Astin yang sakit 3 hari telah meninggal duni, tetapi sebuah jiwa yang tersesat mengambil ahli tubuhnya.
Astin lalu berubah menjadi sangat berbeda, memberi kejutan pada orang-orang yang selama ini menghina Astin.
Kejutan apakah itu?
Yuk baca untuk mengetahuinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15. Bertemu Irman di acara almal
Pada saat itu, seorang perempuan yang membuat acara kini mendapatkan mic dan menatap semua orang untuk memberikan sebuah sambutan, dia mengeryit ketika melihat meja paling depan yang disiapkan untuk Sandriana malah ditempati oleh seorang perempuan muda yang sama sekali tidak dikenalinya.
Asisten yang ada di belakangnya yang melihat arah tatapan perempuan itu pun langsung menghampiri Sang Perempuan sambil berbisik, "dia datang mewakili nyonya Sandriana, saya sudah mengecek undangannya secara langsung," ucap sang asisten membuat perempuan bernama Berlin menganggukkan kepalanya.
Berlin kemudian memulai sambutannya, "Terima kasih untuk kehadiran semua orang di acara amal hari ini, Saya harap apa yang kita amalkan hari ini akan berguna untuk membantu orang-orang yang kurang mampu. Secara khusus saya ucapkan terima kasih kepada suami saya yang telah membantu persiapan acara hari ini. Saya juga ... Bla bla bla..." Sambutan sambutan dari Berlin berlanjut sampai 10 menit sebelum akhirnya perempuan itu melepaskan mic dari tangannya dan berjalan menghampiri Astin.
Dengan gestur yang begitu sopan, Astin menyambut kedatangan Berlin, "halo Nyonya," kata Astin dengan suara lembut.
"Aku baru pertama kali melihatmu, Apakah kau bekerja untuk Sandriana?" Tanya Berlin yang berpikir bahwa perempuan di hadapannya mungkin adalah salah satu bawahan Sandriana.
Astin tersenyum, dia hendak berbicara ketika tiba-tiba saja seorang perempuan muncul di samping Berlin sambil berkata, "tante, senang bertemu denganmu. Tante Sandriana tidak datang hari ini karena ada kesibukan, ah,, aku dan Astin berteman."
"Ahh,, begitu," Berlin menganggukkan kepalanya, "kalau dia adalah temanmu, maka Tidak diragukan lagi dia pasti memiliki sikap yang sangat baik sepertimu. Tamu-tamu kehormatan akan datang sebentar lagi, teman-teman Arga juga datang, tolong bantulah tante untuk menyambut mereka ya," kata Berlin tampak sangat akrab dengan Chika.
"Jangan khawatir Tante, aku pasti akan membantu tante untuk menyukseskan acara ini," kata Chika bersamaan dengan pintu Aula yang terbuka memperlihatkan beberapa orang yang memasuki aula.
Berlin pun berpamitan pada Astin dan Chika lalu pergi menyambut kedatangan orang-orang itu.
Orang-orang pun berpencar, melihat barang-barang yang di bawah oleh semua orang untuk dijual di sana.
Bagaimanapun, meski seseorang menyumbang barang di sana, dia tetap bisa membeli barang lain di tempat itu Jika dia menyukai sesuatu.
Chika pun menarik dengan Astin, "Ayo kita melihat-lihat, tadi di sana ada sebuah tas yang sangat cantik," ucap Chika membawa Astin menuju sebuah meja milik seorang Nyonya yang merupakan teman Berlin.
Sebuah tas berwarna putih yang kerlap-kerlip diletakkan di atas meja, Chika memandanginya dengan kagum, "Bukankah ini cantik? Harga minimalnya 100 juta," ucap Chika sambil melihat-harga yang terletak di sana.
Di dalam kotak untuk penawaran tas itu sudah terletak beberapa kartu yang diletakkan oleh orang-orang, Chika pun mengeluarkan sebuah kartu miliknya, dan segera menulis nominal yang akan Ia berikan untuk membeli tas itu.
Setelahnya, dia meletakkan kartu yang telah tertera nama dan nomor ponselnya di sana supaya nanti langsung dihubungi jika penawarannya adalah penawaran tertinggi untuk tas tersebut.
Ketika Chika baru saja meletakkan kartunya, tiba-tiba sebuah tangan kekar terulur dari samping meletakkan kartu pada bagian tas itu juga membuat 2 perempuan di sana mengangkat kepala mereka untuk melihat Siapa pemilik tangan tersebut.
Irman langsung melemparkan senyumnya pada dua gadis di hadapannya.
"I,, irman?" Chika terkejut, tak menyangka pria itu akan ada di sana. Terlebih Chika sangat terkejut melihat pria itu sedang tersenyum.
Tersenyum!
Benar-benar seperti petir di siang bolong!
Pria yang sama dinginnya dengan Arga sedang tersenyum!
"Halo," ucap Irman dengan Rama menatap Astin.
"Ha,, halo," Chika tersadar, "sepertinya Anda juga menginginkan tas ini, kalau begitu Saya akan mengambil kartu saya,,," kata Chika mengulurkan tangannya untuk mengambil kembali kartu yang telah Ia letakkan di sana.
"Tidak perlu," kata Irman membuat tangan Chika melayang di udara sebelum menariknya dengan kikuk.
Chika kembali menatap Irman, "ini adalah tas perempuan, sepertinya seorang perempuan telah menarik hati tuan muda hingga memberikan tas seindah ini," ucap Chika.
"Ya,," jawab Irman masih dengan tatapan terpaku ke Astin.
Chika pun menyadari arah tatapan itu, dan entah kenapa dia malah merasa bahwa tas itu diambil untuk diberikan pada Astin.
'Pikiranku sudah bodoh,' gerutu Astin dalam hati saat Tiba-tiba dia merasa percaya diri sebagai perempuan yang dimaksud Irman.
Chika pun berkata, "Tante Berlin menyuruhku untuk membantunya menyambut para tamu, Kalau tidak keberatan aku bisa menemani anda untuk melihat-lihat--"
"Tidak perlu, sepertinya Astin lebih cocok untuk menemaniku karena ada sesuatu yang perlu kau bicarakan dengannya," potong Irman membuat Chika melebarkan pupil matanya dan melirik ke arah Astin.
Kenapa perempuan ini?
Chika diam-diam menggertakkan giginya.
Astin pun ingin lepas dari Chika, sehingga dia mengangguk dan dengan cepat berjalan bersama Irman untuk melihat-lihat.
Chika berdiri di belakang memandangi kepergian kedua orang itu, menancapkan kukunya di telapak tangan.
'Kenapa perempuan ini? Aku harus menyuruh Naira mari sekarang juga!' ucap Chika dalam hati langsung mengeluarkan ponselnya dan sendi gerak mengirim pesan pada Naira untuk datang ke tempat mereka berada sekarang.
@@@... Jangan lupa subscribe, like ya.... Gratis kok!
.yg penting sehat sehat terus, lanjut berkarya /Ok//Ok/