Fifiyan adalah anak dari ketua mafia kegelapan yang dikenal kuat dan kejam, banyak mafia yang tunduk dengan mafia kegelapan ini. Tetapi disaat umurnya yang masih belia pada perang mafia musim dingin, keluarga besarnya dibunuh oleh mafia musuh yang misterius dimana membuatnnyabmenjadi anak sebatangkara.
Disaat dia berlari dan mencoba kabur dari kejaran musuh, Fifiyan tidak sengaja bertemu dengan seorang pria kecil yang bersembunyi di dalam gua, karena mereka berdua berada di ambang kematian dan pasukan mafia musuh yang berada diluar gua membuat pria kecil itu mencium Fifiyan dan mengigit lehernya Fifiyan. Setelah kejadiaj itu, Fifiyan dan pria kecil itu berpisah dan bekas gigitannya berubah menjadi tanda merah di leher Fifiyan.
Apakah Fifiyan mampu membalaskan dendam atas kematian keluarganya? Apakah Fifiyan mendapatkan petunjuk tentang kehidupan Fifiyan nantinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu Kakak Kandung Asli
Selama pertemuan aku hanya terdiam dan mencorat coret buku catatanku yang dikembalikan oleh Finley itu, Han tertawa pelan yang membuatku meliriknya kesal.
"Apa kau tertawa seperti itu?" Gerutuku kesal.
"Ternyata kau tidak bisa terlepas dari si tuan muda itu ya..." sindir Han.
"Diamlah!" Gerutuku kesal.
"Kau harus bisa menerimanya sebagai suamimu lagi pula kehebatan dia tidak buruk."
"Aku tahu tapi... Haish ya sudahlah..." desahku pelan.
"Di dunia mafia ada lima orang yang terkuat dan terkejam... Kau, Fafiyon, Fefiyon, dan Finley."
"Lalu satunya siapa?"
"Aku tidak tahu, tapi dengar-dengar dia adalah petinggi tertinggi di wilayah musuh."
"Apa pria berjubah tadi?"
"Aku tidak yakin."
"Cari tahu lebih lanjut kak..."
"Ya aku tahu."
"Oohh ya, kak Han tahu tidak tempat persembunyian ayah dan ibu?"
"Tidak tahu, tapi nanti saja aku cari tahu..." gumam Han pelan.
Aku terdiam mencoret buku catatanku sampai keputusan pertemuan di sahkan, tidak lama banyak ketua mafia seluruh wilayah masuk ke ruang pertemuan tetapi aku tidak peduli.
"Hoaam..." desahku terus menguap saat pertemuan antar mafia tertinggi dimulai.
Tepat di depanku aku melihat sepuluh kursi yang masing-masing tertulis Asia, Amerika Pusat, Amerika Selatan, Amerika Utara, Eropa Timur, Eropa Barat, Australia, Antartika, Afrika dan kursi khusus petinggi tertinggi yang telah di tempati oleh seorang tetua petinggi seluruh wilayah. Tidak lama aku melihat Fiyoni, Fifiyon dan Fiyani ada di pertemuan walaupun aku tahu tapi aku berusaha biasa saja dan berusaha tidak memperdulikannya.
"Baiklah, sebelum dimulai silahkan para petinggi organisasi negara wilayah duduk di kursi yang sudah di sediakan!" Ucap seorang pria serius.
Aku melihat Fafiyon duduk di kursinya, Fefiyon duduk di kursinya dan Finley duduk di kursinya dan petinggi tertinggi organisasi negara wilayah lainnya duduk di kursinya.
"Nona muda, maaf... Saya tidak berani duduk di kursi panas itu..." gumam Laurel pelan.
"Kamu disini saja..." gumamku pelan dan kembali mencoret-coret bukuku.
"Loohh kenapa kursi negara wilayah Asia dan Eropa Timur kosong? Apa mereka tidak hadir ya?" Ucap seorang ketua bingung.
"Halah jangan bilang si gadis tengik itu tidak datang lagi!" Sindir seorang pria dingin.
"Ya, dia tidak pernah mau datang ke pertemuan manapun!" ucap seorang wanita kencang.
"Diam!" Ucap tetua tertinggi kencang.
"Haish... Kau majulah... Fifiyan Valentina Viollet!" Ucap tetua petinggi seluruh negara wilayah menatapku serius.
"Fifiyan Valentina? Viollet? Jangan-jangan dia..." ucap beberapa orang terkejut.
"Kak Han duduk di wilayah Asia saja..." gumamku menutup buku catatanku dan beranjak dari tempat dudukku. Han langsung duduk di kursi negara wilayah Asia sedangkan aku berjalan pelan dan duduk di kursi wilayah Eropa Timur yang berada di tengah-tengah semua petinggi tertinggi negara wilayah.
"Baiklah pertemuan akan di..."
"Tunggu dulu! Bisa tidak kalau mereka memperkenalkan diri!" Ucap Fifiyon kencang.
"Ide bagus, silahkan kalian memperkenalkan diri."
"Aku Putra Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Australia!"
"Aku Petra Viollet seorang petinggi tertinggi negara wilayah Afrika."
"Aku Dwipa Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Amerika Selatan.
"Aku Fanley Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Amerika Utara."
"Aku Finley Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Amerika Pusat."
"Aku Fefiyon Valentin Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Antartika."
"Aku Fafiyon Valentin Viollet seorang petinggi tertinggi di negara wilayah Eropa Barat!"
Disaat semua orang memperkenalkan diri, aku melihat Fiyoni sedang duduk di kursinya bersama seorang wanita cantik dan anak laki-laki yang terlihat mirip dengan Fiyoni.
"Ehheemmm... Fifiyan..." Ucap tetua petinggi mengagetkanku.
"Perkenalkan aku... petinggi tertinggi di negara wilayah Asia dan petinggi tertinggi di negara wilayah Eropa Timur sekaligus petinggi di seluruh negara wilayah... namaku.... Fifiyan Valentina... Viollet!" Ucapku dingin yang membuat seluruh orang terkejut mendengarnya.
"Tunggu... Dia bilang apa?" Ucap seorang pria menatapku terkejut. Tidak lama aku mendengar suara tepukan tangan dengan kencang, semua petinggi nampak bersiap-siap sedangkan aku duduk santai di kursiku.
"Hahaha!! Kau? Petinggi diseluruh negara wilayah ? Apa kau bercanda? Kau masih bocah ingusan!" Sindir seorang pria yang berjubah hitam berjalan masuk ke dalam ruangan.
"Ciihh bagaimana dia bisa kabur dari lembah kematian!" Ucap Fafiyon kesal.
"Entahlah, kita harus waspada kak..." ucap Fefiyon dingin.
"K-kau! Bagaimana bisa kau berada disini?" Ucap beberapa tetua terkejut.
"Aku ya? Apa yang tidak bisa aku lakukan?" Ucap pria itu berjalan kearahku.
"Serang dia!!" Teriak beberapa ketua mafia kencang dan berusaha menyerangnya tapi tidak aku duga kalau pria itu dengan mudah melukai ketua mafia yang kuat itu.
Seluruh petinggi tertinggi negara wilayah bersatu mengalahkan pria itu bahkan Han juga ikut andil juga sedangkan aku santai menatap mereka semua di depanku.
"Tetua... Dia siapa?" Tanyaku santai.
"Mereka adalah kakak kandungmu... Raihan Valentin Viollet dan Roihan Valentin Viollet."
"Tunggu? Mereka?" Ucapku menatap pria yang sedang bertarung dan dibelakangnya berjalan pria tampan memakai jubah hitam dengan mata yang mirip denganku seakan-akan pria didepannya adalah ajudannya sedangkan pria dibelakangnya adalah bosnya.
Tidak lama aku melihat seluruh petinggi tertinggi terluka parah yang membuatku terkejut.
"Apa mereka... Hebat?"
"Ya, mereka adalah orang terkejam, terkuat, dan terlicik yang pernah ada!" Ucap tetua serius yang membuatku terkejut.
"Tetua... Apa campuran dari keluarga Valentin dan Viollet akan melahirkan orang-orang yang kuat dan hebat?" Tanyaku menatap tetua petinggi tertinggi dengan serius.
"Benar, itulah kenapa kalian sangat dibenci, apalagi kedua kakakmu itu. Tidak ada yang bisa menyaingi kehebatan mereka tetapi kekuatan mereka setara dengan petinggi dari organisasi musuh..." ucap tetua petinggi tertinggi pelan.
"Ooh begitu ya?" gumamku menatap pria berjubah itu menaikkan senjatanya yang penuh darah di arah Han yang terluka parah, Han yang terlihat sangat terluka parah berusaha untuk menjagaku.
"Haish kenapa ada aja masalah!" Gerutuku melemparkan senjataku yang membuat senjata pria itu terlempar jauh, pria itu menatapku serius sedangkan aku beranjak dari kursiku dan menatap kedua pria itu dengan dingin.
Aku menarik benang yang terikat di senjataku yang membuat senjataku kembali ke genggamanku, kedua pria itu berjalan bersamaan dan berdiri tepat di depanku. Kedua pria itu menggerakkan tangannya memegang senjatanya mengarahkannya ke leherku dan dengan cepat aku mengarahkan kedua senjataku ke leher kedua orang itu yang membuat kedua pria itu tersenyum dingin.
"Ternyata benar yang dirumorkan itu..." ucap seorang pria di depanku dengan senyuman dinginnya.
"Rumor ya? Aku tidak tahu apa yang kalian maksudkan... Kakak..." ucapku tersenyum dingin.
"Kakak ya? Panggilan aneh bagiku..." ucap salah satu pria itu mencekik leherku dan dengan cepat aku menyembunyikan senjataku dan mencekik leher pria itu sedangkan tanganku yang lain terus memegang senjataku.
"Kau benar-benar luar biasa ya? Padahal seumur hidupmu menderita dan tubuhmu dipenuhi racun langka tapi kau masih hidup sampai sekarang ya?" Ucap pria di depanku mencekik leherku kuat yang membuatku menahan sakit.
"A-apa yang kalian inginkan?" Ucapku dingin.
"Kami ya? Kami ingin mengajakmu bertaruh..."
"B-bertaruh?" Tanyaku pelan.
"Ya, diseluruh dunia mafia ini hanya ada lima orang yang terkuat, terhebat, dan terlicik. Jika kau bisa merebut jabatan itu maka... Aku akan menganggapmu adikku tapi jika kau tidak mampu maka... Kau harus siap menanggung penderitaan diseumur hidupmu walaupun inkarnasi... Bagaimana?" Ucap pria itu serius.
"Jika aku berhasil apa aku tidak akan menderita?"
"Hahaha kau... Memang di takdirkan menderita di seluruh hidupmu, walaupun begitu jika kau bisa berada di jabatan itu maka... Aku akan membantumu karena aku menganggapmu adikku... Bagaimana?" Ucap pria itu serius yang membuatku menahan sakit di leherku dan dada yang sakit karena kesulitan bernafas.
"Baiklah aku terima taruhanmu... Kakak!" Ucapku serius, pria itu memasukkan sebuah kapsul hitam ke dalam mulutku yang membuatku menelan kapsul itu.
"Bagus... Itu yang aku harapkan!" Ucap pria itu melepaskan cekikanku dan pergi menghilang.
"Uuhhuukkk... Uuhhhuukkk... Haaahh..." desahku menahan tubuhku sambil memegang kursiku dengan kuat.
Apa yang dia berikan padaku? Batinku pelan.
"Kau menerima taruhannya?" ucap tetua petinggi tertinggi dengan serius, aku menatap tetua petinggi tertinggi dan menganggukkan kepalaku pelan.
"Ya, bagiku itu tidak buruk..." gumamku pelan.
"Itu ide buruk! Kau akan menambah pekerjaanmu dan juga memperbanyak masalah!"
"Tidak masalah, dari pada aku sendirian..." desahku berusaha berdiri, aku memberikan kode Laurel dan Laurel menjentikkan jari tangannya yang membuat bawahanku langsung masuk mengobati semua orang yang terluka. Tidak lama aku berdiri, aku merasa tubuhku melemas dan aku jatuh ke lantai tidak sadarkan diri.