Matilda BAD GIRLS IN THE SCHOOL

Matilda BAD GIRLS IN THE SCHOOL

01 - Matilda Dara Lisna

Sore itu di jam pulang sekolah SMA negeri 12 Kota Surabaya, Terdapat seorang gadis cantik spek bidadari sedang mengikuti latihan cheerleader di sekolahnya.

Dia adalah Matilda Dara Lisna, gadis nakal berumur 17 tahun, tak ayal teman-teman nya menyebut dia bad girls karena di sekolahnya dikenal selalu buat onar yang hobi membolos.

Dengan kaos team cheerleader tanpa lengan dengan rok menjulang ke atas karena hembusan angin, dia berteriak lantang membentuk formasi segitiga.

Disamping ada sahabatnya Karina, dengan formasi sama, mereka kompak menekuk satu kaki dengan saling merangkul, sisa satu tangan keatas sambil memegang aksesoris pom-pom.

"WOOOO"

Sebagian siswa yang belum pulang melihat sambil ikut memeriahkan dengan sorakan tepuk tangan mengarahnya, ada juga yang menggosipkan nya dari belakang.

"Gadis cantik tapi sulit untuk di dekatin"

"Iya lagi, mana tubuhnya ramping, rambut nya berponi kuncir kuda, Macam mana gue bisa jatuh cinta padanya"

"Omong-omong si dia akhir bulan ini mau pindah sekolah ke Jakarta, sayang banget sekolah ini kehilangan salah satu bidadari nya"

"Tapi gue bersyukur, setidaknya mengurangi murid nakal disini"

Matilda tiba-tiba melompat ke atas dengan gaya memutar badan dan di tangkap oleh teman nya yang di bawah, membuat para murid semakin bergemuruh heboh.

PRITTT

Peluit sudah dibunyikan oleh guru pendamping

"Hari ini cukup latihan nya, kalian bisa pulang dan beristirahat" Katanya dengan suara lantang sambil bertepuk tangan.

Sambil meminum es di kantin dia ditemani oleh Karina yang sedang mengobrol kan sesuatu dengan nya.

Matilda tampak mengerucut bibir saat ditanya tentang kepindahan nya.

"Padahal gue sudah nyaman sekolah disini, kalau papah gue enggak ada kerjaan di jakarta mah gue tetap disini" Keluh Matilda

"Enak lu di jakarta, punya teman-teman gaul yang high class, yakali nanti lu juga bisa dapat cowok tampan" Sahut Karina menggoda sedikit

"Ish mana ada ya, gue lebih nyaman sendiri dari pada ada cowok makan hati" Matilda mengelak membuat Karina sedikit terkekeh.

"Pacaran sama gue aja yuk" Kata Karina terus menggoda sahabat nya.

"Ogah, gue masih normal ya goblok" Protes Matilda dengan nada tinggi.

Tak butuh lama mereka pulang ke rumah masing-masing, saat dirumah Matilda di samperin ayahnya untuk mengobrol serius dengan nya.

"APA JAKARTA SELATAN!!" Pekik Matilda saat tau lokasi dimana dia akan pindah kota, jauh-jauh sebelum nya Pak Burhan sudah mengurus berkas-berkas perpindahan sekolah putri nya, dia tak main-main tentang rencananya.

"Kalau kamu engga ikut, kamu mau sama siapa? Ayah di pindah kerja sesuai permintaan atasan" Jawab Pak Burhan dengan lembut menghadapi putrinya yang sedang protes.

"Tapi ayah tau kan jakarta selatan bagaimana?" Kata Matilda, seakan dia akan menolak permintaan pindah ke Jakarta Selatan, karena saat dia kecil pernah berseteru dengan pria yang ada di kota itu.

"Papah sudah membeli rumah juga disana, dekat kantor papah kerja, nanti tempat sekolah kamu juga lumayan dekat dari rumah, kamu nanti papah belikan motor untuk fasilitas kamu di sekolah"

"Tapi pah— gimana nanti Matilda beradaptasi disana? murid-murid nya high class semua" Katanya terus memprotes.

"Papah pastikan tempat sekolahan kamu bakalan cocok dan cepat beradaptasi"

Matilda menghela nafas sambil menyender di penyangga bangku dengan wajah sebal.

"Iya, iya deh Matil nurut" Kata Matilda sambil berbalik menuju kamarnya untuk tidur.

Lima hari kemudian.

"Gimana Matilda sudah siap?" Pekik ayahnya dari bawah sambil membawa tas dan koper perpindahan nya.

Rumahnya juga sudah sebagian kosong tanpa barang, hanya menyisakan bangunan kosong yang nantinya akan dijual Pak Burhan.

Sisa barang nantinya akan dikirim melalui pembantunya yang ada disana.

"Bibi nanti tolong barang Matilda cepat dikirim ya, untuk lokasi rumah barunya nanti Matilda share lokasi" Kata Matilda yang berbicara dengan Bu Ida pelayan setia nya di rumah.

"Baik non, siap" Jawab Bu Ida dengan senyum ramahnya.

20.00 Jakarta Selatan

Matilda dan Pak Burhan telah sampai di kota tujuan, melihat indahnya bangunan pencakar langit di malam hari, mereka menunggu jemputan dari bos kerjaan nya Pak Burhan.

Matilda ijin untuk berkeliling terlebih dahulu melihat keindahan malam di kota ini sebelum sampai rumah nya.

"Tak jauh berbeda dari Kota Surabaya" Gumam Matilda pada diri sendiri.

BREM!!

BREM!!

Tiba-tiba Matilda yang sedang fokus makan bubur kacang di salah satu kedai dekat terminal mendengar suara gerungan motor yang berhenti tepat di depan nya.

Matilda menoleh untuk melihat pengendara itu turun dari motornya, saat dia membuka helm full face nya Matilda tersedak makanan hingga reflek meminta minum ke pedagang.

Namun sial nya pundak Matilda bersentuhan dengan pundak cowok pria itu, membuat Matilda yang tidak suka disentuh cowok marah-marah tak jelas.

"Jangan modus ya sentuh-sentuh gue" Katanya yang penuh tatapan galak.

Cowok itu menstabilkan reaksi, menghiraukan sambil duduk memesan bubur.

Matilda mengambil minuman teh hangat manis yang telah dia pesan dan kembali ke tempat duduk nya.

Saat cowok itu sudah menghabiskan dia membuat reaksi tak terduga dengan pandangan dingin yang begitu menakutkan.

"Ngapain lu liatin gue" Katanya sambil melihat perawakan cowok itu, dengan tubuh tinggi, rambut rapih bergaya two blocks, berkumis tipis dan bermata hazel

Suka banget

Di dalam hati Matilda saat melihat cowok itu yang sedang menatap dingin mengarahnya.

"Jangan rese" Jawab cowok itu lalu pergi meninggalkan Matilda pakai sepeda motornya.

"Idih, dingin banget si tuh cowok" Matilda bergumam pelan sambil membayar makanan, karena papahnya sudah memanggilnya di balik telepon genggam nya.

Mereka melanjutkan perjalanan ke rumah diantar Pak Samsul selaku atasan dari ayahnya.

"Gadis kecil pak Burhan sekarang sudah tumbuh cantik ya" Goda sedikit pak Samsul dari bangku depan sambil melihat pandangan ke kaca yang memantulkan wajah Matilda.

Diketahui pak Burhan dengan pak Samsul adalah rekan sekolahnya dulu, kini bekerja bareng di satu perusahaan.

Perbedaan jabatan tidak mempengaruhi pertemanan nya.

Matilda mengerut kening saat bapak-bapak menggosipkan nya dari depan "Ah berhenti jangan gosipin Matilda um" Protes nya dengan sebal menunjuk ke arah pak Samsul.

Pak Burhan sedikit terkekeh saat melihat wajah panik nya Samsul

Sampai rumah barunya Matilda masuk, rumahnya lebih besar dari yang sebelumnya. Dibelakang juga ada kolam renang, lampu serba emas dengan tembok berwarna putih tanpa noda.

Matilda sangat suka, karena berasa tinggal di Istiana, dia duduk sambil rebahan di bawah sejuknya pendingin ruangan yang terpampang di tembok atas.

Gaya tengkurap dengan mengelus gemas bantal sofa dengan desahan kecil nya.

Tak lama pak Samsul pun berpamitan, Matilda mengucapkan rasa terima kasih nya sambil melambaikan tangan mengarah pada mobilnya yang sudah melaju dari rumahnya.

"Kamu tidur ya Matilda, persiapan untuk masuk sekolah nanti" Titah Pak Burhan membuat Matilda menuju kamarnya yang penuh dengan warna keunguan.

Barang-barang pribadi nya pun sudah tersusun rapih dikamar, Dia terjun ke ranjang dan siap bermimpi indah.

Terpopuler

Comments

miilieaa

miilieaa

hay kak semangat yaa.. lanjut lagii bacanya

2024-11-02

0

nao chan

nao chan

aduh ini berhasil bikin aku ngakak loh🤣🤣 aku sampe mbayangin rok menjulang ke atas tu kayak mana?

2024-11-05

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!