NovelToon NovelToon
Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Menjadi Tuan Muda DiNovel Terburuk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Transmigrasi ke Dalam Novel / Epik Petualangan / Harem / Masuk ke dalam novel / Fantasi Isekai
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Merena

Bertransmigrasi kedalam tubuh Tuan Muda di dalam novel.

Sebuah Novel Fantasy terbaik yang pernah ada di dalam sejarah.

Namun kasus terbaik disini hanyalah jika menjadi pembaca, akan menjadi sebaliknya jika harus terjebak di dalam novel tersebut.

Ini adalah kisah tentang seseorang yang terjebak di dalam novel terbaik, tetapi terburuk bagi dirinya karena harus terjebak di dalam novel tersebut.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Petinggi Nightshade.

Perlahan, aku membuka mataku. Pandanganku masih kabur karena gelapnya malam. Di sekelilingku, hanya kegelapan dan desiran angin yang menyapu daun-daun kering di tanah. Udara di sini terasa tebal, lembap, dan penuh misteri. Bau tanah basah bercampur dengan aroma pohon-pohon tua yang entah sudah berapa lama berdiri kokoh di hutan ini.

"Apakah ini Night Forest?" gumamku, sembari menyentuh pelipisku yang berdenyut sakit. Kepalaku masih terasa pusing akibat pukulan brutal yang membuatku pingsan tadi.

"Sungguh cara masuk yang brutal," keluhku, berusaha menenangkan diri. Ternyata seleksi ini benar-benar kejam, bahkan sejak awalnya. Tidak ada yang memperingatkan bahwa kami akan dibuat tidak sadar sebelum dimasukkan ke dalam hutan terkutuk ini.

Aku bangkit perlahan dari tanah yang dingin dan lembab, merasakan rumput basah menyentuh ujung jariku. Saat aku berdiri, mataku mulai menyesuaikan diri dengan kegelapan. Di sekelilingku, hanya bayangan pepohonan yang menjulang tinggi, seperti sosok-sosok tak bersahabat yang mengintai di tengah malam.

"Suasana yang kelam," bisikku pada diriku sendiri. Hutan ini seolah memiliki nyawa sendiri, seolah setiap sudutnya mengamati gerak-gerikku. Udara dingin menyelinap ke dalam tulang-tulangku, membuat bulu kudukku meremang.

Lalu aku bergumam, “Pertanyaannya sekarang, apa yang harus aku lakukan untuk menjadi pewaris sah?” Tidak ada penjelasan apa pun dari sang instruktur. Dia hanya memberitahu bahwa seleksi ini akan menentukan pewaris keluarga, tapi tak ada rincian apa yang harus dilakukan. Haruskah aku berburu? Bertahan hidup? Atau harus bertarung dengan peserta lain? Semuanya serba tidak jelas.

Aku menghela napas berat, merasakan beban di dadaku semakin bertambah. "Sungguh melelahkan," kataku sambil memijat tengkukku. Seolah tiga hari pelatihan sadis dari ayahku belum cukup membuat tubuhku babak belur, sekarang aku harus bertahan hidup di tempat ini.

Hutan ini gelap, bahkan dengan cahaya bulan sekalipun, pohon-pohon raksasa menghalangi sinar yang seharusnya bisa menerangi jalanku. Di kejauhan, terdengar suara geraman samar, mungkin dari seekor binatang liar. Jantungku berdegup lebih cepat. Tempat ini tidak aman.

"Lebih baik aku pikirkan sambil berjalan," gumamku. Berdiri diam di sini hanya membuatku menjadi target mudah, dan tak ada gunanya berdiam diri tanpa arah. Mungkin jika aku menemukan peserta lain, mereka bisa memberikan petunjuk atau setidaknya, aku bisa mengetahui apa yang mereka rencanakan.

Langkahku pelan dan hati-hati. Setiap ranting yang retak di bawah kakiku membuatku waspada. Daun-daun yang bergoyang di atas kepala terdengar seperti bisikan-bisikan misterius, seakan-akan hutan ini sedang berkomunikasi satu sama lain, memberitahu bahwa aku sudah tiba.

Saat aku melangkah lebih jauh ke dalam, kabut tipis mulai muncul dari tanah, membuat jarak pandangku semakin terbatas. Dahan-dahan pohon tampak seperti tangan-tangan kering yang mencoba meraihku, mencengkramku dalam kegelapan. Suasana semakin mencekam, tapi aku tahu satu hal—aku harus tetap bergerak. Hutan ini bukan tempat untuk mereka yang lengah.

...

Di kediaman besar keluarga Nightshade, Damian Vesper Nightshade duduk di kursi utama ruang pertemuan, dikelilingi oleh tiga petinggi paling berpengaruh. Dia tampak seperti singa di singgasananya, memancarkan aura mengerikan yang membuat siapapun segan. Cahaya obor yang temaram di sekeliling mereka hanya menambah kesan dingin dan menegangkan di ruangan itu.

Theron Graves Nightshade, pria jangkung dengan postur anggun, berdiri dengan tangan di belakang punggungnya. Matanya yang biru mengamati Damian dengan penuh hormat, tapi juga dengan kalkulasi dingin. Setiap gerakannya terukur, seperti seekor macan yang siap menerkam. “Tuan Besar,” ucapnya dengan suara yang dalam namun tenang, “bagaimana Anda ingin menentukan kelulusan peserta seleksi kali ini?”

Damian mengangkat satu alis, senyum dingin terbentuk di bibirnya. “Yang terkuat akan memangsa yang lemah,” katanya dengan suara rendah namun tegas, penuh keyakinan. “Hanya satu aturan yang berlaku di keluarga Nightshade: kekuatan. Tidak masalah jika mereka harus membunuh satu sama lain. Yang bertahan, dialah pewaris sah kita.”

Theron mengangguk setuju, “Tentu. Orang-orang lemah tidak punya tempat di sini.” Wajahnya tetap tak berekspresi, namun ada kilatan kebanggaan di matanya. Dia tahu bahwa hanya yang layak akan bertahan.

Di sisi kanan Damian, Lucian Vesper Nightshade—adik tiri Damian—menyeringai. Pria muda dengan rambut emas yang bersinar dan mata merah yang menyerupai bara api itu duduk dengan santai, satu kakinya menyilang di atas yang lain. “Pada akhirnya, seleksi ini akan menjadi pertarungan hidup dan mati,” katanya dengan suara yang lebih ringan, tapi ada kekejaman di balik setiap kata. “Biar saja mereka saling membunuh. Kita akan lihat siapa yang cukup tangguh untuk bertahan.”

Sebagai satu-satunya petinggi wanita, Seraphine Noctis Nightshade duduk dengan anggun di kursinya yang elegan. Rambut putihnya yang panjang menjuntai hingga pinggang, memancarkan kilau seperti cahaya bulan yang memantul di kaca. Mata birunya yang berkilauan seperti kristal, menatap para pria di sekelilingnya dengan tenang namun tajam. “Kalian sungguh kejam,” katanya, suaranya lembut tapi menusuk seperti belati yang tersembunyi di balik senyumannya. “Tidakkah kalian berpikir, ada lebih dari sekadar kekuatan yang diperlukan untuk memimpin keluarga sebesar Nightshade?”

Theron menoleh dengan tajam. “Apa maksudmu, wanita tua?” Nada suaranya penuh dengan provokasi, menantang Seraphine secara langsung.

Seraphine hanya tersenyum tipis, lalu menyingkirkan helai rambut dari wajahnya. “Theron, apakah kau tidak belajar sopan santun? Menyebut seorang wanita anggun sepertiku dengan sebutan seperti itu... sungguh tidak pantas.”

Theron mengangkat bahu, menyeringai sinis. “Apakah ada yang salah dengan itu?”

Di sisi lain, Lucian tertawa kecil, senyum lebar menghiasi wajah tampannya. “Pertengkaran? Ini mulai menarik.”

Ketegangan di ruangan itu semakin meningkat ketika aura kedua petinggi mulai memancar. Cahaya obor yang tadinya redup, kini seakan bergetar di bawah tekanan energi keduanya. Aura dingin dan tajam seperti pisau terasa menekan di ruangan, siap meledak kapan saja.

Namun Damian, dengan satu gerakan tangannya yang tenang namun penuh wibawa, menghentikan semuanya. “Cukup,” suaranya menggelegar seperti guntur, membuat ruangan seketika sunyi. “Keputusan sudah bulat. Yang bertahan sampai akhir adalah pewaris.” Tatapannya yang tajam seperti pisau menembus ke setiap sudut ruangan. “Apakah ada yang keberatan?”

Lucian mengangkat tangannya dengan malas, senyuman tetap di wajahnya. “Tidak ada,” katanya tanpa beban.

Theron, dengan nada datar, hanya menjawab, “Tidak ada.”

Seraphine mendengus kecil, menutup matanya sejenak sebelum mengangguk pelan.

Damian menyandarkan dirinya di kursinya, dengan tatapan penuh kepastian. “Bagus,” katanya perlahan. “Mari kita lihat siapa yang akan keluar sebagai pewaris Nightshade kali ini.”

1
YT FiksiChannel
perasaan tersenyum terus, aku sampai ngeri membayangkannya
Dewi Sartika
bagus banget
Merena: Makasih/Smirk/
total 1 replies
Merena
Sepi Amat/Frown/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!