya aku ngga bisa selesaikan itu sendiri."

"Apa sih, kamu lagi ngomong apa?!" Leta semakin tak mengerti dan didera rasa penasaran.

"Semakin sedikit yang kamu tau, semakin baik buatmu, Ta. Lagian aku males jelasinnya, kamu ndak akan paham. Sudah cukup aku nyeret kamu dalam pusaran masalahku." jawabnya namun Leta bergegas menahan pintu dengan berdiri di depannya, "kasih tau, aku...barangkali aku bisa bantu kamu!" alisnya sudah menyengit curam.

Sementara Gio hanya mengulas senyum, "kamu mau bantu aku? Cukup ada di sampingku, jadi istriku. Awas minggir, aku mau nonton lagi..." usir Gio menarik Leta yang justru meloloskan Gio begitu saja sembari menyelami makna ucapan Gio.

Ia menyipit memandang kepergian Gio, hamba Tuhan yang satu itu begitu misterius.

"Sebenernya kamu kenapa, Yo?" Leta bermonolog.

*Aku benci perempuan, Yo...karena perempuan, bapakku pergi ninggalin ibu sama aku*.

*Karena perempuan itu, bapak jadi sering marahin dan mukulin ibu. Sampai kapanpun aku benci perempuan*....

*Tapi ibumu juga perempuan, Pis*.

*Gio sudah berurat kesal mencoba menjelaskan pada Rompis, berusaha menyeretnya pulang malam itu, ketika tante Murni memintanya membawa Rompis pulang dari sebuah club malam dengan para penghuni yang membuat Gio lumayan syok berat karena rupa-rupanya malam itu sedang diadakannya acara berkumpulnya para kaum Luth. Disana Rompis tengah bercumbu dengan kekasih prianya*.

**Gio menghela nafasnya mengingat kejadian lalu**, video dan foto yang bahkan membuat tante Murni terkena serangan jantung.

Tante Murni, sesosok ibu, yang rasanya baru kemarin menyambut kedatangan Rompis dan Gio dengan kehangatan kini terlihat selalu murung di atas kursi goyangnya. Wanita yang begitu baik, begitu penyayang pada siapapun teman putranya mendadak berubah jadi seseorang bermuram durja.

Tidak memungkiri, disaat ekonomi keluarganya tak dapat memenuhi kebutuhan masa muda Gio, cita-cita, keinginan Gio, ibu Rompislah yang menjadi penyokong utama Gio untuk meraih itu semua.

Bahkan disaat pensiunan bapak terlalu kembang kempis memenuhi sandang dan pangan keluarga mereka, bahkan saat Tama dan Rangga ketar ketir memenuhi biaya kuliahnya yang padahal kedua mas-nya pun punya tanggung jawab dan beban di rumah mereka masing-masing. Ibu Rompislah yang tulus membantunya.

Terlebih ia semakin stress saat mengetahui kenyataan pahit jika Rompis mengalami beban mental yang menyebabkannya berperilaku menyimpang. Hancurlah kehidupan bahagianya dalam seketika.

Gio, janji sama tante, le..temani Rompis--bawa dia kembali normal, bawa dia kembali sembuh, le....jaga dia, dia sendirian...dia rapuh.

Gio masih begitu mengingatnya, tanah basah kuburan ditangisi Rompis begitu pilu, *kenapa kamu mesti bilang sama ibuku Yo*! Dan langkahnya menemani nan melindungi Rompislah yang salah...

.

.

.

.

1
Wandi Fajar Ekoprasetyo
beuh..... minta d kubur si gio ini.....jgn dlu lah...tunggu SMP leta yg ngasih kan jd nya enak
Wandi Fajar Ekoprasetyo
gila bener....mas Hanoman......
rheisha
persosa aja,orang udah halal ini yo...😄
Maymayarni
lanjut thor
Deuis Lina
itu lebih baik Yo karena gak berdosa juga kamu kan suaminya yg sah
MunaRizka
bener yaa mas gio,,diperkose ataupun enggak tetap aja disalahin🤣🤣
MunaRizka
bertengkar hanya alibi yaa gio
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
🤣🤣🤣🤣🤣
kusumaning ati💕
gio...gio....susah sembuh itu si rompis kalo ga dari dirinya sendiri mau...
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
Er
ayo yo tak dukung kalau kamu mau perkosa bojo mu
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
kusumaning ati💕
suruh ospek sama mas hanomanmu goi ...biar dididik laki2 sejati
MunaRizka
astaga kenapa jadi kebetulan,kebenaran yg benernya leta🤣🤣🤣🤣
MunaRizka
salah paham si pak polisi🤣🤣🤣🤣🤣
ieda1195
pokosa aja gpp yoo,, udah ada lebel halalnya,,
biar si letta gk pergi2 dri kmu
ieda1195
nahh,, siippp mus
Nurhayati Nia
monggo mas gilo wong udah halal ini tohh
Zee Zee Zubaydah
waduuh,si gio main perkosaa aja
jangan to yo,kasian si leta masih gadis
UfyArie
heee gio glamak😂😂😂
Denok 82
hahaha honeymoon nich crtanya...sampe nginep dihotel ..wes terserah koe Yo .arep mbok apakne bojomu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!