Di tengah hujan yang deras, Jane Rydell, melihat seorang pria terkapar, di pinggir jalan penuh dengan luka.
Dengan tanpa ragu, Jane menolong pria itu, karena rasa pedulinya terhadap seseorang yang teraniaya, begitu tinggi.
Hendrik Fernandez, ternyata seorang pria yang dingin dan kaku, yang tidak tahu caranya untuk bersikap ramah.
Membuat Jane, gadis berusia dua puluh tiga tahun itu, dengan sabar menunjukkan perhatiannya, untuk mengajarkan pada pria dingin itu, bagaimana caranya mencintai dan di cintai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KGDan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15.
Hendrik merasakan tubuh Jane menegang, setelah melihat apa yang ada di dalam pintu, yang terbuka tersebut.
Hendrik semakin erat menggenggam tangan Jane, membawanya ke dalam ruangan yang luas itu.
"Pergilah bersama mereka, duduk di bagian depan, agar aku dapat melihatmu!" ucap Hendrik hati-hati pada Jane.
"Silahkan, Nyonya!" sahut salah satu pria berpakaian formal pada Jane.
Mereka memberi jalan pada Jane, agar terlebih dahulu berjalan di depan.
Dalam diam Jane melangkah mengikuti, apa yang di katakan para pria itu.
Ternyata bukan hanya pria saja dalam Aula Boxing tersebut, ada juga beberapa wanita yang duduk di kursi penonton.
"Silahkan, Nyonya!" sahut seorang pria itu, mempersilahkan Jane untuk duduk, di kursi khusus yang telah disiapkan.
Jane menuruti apa kata pria itu, duduk di tempat yang sudah dikhususkan untuk mereka.
Suasana Aula Boxing, terlihat sudah penuh, dengan pengunjung yang begitu riuh, membicarakan pemain yang akan berada di atas ring.
"Aku dengar... Hendrik, malam ini akan menerima tantangan Paul, Bryan, dan dua penantang lainnya, mereka ingin membalas dendam, atas apa yang dilakukannya pada David!"
Jane mendengar pengunjung bagian bangku belakang, membicarakan Hendrik.
Tubuh Jane meremang mendengar, apa yang dibicarakan mereka. Hendrik akan melawan lebih dari satu orang.
"Iya, benar! mereka sengaja melampiaskan nya dengan lewat ring, karena pihak Polisi tidak menemukan bukti yang kuat, untuk menjerat Hendrik!" ujar suara yang lain.
"Aku merasa masalah ini, berkaitan dengan asmara di antara mereka, ada yang mengatakan... Hendrik menyukai Barbara, dan ada yang mengatakan.... David mencoba menghalangi Hendrik, karena ingin membunuh Barbara, dan akhirnya David yang menjadikan korban!" sahut suara seorang wanita.
"Aku juga bingung dengan masalah mereka, mana yang benar di antara keduanya, karena... selama ini aku melihat, Barbara selalu ingin dekat dengan Hendrik, sementara Hendrik begitu dingin dengan wanita, ia hanya lebih banyak bergaul dengan Barbara dan David, para Bodyguard, Dokter serta Asisten pribadinya!"
"Hem... benar katamu!"
"Aku dengar dari seseorang, Hendrik dan David terlihat begitu mesra dalam sebuah ruang ganti, seperti sepasang kekasih gay!"
"Hah? tidak mungkin!!" terdengar beberapa suara di belakang Jane, menjawab serentak begitu terkejut mendengar apa yang di sampaikan seseorang tersebut.
Jane yang mendengar pembicaraan di belakangnya tersebut, hanya bisa membeku di tempat duduknya.
Ia baru mengenal Hendrik, sudah banyak rumor yang tidak sedap, ia dengar mengenai Hendrik.
Membuat ia berpikir, apakah sudah benar mengambil keputusan, untuk menerima perjodohan yang di buat Kakeknya?
Setelah mendengar apa yang di katakan beberapa orang, yang tengah bergosip di belakangnya saat ini, ia jadi merasa, terlalu cepat menerima perjodohan ini.
Dari atas ring boxing, tiba-tiba terdengar suara seorang pria menggunakan mikrofon, menyerukan nama seorang pemain, yang akan bertarung malam ini, dengan suara yang lantang.
"Mari kita sambut... inilah penantang kelas berat Paul Antonius!!"
Aula terdengar begitu riuh, semua berdiri dari duduknya, sambil berteriak menyerukan nama Paul, yang tadi di sebutkan seseorang, di belakang Jane.
"Paul... Paul... Paul!"
Suara sebagian pengunjung, yang berada dalam aula arena boxing tersebut, berteriak menyemangati petinju bernama Paul, yang keluar dari sebuah pintu menuju ring boxing.
Jane di tempat duduknya, hanya bisa diam melihat apa yang berlangsung di depan matanya.
Ini baru pertama kali ia melihat arena tinju secara langsung, dan salah satu petinju itu adalah suaminya.
Mata Jane melihat pemain pernama Paul, naik ke atas ring dan berjalan di seputar ring, sembari melambaikan tangannya kepada para pendukungnya.
"Selanjutnya.... mari kita sambut pemain kelas berat Hendrik Fernandez!!" ucap pria di atas ring dengan lantangnya.
Sebuah pintu terbuka, dan keluarlah Hendrik dari dalam memakai pakaian hoodie, yang menutupi kepala sampai betis nya.
Dengan wajah datarnya berjalan menuju ring, menatap penantangnya dengan tatapan yang begitu dingin.
Suara yang sangat riuh, terdengar memenuhi ruang boxing tersebut dengan begitu nyaringnya.
"Hendrik... Hendrik... Hendrik!!" teriak mereka dengan penuh antusias, menyemangati Hendrik.
Sementara Jane, di tempat duduknya, masih diam duduk, seperti orang bengong melihat semua, yang berlangsung di depan matanya.
Hendrik naik ke atas ring, dengan tenang berjalan memandang lawannya, tanpa sedikitpun, mencoba untuk melambaikan tangannya pada pendukungnya, seperti yang di lakukan pemain bernama Paul tersebut.
Bersambung.....