NovelToon NovelToon
Jangan Panggil Putraku Anak Haram!

Jangan Panggil Putraku Anak Haram!

Status: tamat
Genre:Tamat / Single Mom / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Konflik etika / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Percintaan Konglomerat
Popularitas:187.9k
Nilai: 4.9
Nama Author: Rere ernie

Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!

Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!

Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!

Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!

Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!

Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

20. Mengantongi Restu Tuan Besar.

Degh

Degh

Degh

Jantung kedua gender berbeda itu berdebar kencang saat akhirnya Tuan besar Adiguna duduk berhadapan dengan mereka.

"Tuan besar." Ujar Arya.

"Kau masih marah pada Papa? Kenapa tak memanggil dengan sebutan Papa?"

"Aku nggak marah."

"Arya, Papa tau sifatmu... saat kau marah, kau akan memangil ku Tuan besar. Lebih parahnya lagi saat beberapa bulan lalu saat kamu Papa usir, kau menyebut Papa Fir'aun. Kau masih ingat?"

Arya menghela nafas pelan, "Maaf..."

Hening!

Arya tak mendengar jawaban dari permintaan maafnya dari sang Ayah, mengangkat wajah menatap wajah Tuan besar Adiguna dengan berani.

Tiba-tiba...

"Hahahaha... hahahaha... kau tau Nak! Baru pertama kali ada yang berani mengumpat Papa di depan Papa secara langsung, karena rata-rata beberapa orang akan berwajah dua saat di depan Papa. Bahkan Ibu kandung Keindra, dia menipu Papa dengan memfitnah Ibumu. Dia selalu bersikap manipulatif dengan berpura-pura sebagai istri lemah, padahal dia menaruh benci dan dendam pada Ibumu dan merencanakan semua hal kejam! Karena itu lah... saat Ibumu membawa mu pergi dari Mansion ini, Papa tidak ingin mencari keberadaan kalian. Baru lah setelah beberapa tahun kemudian, datang kabar jika Ibumu meninggal karena pembunuhan berkedok perampokan... Papa mencarimu dan membawa mu kembali kesini. Saat Ibumu meninggal, Papa baru mengetahui wajah asli dari Ibu tirimu!"

Sudut mata Tuan besar Adiguna tampak berair, ia begitu merindukan Ibu kandung Arya. Jika saja dulu ia tidak percaya dengan fitnah yang direkayasa istri sah nya, sudah pasti dirinya masih bersama istri keduanya itu.

"Papa yang harusnya minta maaf padamu, Nak. Untuk segala rasa sakit mu dan ibumu selama bertahun-tahun diluar sana tanpa penghidupan layak dan hidup seadanya... apalagi ada campur tangan istri pertama Papa. Kalian berdua harus hidup sengsara, maafkan Papa."

Tuan besar terisak, bahu Pria yang biasanya selalu tegak itu tampak lunglai. Ia benar-benar menyesal, setelah dulu menelantarkan istri kedua dan anak bungsunya sekali lagi Tuan besar menyengsarakan Arya dengan mengusir anaknya beberapa bulan lalu.

"Pah..."

Arya melepaskan tautan tangannya dari Alsya, namun Arya lebih dulu mengecup kening Alsya dengan penuh kelembutan. Lalu ia bangun dari duduknya, menghampiri Ayahnya kemudian duduk di samping Tuan besar.

"Pah... kenapa menangis?"

"Papa merindukan Ibumu..."

"Bukankah Papa hanya menjadikan Ibu tebusan hutang, itu kata Ibunya Kei!"

"Semuanya bohong, apa yang dia katakan padamu bohong. Kau tau kenapa dia sampai dirawat di rumah sakit jiwa? Papa lah yang membuatnya seperti itu... itu hukuman dari Papa."

"Hukuman?" tanya Arya tak mengerti.

"Setelah semua kejahatan Belinda terbongkar, Papa menghukum ibu tirimu dengan menyuruh Dokter menyuntikan obat-obatan pada Belinda... hingga akhirnya dia gila. Dia harus merasakan tak berdaya, seperti dia membuat mu dan ibumu menderita." Geram Tuan besar Adiguna.

"Jadi, Nyonya Belinda...? Itu perbuatan Papa!"

"Maaf, Papa hanya bisa melakukan pembalasan seperti itu pada Belinda... bagaimana pun, ada Keindra yang pasti tidak terima Papa berbuat macam-macam pada Ibu kandung nya. Jika Papa memenjarakan atau membunuh Belinda... Keindra akan sangat terluka bahkan dendam. Dia masih belum tahu, ibunya gila karena perbuatan Papa. Keindra masih mengira jika Ibunya sakit jiwa karena depresi sebab Papa menikahi Ibumu."

"Hufff!" Arya menghela nafas panjang, rahasia yang sangat besar.

Jika suatu hari Keindra mengetahui tentang perbuatan sang Papa pada Ibu kandungnya, apa yang akan terjadi?

"Kesimpulan nya, semua praduga mu pada Papa salah Nak. Papa menyayangi mu sama besarnya seperti sayang Papa pada Keindra, kalian berdua sama-sama anak Papa. Papa juga sangat mencintai Ibumu, jangan ragukan itu. Penyesalan selalu menghantam Papa karena berbuat tak adil padamu dan Ibumu. Percayalah Nak... Papa benar-benar ingin kamu bahagia."

"Papa ingin aku bahagia?"

"Ya, karena itu beberapa bulan lalu Papa dengan kejam mengusir mu. Papa ingin kamu melupakan masa lalu dan menata masa depan mu tanpa dendam... tapi Papa dengar dari Alsya, saat ia menemukan mu di emperan toko... kamu sekarat karena kelaparan. Saat Alsya mengatakan kau mirip seperti gelandang dan hidup pasrah, terbersit pertanyaan dalam pikiran Papa... kenapa saat itu kamu tidak datang untuk memohon pada Papa agar kamu diterima disini dan meminta maaf atas perbuatan mu yang merusak dirimu sendiri. Padahal Papa hanya ingin kamu tidak menghancurkan hidupmu dengan hidup urakan. Papa ingin kamu seperti dulu, menjadi Arya yang selalu hidup baik... meski kamu membenci Papa! Seperti dirimu dulu, sebelum kamu mengetahui tentang fakta sesungguhnya tentang kematian Ibumu."

Mata Arya meredup, "Saat itu aku hanya berpikir satu hal, lebih baik hidup sebagai gelandangan dan mati kelaparan daripada merendahkan diriku untuk memohon tinggal disini. Tinggal bersama orang-orang yang menyembunyikan fakta tentang pembunuhan pada Ibu, aku muak berada diantara kalian semua. Kakek, Nenek, Papa bahkan Brian... kalian semua menutupi nya dariku."

"Itu semua demi kebaikan mu, Nak. Papa tidak ingin hati dan pikiran mu dibutakan oleh amarah dan dendam. Biar Papa yang menghukum pembunuh Ibumu, Papa hanya ingin kamu hidup bahagia tanpa mengetahui apapun."

Mata Arya berkaca-kaca, dia tak bisa berkata-kata kali ini. Selama ini Ia hanya menganggap Ayahnya pria egois, kejam dan tak berperasaan pada Ibunya.

"Untuk itu, demi kebahagiaan mu... jika kau meminta ijin Papa untuk menikahi Alsya, Papa akan mendukung mu."

Arya dan Alsya menarik nafas bersama, seperti ada beban yang terlepas dari hati mereka.

"Jadi, Papa setuju?"

"Papa mengijinkan kalian berdua menikah, meski begitu Ammar akan tetap menjadi anak Keindra. Bagaimana pun... anak itu tetap anak kakakmu. Fakta itu tidak boleh disangkal apalagi disembunyikan. Meski Keindra juga bersalah karena tidak pernah mencaritahu keberadaan Alsya selama bertahun-tahun ini, tapi dia tetap mempunyai hak terhadap Ammar."

Arya menoleh pada Alsya, "Kamu mengijinkan Ammar diakui secara resmi oleh Keindra?"

Alsya tampak berpikir, dia takut Keindra mengambil hak asuh Ammar nantinya karena ia menolak menikah dengan Pria itu.

"Asal ada perjanjian... jika Tuan muda Kei tidak akan pernah mengambil hak saya sebagai ibu kandung Ammar, maka saya akan ijinkan. Saya akan memaafkan perbuatan nya, tapi kami memang tidak bisa untuk bersama. Kami hanya bisa berhubungan sebagai orang tua dari Ammar, saya rasa itu cukup adil Tuan besar." Ujar Alsya dengan tegas.

Bibir Tuan besar Adiguna tersenyum tipis, ia mengapresiasi keberanian Alsya mengemukakan keinginan.

"Kita akan bicarakan ini dengan Keindra, tadi dia pamit ingin menjemput putranya." Ucap Tuan besar.

"Ya, tadi Tuan Brian mengabari saya jika Tuan muda Kei ingin menjemput Ammar."

Arya dan Alsya saling berpandangan dengan tatapan lembut, mereka merasa lega bisa mengantongi restu Tuan besar Adiguna.

.

.

Sementara Brian dihadang oleh Bibi Voni, ibu dari Ami.

"Brian! Sekali lagi aku minta kamu pulangkan putriku ke negara ini! Atau aku akan membuat kekacauan di keluarga ini!"

"Ami pantas mendapatkan pelatihan sebagai Nona muda, nantinya dia akan menjadi wanita elegan dan anggun! Tentunya... pikirannya pun akan bersih dari pikiran jahat. Apa yang Bibi khawatirkan?"

"Dasar pelayan kurang ajj4r!! Lihat saja! Aku akan menghancurkan keluarga ini!!"

Bibi Voni pergi dari hadapan Brian dengan mata berapi-api, ia akan membocorkan pada Keindra rahasia tentang kegilaan yang terjadi pada Ibu kandung laki-laki itu jika itu adalah perbuatan dari Tuan besar Adiguna.

Jika putriku hancur, kalian semua juga harus hancur! Apalagi... selama ini aku membantu Belida secara diam-diam, dan sebenarnya Belinda sudah sembuh dan sudah waras! Belinda sekarang tidak gila! Lihat saja! Aku akan terus mengadu domba mereka! Bibi Voni tersenyum licik.

.

.

Like komen ❤️

1
ilyas Baihaqi
Luar biasa
ilyas Baihaqi
Lumayan
guntur 1609
brti kerjaan bopeng. atas perintah tuan adiguna
guntur 1609
kwkwkwkwkwk dasar konyol
guntur 1609
hahahah benar tu Mar. jodohkan dadymu yg begok tu sm melvi
guntur 1609
emang si kei begiknya gak ketulungan
guntur 1609
parah ni si melvi. memang cocok dijodohkan sm kei
guntur 1609
hahah krna kau liam
guntur 1609
hahahah krna mental kau kei
guntur 1609
hahahj melvi cocoknya sm kei yg bidoh. jadi dapat si melvi yg tegas. sehingga Belinda dapat imbang
guntur 1609
ayahmu tegas karena menghadapi sikap jodohmu. yg mau saja di tipu dan diperalat
guntur 1609
memang kau kei yg sangat bodoh. mau saja di bodohi sm semua org
guntur 1609
lah ni gmna sih. Brian yg mau comblangin Arya dan kei sm Felicia. malah Feli sukanya sm babang brian
guntur 1609
mampus kau kei
guntur 1609
knp gak test sja diam2
guntur 1609
ternyata Arya kocak orgnya
guntur 1609
brti ammar keponakan adanya. karena ke indra bapaknya
guntur 1609
dasar Arya... tapi mudah2 an. Arya tulus
guntur 1609
marilah kau. nth suamimu kerja tempat Arya. pecat lah suamimu
guntur 1609
dasar arya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!