Matilda seorang bad girl di sekolah barunya, dia harus menelan kenyataan pahit tentang fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sampai dia mengenal bad boy yang di kenal kejam di sekolah barunya, sialnya orang itu justru yang memberi fakta perceraian kedua orang tua nya.
Sempat berlika-liku untuk mencari tahu faktanya, sampai akhirnya Matilda mengetahui sifat asli ayahnya seperti apa.
Ya, ayah nya sendiri yang membuat hubungan orang tuanya hancur.
Seiring waktu berjalan, mereka akhirnya saling cinta dan bersatu untuk menumpas ketidakadilan yang di lakukan oleh ayah nya Matilda.
Bagaimana kisah percintaan mereka? apa ada orang ketiga di antara mereka? bisakah mereka bersama menegak keadilan? dan bagaimana caranya? ikuti ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QUEENS RIA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
06.
Matilda melajukan kendaraan sepeda motor dengan kecepatan sedang. melewati kemacetan di jalanan kota.
Sambil memikirkan penjelasan sisa semalam, nampak dia masih kesal berkepanjangan, menerima kenyataan yang sedikit mencoreng perasaannya sebagai anak.
"Matilda" Sahut seseorang tiba-tiba memberhentikan laju sepeda motor miliknya
Dia melihat spion siapa yang memanggil dirinya, ternyata ada Alena yang menghampiri pakai sepeda motornya.
"Mau bareng?" Ajak nya dengan tersenyum
Gadis itu mengangguk untuk menyetujui, sampai akhirnya mereka pergi bersama ke sekolah dengan jalan beriringan.
Sehabis dari parkiran sekolah, mereka beriringan berjalan dengan mengobrol santai haha hihi sepanjang koridor sekolah.
Masuk ke kelas dan belajar dengan normal tanpa halangan sampai Matilda izin ke toilet karena tak kuat menahan pipis nya.
"Ditahan nanti penyakit Bu" Kata Matilda yang sempat di tolak oleh Bu Julaeha karena jam mengajar nya sudah memasuki untuk ulangan.
"Yaudah jangan lama-lama, soalnya mau ulangan" Tegas Bu Julaeha.
"Siap"
Gadis itu merangkak pergi dengan berlari kecil, seperti sudah di ujung banget sampai akhirnya sampai toilet dia membuang semua isinya. Membuatnya bernapas lega.
Dibalik pintu terdengar keluhan kecil yang bukan lain itu Frisca, yang kebetulan dia juga izin ke toilet karena bosan mendengar guru yang mengajar nya di kelas.
"Bikin ngantuk aja" Dumam nya sambil menata rambut di balik cermin.
Tak lama Matilda muncul dari balik pintu toilet yang membuat Matilda memekik ke belakang "ELU"
Matilda berdecak, dia berjalan pelan menuju cermin, berdiri tepat disamping Frisca "Kenapa lu? kaya mandang setan aja" Protesnya karena sedikit tersindir.
Frisca menoleh sinis "Ada hubungan apa lu sama Apit?"
"Enggak ada hubungan apa-apa" Jawab Matilda sambil memoles bibir dengan lip balm yang dibawanya.
Frisca terus memperhatikan gerak-gerik nya, sampai akhirnya dia menoleh kembali ke cermin untuk mengoles lip cream pada bibirnya.
Matilda menoleh kilat kearah Frisca sambil berbalik badan "Dah ya gue duluan ke kelas" Pamitnya.
Frisca mengangguk, karena tidak ingin ribut lagi dengannya di sekolah, kalau saja ancaman dari guru kemarin di ruang konseling tidak ada, mungkin saja mereka sudah jambak-jambakan lagi.
Saat istirahat tiba, Matilda bersama kedua teman barunya sedang santai di kantin melihat isi menu nya hari ini, mereka menyambut senang, karena menunya kare ayam yang dikenal enak di sekolahnya.
Hanya saja matilda belum mengetahui lebih banyak dia memilih ikut mesan makanan nya.
Di meja sebelah ada Apit yang sedang bersama Frisca terus mengunci pandangan nya ke Matilda.
Frisca mengerut kening karena saat ngobrol Apit selalu memperhatikan Matilda terus menerus. "Lihat gue dong" Protesnya.
Apit menatap Frisca. Seakan dia ingin meluapkan amarah, Karena di tempat Matilda baru saja ada seseorang yang menghampiri nya.
"Hay, sorry lu sendirian?" Sapa ramah Regan, pemuda satu ini adalah murid kelas 12 IPS 2 yang kebetulan satu angkatan dengan Matilda cuma beda kelas.
"Oh — Hai" Matilda balik menyapa.
Alena dan Diora yang baru balik mesan nasi sayur dikejutkan seorang cowok di dekat Matilda.
Alena sedikit berdehem geli "Til, siapa nih? Kenalan baru?" Tanyanya kepo.
Diora sedikit mengompori Matilda biar dia tertarik "Bukan nya lu pemain basket ya? Kebetulan gue cheer yang kemarin jadi pemandu sorak di turnamen lu, lu hebat banget mainnya"
"Lu anggota cheerleader Diora?" Tanya Matilda
Tak disangka dan tak diduga-duga, karena kalau membahas tentang hobi, Matilda selalu bersemangat menanyakan hal yang mengenai tentang pemandu sorak.
Diora sedikit mengangguk lemah
"Apa sekolah ini ada cheer?" Tanya kembali Matilda.
"Ada, lu mau ikutan?" Jawab Diora.
Tiba-tiba Frisca menyela obrolan "Ga boleh Diora, pokoknya dia ga boleh ikut club kita" Tolaknya
Matilda menunjuk perawakan Frisca dengan wajah tengil "Orang ini salah satu anggota cheerleader?" Tanya ke Diora
"Iya dia salah satu anggota cheer, dia sebagai second team bagian atas, kalau gue di base yang nopang badannya" Jawab Diora sedikit membuat Matilda paham.
"Serius lu Dior? Lu nopang tengkorak kering kaya gini?" Sarkas Matilda lagi-lagi menunjuk Frisca.
"Sopan kah begitu manis?" Frisca tak terima, dia mengatur badannya untuk berdiri dan menghampirinya, beruntung Apit lebih dulu mencegah Frisca dan membawanya ke rooftop.
Saat sudah di atas rooftop, Apit menenangkan Frisca "Inget kemarin lu sudah dapat surat peringatan, jangan sampai ribut-ribut lagi, nanti yang ada lu di keluarin" Omelnya.
Frisca membela diri karena yang mulai pertama bukan dirinya, kalau saja dia tidak menyela obrolan Diora, pasti ga akan sampai dibawa ke rooftop.
Sampai akhirnya Apit merasa kalau dirinya sedikit risih, tepat pada matanya yang melihat mengarah ke Matilda yang terus ditempel oleh Regan.
"Dah yu kita pergi dari sini" Ajak Apit ke Frisca
Dia berdiri bahkan berjalan sedikit cepat menghampiri Matilda.
"Ada apa ya kalian kesini?" Tanya Regan kepo.
Apit menggeret pergelangan tangan Matilda tiba-tiba membuatnya terseok dan mengaduh.
"Tunggu sayang lu mau bawa dia kemana?" Sahut Frisca penasaran.
"Gausah kepo" Katanya sambil melotot tajam, dari sorotan matanya itu mewakilkan kalau dirinya yang sekarang tak bisa di ganggu.
Betapa dingin nya Apit membawa Matilda ke suatu tempat, saat melintasi semua murid, mereka terlihat terheran-heran, bahkan ada juga yang merasa kasihan sampai ingin memisahkan.
Sampai di gedung samping sekolah, Matilda di dorong pelan oleh Apit sampai dia bersandar ke tembok, Apit mengurung nya. Seakan ingin mengintimidasi.
"Bisa ga sih, ga kasar!!" Protes Matilda menepis pergelangan lengan nya Apit.
"Gue mau denger penjelasan lu waktu dulu kenapa lu sampai mutusin gue?" Tanya Apit sambil mendekatkan wajah nya ke Matilda.
Matilda merapatkan bibir dengan kedua mata membulat "Mau apa lu?" katanya.
Dikira apit dia ingin menciumnya, kesalahan pahaman nya membuat nya tertawa sedikit
"Hahahaha"
"Kenapa lu ketawa?" Tanya Matilda
"Jawab pertanyaan gue yang barusan" Tegas Apit melotot, membuat Matilda terhentak takut.
"Karena ayah gue gamau hubungan kita berlanjut" Jawab Matilda dengan nada sedikit melemah.
"Kenapa dengan ayah lu?" Tanya Apit karena merasa ini tidak adil untuknya dan juga Matilda.
"Kemarin gue ngobrol sama ayah, ayah ngira kalau lu yang nge bully gue dulu"
Apit seakan tidak percaya "Jadi itu alasan lu putus dengan gue?" Katanya.
Matilda mengangguk pelan "Bukan hanya putus dengan lu, orang tua gue juga cerai gara-gara itu" Curhatnya.
Apit sedikit membuka rahang, membuatnya seakan tak percaya "Jadi ibu lu cerai cuma masalah sepele itu?" Katanya
"Katanya salah satu teman SMP gue mengadu ke ayah gue sampai setiap hari, sampai bergosip yang engga benar" Kata Matilda yang mengadu.
Seketika Apit terbelalak saat mengetahui siapa orang yang di maksud karena teman SMP yang dekat saat bersama Matilda adalah Frisca.
JADE ( Who Stole My Virginity )