Wang Lu adalah juara satu perekrutan Paviliun Longtian, mengalami kerusakan pondasi internal dan berakhir sebagai murid tak berguna.
Tak ada yang mau jadi gurunya kecuali… Wang Wu.
Cantik!
Tapi tak bisa diandalkan.
“Bagaimanapun muridku lumayan tampan, sungguh disayangkan kalau sampai jatuh ke tangan gadis lain!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙒𝙪
“Pak Tua! Tolonglah! Aku tak mau jadi muridnya!” ~𝙒𝙖𝙣𝙜 𝙇𝙪
“Tak mau jadi muridnya, lalu siapa yang mau jadi gurumu?”~
Murid tak berguna, guru tak kompeten… mungkinkah hanya akan berakhir sebagai lelucon sekte?
Ikuti kisahnya hanya di: 𝗡𝗼𝘃𝗲𝗹𝘁𝗼𝗼𝗻/𝗠𝗮𝗻𝗴𝗮𝘁𝗼𝗼𝗻
______________________________________________
CAUTION: KARYA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN PRIBADI AUTHOR. BUKAN HASIL TERJEMAHAN, APALAGI HASIL PLAGIAT. HARAP BIJAK DALAM BERKOMENTAR!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jibril Ibrahim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Wang Lu tergagap di ujung teriakannya. Menunggu selaksa pedang merangsek dan menerjangnya, mengoyak dan menghancurkannya hingga berkeping-keping, tapi tidak terjadi.
Pedang-pedang itu hanya mengelilinginya, membentuk pusaran dengan posisi tegak lurus.
Apa yang terjadi? pikir Long Ziling.
Pedang-pedang itu tampaknya sedang berebut menarik perhatian Wang Lu.
Long Ziling tahu persis, pedang-pedang yang tidak dapat dipindahkan ke Balai Leluhur itu merupakan senjata yang sulit ditaklukkan. Bahkan para penatua tak mampu menaklukkan mereka.
Bagaimana bisa mereka berebut mencari perhatian Wang Lu?
Apa hanya perasaanku saja?
Long Ziling tak habis pikir.
Dalam keadaan itu, tiba-tiba sebuah dentuman besar menyentakkan semua pedang itu.
Semburat cahaya berwarna emas meledak dari sudut gua.
Pedang-pedang itu serentak terpencar dan berbaris rapi seperti pasukan tentara, membuka jalan bagi Wang Lu menuju cahaya itu.
“Kaisar Pedang!” desis Long Ziling dengan suara tercekat.
Wang Lu membeku dan terkesiap.
Yang disebut Kaisar Pedang adalah raja pedang di atas segala raja pedang. Pedang nomor satu dari semua pedang.
Dan pedang itu memilih Wang Lu?
Ini adalah pertama kalinya dalam seribu tahun!
Banyak praktisi terobsesi menaklukkan Kaisar Pedang, tapi tidak satu pun mampu—bahkan untuk sekadar mencongkelnya keluar.
Pedang Kaisar menancap cukup dalam di tengah altar batu di sudut gua itu dan sudah melekat pada dinding gua. Sudah hampir menjadi bagian dari dinding batu itu.
Banyak orang pernah mencongkel, hingga mencoba meledakkan dinding gua. Tapi hasilnya sia-sia.
Kini, tiba-tiba dengan mudahnya pedang itu menyembul keluar dengan sendirinya dan menampakkan wujud aslinya.
Wang Lu bahkan tak perlu repot-repot menghampirinya, pedang itu sendiri yang menghampirinya.
Sungguh fenomena yang langka! batin Long Ziling. Ini jelas di luar imajinasinya.
Sekarang aku mengerti kenapa semua pedang di Balai Leluhur tak ada yang memilihnya, pikir Long Ziling. Karena tidak satu pun merasa layak!
“Gōngxǐ!” ungkap Long Ziling. “Kaisar Pedang telah memilihmu!”
“Kaisar Pedang?” Wang Lu menatap pedang yang melayang di depannya dengan terperangah.
Pedang itu berwarna putih berbahan tulang yang dipahat sempurna dengan permata biru laut di blok quillon.
“Yang begini juga disebut pedang?” seloroh Wang Lu dengan raut wajah tak berdosa.
Long Ziling menggeleng samar menanggapi ocehan Wang Lu. “Bukan pedang biasa,” katanya tetap tenang dan penuh wibawa. “Tapi Kaisar Pedang.”
Kaisar Pedang ini adalah pedang langit yang legendaris. Dikatakan pedang ini ditempa dari tulang master dan kristal naga langit. Asal-usulnya tak diketahui, levelnya tak diketahui.
Bukankah itu identik dengan pondasi internal Wang Lu?
Pedang itu tampaknya dibuat khusus untuk dirinya sendiri!
Wang Lu mengulurkan tangannya meraih pedang itu, tak sengaja melukai ujung jarinya hingga berdarah.
Bercak darahnya membekas di mata pedang, kemudian meresap dan menguap seperti tetes air di atas pemanggang.
SRSSSSH!
Asap tipis mengepul dari mata pedang di mana darah Wang Lu menguap.
Tiba-tiba Wang Lu merasakan darahnya dihisap oleh sesuatu melalui luka di ujung jarinya, menyebabkan rasa tersengat di lengannya.
Tepat ketika ia secara naluriah menyentakkan tangannya, ia menemukan bahwa jarinya tersedot ke arah permata biru laut di blok quillon Kaisar Pedang, dan banyak darah mengalir ke dalamnya.
Menyerap darah dari ujung jari Wang Lu, permata berwarna biru laut itu menyala putih, kemudian cahaya putih itu mengalir terbalik ke tubuh Wang Lu.
"Hei!"
Wang Lu merasakan ledakan energi masuk ke tubuhnya seperti sambaran petir, mengejutkan jiwanya dan langsung jatuh ke tanah.
Saat berikutnya, rasa sakit memilukan diproduksi dalam pikiran Wang Lu. Rasanya seperti ada jarum panas yang tak terhitung jumlahnya terjebak di otaknya.
Wang Lu mencengkeram kepalanya dengan dua tangan. Keringat jagung terus mengalir di pelipisnya, lalu bergulir ke tanah dan berkabung.
“Apa-apaan ini, dia akan melahap otakku.” Rasa sakit parah membuat Wang Lu merasa mati lemas dan pingsan.
Terlepas dari rasa sakit yang memilukan itu, Wang Lu masih lebih takut otaknya akan ditelan oleh kristal aneh di pangkal pedang itu, sehingga ia akan menjadi mayat hidup yang berjalan tanpa otak.
"Tidak, aku masih belum menikah! Aku masih harus mengejar cita-cita. Melahirkan banyak keturunan, menjadi pemimpin tujuh sekte tertinggi. Aku tak bisa mati seperti ini, Sialan!"
Long Ziling berdesis menahan senyuman geli mendengar ratapan Wang Lu. Dengan tetap tenang dan tanpa ekspresi, ia hanya memperhatikan Wang Lu sembari bersedekap.
Dalam rasa sakit, Wang Lu menancapkan ujung jemarinya semakin dalam ke kulit kepala, mencoba menahan pikirannya sendiri, memegang titik terakhir di pikirannya, dan melakukan perjuangan pucat.
Satu menit, dua menit, tiga menit ...
Meskipun itu hanya seratus delapan puluh detik, itu terasa seperti satu abad bagi Wang Lu. Ketika dia pingsan karena rasa sakit yang tidak manusiawi, ada darah emas yang aneh di hatinya, melebur ke dalam kristal biru laut.
Saat berikutnya, kristal itu secara ajaib berhenti menelan, sejumlah besar gambar mengalir ke mata pedang dari permata biru laut itu.
Ketika otak Wang Lu menggabungkan gambar-gambar misterius itu, telapak tangannya serasa ditikam hingga menembus tulang lengannya dan sumsumnya seperti disusupi sesuatu melalui aliran darah.
Mata Wang Lu tersentak membuka. Matanya menyala biru laut, dan isi kepalanya dipenuhi cahaya berwarna biru laut dengan corak yang tidak terduga. Rangkaian huruf berwarna emas bertebaran bersama ledakan cahaya itu.
Sederet informasi lagi-lagi mengalir ke benaknya seperti gelombang tanggul, dan ia menemukan banyak perkenalan tentang keterampilan medis, dan fragmen yang lebih berharga dari formasi.
Warisan formasi yang sangat langka. Entah itu metode susunan tak terduga atau perangkat jiwa yang menghancurkan energi langit dan bumi, ia terdiri dari sejumlah besar pola.
Dan yang paling penting, sekarang Wang Lu tak perlu lagi khawatir tentang obat ajaib di masa depan.
Wang Lu memaksa bangkit tubuhnya dan terhuyung.
Ketika penglihatannya berangsur-angsur pulih, Kaisar Pedang sudah menghilang.
“Ke mana?”
“Menyatu dengan tulangmu,” sahut Long Ziling.
Wang Lu menoleh dan terperangah seakan baru menyadari bahwa anak laki-laki itu ada di situ. “Seperti tongkat pemukul anjingmu?” tanyanya tanpa dosa.
Long Ziling menggeleng samar. Diam-diam menyembunyikan senyuman geli. “Tongkat bambuku tidak menyatu dengan tubuhku,” katanya. “Hanya tersimpan di suatu tempat di pikiranku.”
“Lalu… bagaimana caranya menggunakan senjata yang sudah menyatu dengan tubuh?” tanya Wang Lu.
Long Ziling mendesah dan menurunkan kedua tangannya dari dadanya, kemudian melipatnya ke belakang. “Karena sudah jadi bagian dari tubuhmu, kau hanya perlu menggerakkannya. Ayo, pulang!” katanya sambil berbalik dan berjalan keluar.
Wang Lu mengikutinya. “Menggerakkannya?”
“Sebagaimana kau menggerakkan tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, begitulah kau akan menggunakan seluruh perangkat spiritual dalam tubuhmu.”
“Tak bisa dikeluarkan?”
“Bisa.”
“Aku sudah mengerti,” kata Wang Lu akhirnya.
Sesampainya di pekarangan Pondok Xiaolong, seseorang menatapnya dari beranda dengan terkejut.
“Wang Lu? Kenapa dia di sini?”
“Pak Tua!” Wang Lu berteriak dari seberang pekarangan sambil melambai-lambaikan tangannya.
Rupanya Penatua Agung!
“Kenapa Anda di sini?” tanya Wang Lu.
“Seharusnya aku yang bertanya begitu!” sembur pria tua itu.
Kemunculan Long Ziling membuat pria tua itu segera mengabaikan Wang Lu, buru-buru membungkuk ke arah anak laki-laki itu dengan kedua tangan tertaut di depan wajah—memberikan salam soja. “Ketua!”
Wang Lu terhenyak mendengarnya. “Ketua?!”
Jangan lupa dukungan dari kang Authornya, hingga Wang Lu "susah" sekali untuk sial...
/Determined//Determined//Determined/
😅😅😅
Ingin menggaruk demua rahasia Long Tian ( Wang Lu )...