"Apa-apaan ini?" teriak Alexa.
"Nikah sama gue!" perintah Niko.
"Gak mau!" tolak Alexa.
"Lo nolak siap-siap gue hancurin karier lo!" ancam Niko.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon echa wartuti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Si Tampan Yang Menyebalkan
Alexa dalam perjalanan ke rumah Olive. Ia duduk di bangku penumpang belakang bersama Nicholas. Bibirnya mengerucut sebal. Nicholas yang duduk di sampingnya melirik malas.
"Apa?" tanya Alexa sebal membuat Nicholas berdecih.
Alexa membuang pandangannya ke arah lain sambil melipat kedua tangannya di dada. "Kenapa lo selalu memutuskan semua hal sendiri tanpa mengatakan lebih awal sama gue?"
"Karena gue tidak mau berdebat sama lo. Lo tipe perempuan pembangkang," jawab Nicholas dengan santainya.
"Setidaknya beritahu gue lebih awal agar gue bisa bersiap," protes Alexa.
"Sudah gue kasih tahu, 'kan?" ucap Nicholas datar.
"Iya, tapi lo kasih tahu gue lima menit sebelum kita pergi,” protes Alexa seketika melihat ke arah Nicholas.
"Sama saja, 'kan," balas Nicholas tidak peduli dengan kekesalan Alexa.
Alexa menggeram seraya mengepalkan kedua telapak tangannya di udara. Ingin sekali Alexa meninju wajah pria yang menyebalkan itu. Tampan tetapi sangat menyebalkan.
"Sudah selesai marahnya?" tanya Nicholas sembari melirik Alexa.
"Apa peduli lo? Lagi pula gue akan selalu kesal jika berada di dekat lo," ucap Alexa sarkas.
Nicholas mendengkus kesal. Setelah itu tidak ada obrolan lagi, Arif yang duduk di depannya menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal dan diam-diam menahan tawanya ketika mendengar perdebatan Alexa dan Nicholas. Selalu bertengkar setiap saat, apa jadinya nanti jika keduanya disatukan dalam ikatan pernikahan.
Tidak lama mereka sampai di kediaman Olive. Keduanya turun dari mobil secara bersamaan dari pintu yang berbeda.
"Arif turunkan barang-barang yang sudah kita beli tadi!" perintah Nicholas.
"Baik, Tuan." Arif membungkukkan sedikit badannya.
"Lo beli apaan memang?" tanya Alexa.
"Tuh!" Nicholas menunjuk barang-barang yang baru saja Arif turunkan dengan dagunya.
Alexa melongo melihat barang-barang yang baru saja dikeluarkan dari bagasi mobil. Ada pakaian dan juga berberapa maninan. Salah satunya adalah mainan mobil remote control. Jangan ditanya pula berapa harga mainan itu.
"Apa semua itu?" tanya Alexa.
"Apa lo gak bisa lihat?" tanya Nicholas dengan nada dingin.
Alexa mendengkus mendengar jawaban Nicholas. Tetapi Alexa senang, setidaknya mereka datang tidak dengan tangan kosong.
"Lo beli semua itu untuk siapa?" tanya Alexa.
"Untuk kakak ipar lo," jawab Nicholas.
"Bisa tidak lo gak bercanda?" sergah Alexa.
"Pertanyaan lo gak ngotak!" Nicholas bicara dengan nada sarkas membuat Alexa misah-misuh tidak jelas. "Jelas gue beli semua ini untuk anak kakak lo atau anak lo." Nicholas berbicara lirik dan memastikan hanya Alexa yang bisa mendengar perkataannya.
Alexa terdiam dan mendengkus mendengar perkataan yang keluar dari mulut Nicholas.
"Mau masuk atau tetap di sini ngajak gue debat?" tanya Nicholas.
Alexa menghentak-hentakan kakinya ke tanah, ia merasa frustrasi jika harus berhadapan dengan sikap angkuh Nicholas.
"Dengar!" Tanpa permisi Nicholas menarik pinggang Alexa untuk mengikis jarak di antara mereka. "Tunjukkan senyum lo! Gue nggak mau keluarga ekspresi lo yang seperti sedang tersiksa," suruh Nicholas.
"Gue emang tersiksa gara-gara lo," serbah Alexa. "Lagi pula gue gak bisa senyum kalau sama lo." Alexa melipat kedua tangannya di depan dada lantas berpaling dari Nicholas.
Nicholas kembali mendengkus kemudian menarik lengan Alexa, memaksa perempuan itu untuk melihat ke arah dirinya.
"Lo inget, Alexa —"
"Iya, gue harus nurutin apa mau lo. Karena lo pegang kartu As gue," tukas Alexa. "Itu yang mau lo katakan sama gue, 'kan?"
"Good Girl," ucap Nicholas.
Alexa mendengkus kesal. Dirinya benar-benar sudah dikuasi oleh Nicholas.
"Apa ini sudah cukup?" Alexa tersenyum dengan menunjukan deretan giginya.
"Jangan tersenyum seperti orang bodoh!" Nicholas melangkah lebih dulu meninggalkan Alexa yang sedang misah-misuh tidak jelas.
Alexa menganga dibuat tidak percaya dengan sikap Nicholas. Bagaimana ada manusia yang memiliki sikap kejam seperti Nicholas. "Sikapnya tidak ada manis-manisnya sama perempuan."
Alexa mengela napas berulang kali untuk meredam emosi di dalam dirinya lantas melihat ke arah Nicholas yang sudah lebih dulu pergi. "Satu tahun menjalani hidup dengan dia apakah gue sanggup?" rengek Alexa.
Tapi demi keluarganya ia harus sanggup. Alexa berjalan dengan sedikit berlari menghampiri Nicholas. Rupanya kakaknya sudah menunggunya di depan pintu masuk.
"Kakak apa kabar?" Alexa langsung memeluk kakaknya.
"Kakak baik." Olivia membalas pelukan Alexa. "Kamu sendiri bagaimana kabarnya?" tanya balik Olivia.
"Buruk, tapi melihat kalian aku jadi baik," jawab Alexa. Ia melirik ke arah Nicholas. Pria itu sedang menatapnya tajam.
"Kakak ipar apa kabar?" tanya Alexa pada Willy, kakak iparnya.
"Kakak baik, Alexa," jawab Willy.
Pandangan Willy dan Olivia beralih pada Nicholas. Mereka tersenyum ramah dan canggung pada calon adik ipar mereka. Tidak pernah terbayangkan jika Nicholas, pria angkuh yang sulit untuk didekati oleh orang-orang akan menjadi adik iparnya.
"Selamat datang di rumah kami, Tuan Nicholas." Willy mengulurkan tangannya ke arah Nicholas.
"Jangan sungkan. Kalian bisa memanggilku dengan nama saja. Lagi pula aku calon adik ipar kalian." Nicholas menyambut uluran tangan Willy.
"Baiklah, kalau begitu ... silahkan masuk," ajak dengan Willy.
Alexa masuk ke dalam rumah kakaknya. Tangannya melingkar manja di lengan sang kakak.
"Kamu jahat, Alexa. Kamu jarang main ke sini. Dan sekarang kamu membuat kami terkejut mendengar rencana pernikahan kalian," tegur Olivia.
"Aku sengaja ingin membuat kejutan pada kalian," dalih Alexa.
Bukan hanya kakak yang terkejut, aku pun terkejut. Bahkan aku hampir terkena serangan jantung gara-gara rencana pernikahan ini.
"Baiklah, kalian sudah membuat kami terkejut dengan berita pernikahan kalian. Ayo kita makan malam bersama, kami sudah menyiapkan makan malam untuk kalian," ajak Willy.
"Kalian pasti repot karena kami mendadak datang," ucap Alexa.
"Tidak juga. Tua- maksud Kakak, Nicholas sudah memberitahu pada kami dua hari yang lalu jika kalian akan datang berkunjung hari ini," jawab Olivia.
Dua hari yang lalu? Itu artinya saat dirinya setuju untuk menikah, Nicholas langsung memberitahu pada kakaknya.
Alexa menoleh ke arah Nicholas yang berjalan di samping kakak iparnya. Pria itu juga sedang menatap dirinya dengan tatapan yang sulit untuk dia artikan.
"Aunty, Alesa."
Langkah mereka terhenti saat ada suara anak kecil memanggil Alexa. Di depan sana seorang anak kecil turun dari gendongan pengasuh, berlari menghampiri Alexa. Tubuh anak kecil itu gemuk, wajahnya bulat, begitu menggemaskan. Siapa pun yang melihatnya pasti akan jatuh hati. Anak kecil berumur 3 tahun itu bernama Noah.
"Aunty, Alesa." Noah langsung memeluk kaki Alexa. "Aunty, Alesa, Noah angen," ucap Noah.
Alexa tersenyum lantas membungkuk untuk mencubit pipi Noah. "Anak manis, Aunty juga kangen."
"Endong." Noah merentangkan tangannya, meminta gendong pada Alexa.
Aluna pun dengan senang hati mengangkat Noah, membawa anak kecil itu ke dalam dekapannya.
"Aunty bawakan mainan untukmu." Alexa memperlihatkan pada Noah barang-barang yang ia bawa.
Noah sangat antusias lantas turun dari gendongan Alexa. Ia menghampiri Arif dan melihat banyak mainan di dalam paper bag berukuran besar.
"Maacih, Aunty," ucap Noah.
"Sama-sama," balas Alexa. "Tapi makasihnya jangan cuma sama Aunty." Aluna menggantung ucapannya, lantas merangkul lengan Nicholas. "Sama uncle Nick juga."
Suasana menjadi hening, para orang dewasa itu memerhatikan Noah yang sedang menatap Nicholas. Terlihat jelas raut wajah Noah bingung lantaran baru melihat Nicholas.
"Dia teman Aunty. Say hello, anak manis," suruh Alexa pada Noah.
"Alo, uncle," sapa Noah.
"Halo." Nicholas berjongkok di hadapan Noah lantas mengambil salah satu mainan yang ada dalam peper bag kemudian memberikannya pada Noah. "Untukmu."
Noah dengan senang hati menerima mainan itu. Anak tiga tahun itu melompat-lompat setelah mendapatkan mainan itu. Noah lantas mendongak, melihat Nicholas. "Maacih, Uncle."
Nicholas tersenyum, tangannya terulur untuk mengacak-acak rambut Noah.
Alexa mencuri pandang pada Nicholas, keningnya mengerut melihat senyuman yang terukir di bibir Nicholas. Ia tidak menduga, pria dingin itu bisa tersenyum juga.
nicholas yang ngelakuin itu ke Alexa, dan dia baru tahu setelah sekian lama,, makanya dia ada bersama Alexa sekarang