“Kuberi kau dua ratus juta satu bulan sekali, asal kau mau menjadi istri kontrakku!” tiba-tiba saja Alvin mengatakan hal yang tidak masuk akal.
“Ha? A-apa? Apa maksudmu!” Tiara benar-benar syok mendengar ucapan CEO aneh ini.
“Bukankah kau mencari pekerjaan? Aku sedang membutuhkan seorang wanita, bukankah aku ini sangat baik hati padamu? Kau adalah wanita yang sangat beruntung! Bagaimana tidak? Ini adalah penawaran yang spesial, bukan? Kau akan menjadi istri seorang CEO!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irna Mahda Rianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 20. Apa Yang Terjadi?
“Tuan Muda Alvin, kami sudah melacak plat mobil, nomor ponsel, dan juga semua properti milik Tuan Hardy. Semuanya nihil, tak ada tanda-tanda darinya. Dia sudah tahu, jika kita pasti akan melakukan hal ini. Tapi ada satu hal yang mencurigakan, tentang properti rahasia miliknya,”
“Properti rahasia apa maksudmu?”
“Dia memiliki properti rahasia, yang bukan atas namanya sendiri. Dan kami memerlukan nama yang berhubungan dengan keluarganya, untuk dijadikan clue, agar kami bisa menemukan properti rahasia itu,”
“Doni, cari tahu silsilah keluarganya, jangan pakai lama! Cepat, kalian harus kerja cepat! Aku tak tahu apa yang akan dilakukan oleh si brengsek itu! Makanya kalian tak boleh sampai terlambat!”
“Siap, Tuan muda,”
Mereka semua tengah berusaha untuk mendapatkan jejak Hardy. Ternyata Hardy pintar juga, ia sudah tahu, bagaimana caranya untuk menghilangkan jejak, agar Alvin tak semudah itu mendapatkan dirinya.
“Tuan, aku mendapatkannya!” tukas Brian, orang IT kepercayaan Alvin.
“Di mana si brengsek itu berada?”
“Hotel Agra Hills, dia memalsukan identitas pemilik hotel itu. Ternyata, itu adalah hotel miliknya. Dia memalsukan semua plat mobil, dan juga data-data hotel. Jadi aku sedikit kesulitan mendapatkan informasinya. Hotel itu miliknya, dan bisa aku pastikan, dia ada di sana, Tuan.”
“Sialan! Kenapa dia membawa Tiara ke hotel? Kurang ajar! Doni, ayo kita pergi! Sekarang!”
“Baik, Tuan. Kita akan sampai dalam satu jam dua puluh lima menit di sana.”
“Harus setengah jam! Aku tak mau tahu!”
“Akan aku usahakan, Tuan,” jawab Doni.
Alvin dan Doni pun bergegas pergi dari ruang rahasia tim-nya. Alvin sudah mendidih, amarahnya tak dapat dibendung lagi. Alvin benar-benar ingin menghajar dan membunuh Hardy jika ia bisa.
Alvin hanya berharap, jika tak akan ada terjadi sesuatu yang akan membahayakan keselamatan Tiara. Ternyata, selama ini, hatinya sudah berhasil jatuh pada Tiara. Meskipun Alvin selalu menyangkalnya, tapi hati kecilnya tak akan pernah bisa berbohong.
.
.
Agra Hills, Hotel ….
Di suite mewah inilah Tiara berada sekarang. Obat tidur yang diam-diam dimasukkan Hardy ke dalam minumannya, membuat Tiara kehilangan kesadaran. Ia baru terbangun beberapa menit yang lalu.
Tiara syok bukan main. Ketika ia terbangun, tangannya sudah terikat ke belakang kursi. Tiara sudah duduk di kursi itu dengan mulut yang ditutupi lakban.
Tiara sadar, jika semua ini adalah perbuatan Hardy. Yang sangat Tiara sesalkan, ia sama sekali tak sadar, bagaimana caranya ia bisa sampai di dalam kamar hotel ini.
Semua itu tentu saja tak akan mungkin bisa Tiara cegah, karena efek obat tidur yang tentu saja membuatnya kantuk tak sadarkan diri. Tiara menjerit, berteriak-teriak memanggil Hardy, namun Hardy tak ada dihadapannya.
Beberapa saat kemudian, pintu suite room itu terbuka, barulah Hardy datang dan menyeringai pada Tiara. Wajah Tiara nampak kaget bukan main. Hardy benar-benar melakukan itu padanya.
“Kenapa? Kenapa wajahmu bengis begitu, Tiara?”
“Ah, iya. Mulutmu ditutupi lakban, kamu tak bisa berbicara dan marah padaku.”
Lagi-Lagi Hardy tertawa, entahlah, Tiara juga sangat kaget bukan main. Tiara tak pernah menduga, jika Hardy akan seperti ini. Jelas, ini bukanlah Hardy yang Tiara kenal.
Hardy tak seperti ini, kenapa Hardy jadi kejam dan menakutkan sekarang? Tiara tak habis pikir, bisa-bisanya ia terperangkap di sini, oleh mantan suaminya sendiri.
“Aku akan memberimu penawaran menarik, aku juga akan membuka lakban itu. Semuanya pasti menguntungkan bagi kita. Kuharap, kau bisa kerja sama denganku, Tiara.” Hardy tertawa, ia memang tak bisa ditebak sama sekali.
Perlahan-lahan, Hardy membuka lakban di mulut Tiara. Tiara menjerit, ia memaki Hardy habis-habisan. Tiara marah, ia sangat-sangat membenci Hardy. Namun ucapan Hardy saat ini, ternyata bisa membuat mulutnya bungkam seribu bahasa. Ucapan yang sangat-sangat membuat Tiara dilema.
Apa? Hardy mengatakan apa pada Tiara? Kenapa Hardy harus menjadi orang jahat seperti ini? Kenapa Hardy yang sekarang, bukanlah Hardy yang ia kenal dulu? Tak terasa, ucapan dan ancaman Hardy semakin membuat Tiara sakit hati. Air mata pun jatuh, tak bisa dibendung lagi.
.
.
Satu jam kemudian …
Alvin, Doni dan beberapa orang lainnya sudah tiba di hotel Agra Hills milik Hardy. Mereka memaksa masuk, dan tentu saja berselisih dengan para staff di sana.
Orang-orang Alvin mulai baku hantam dengan para staf di hotel itu. Mereka berusaha membiarkan Alvin masuk tanpa halangan. Siapapun yang menghalangi jalan Alvin, tentu saja orang-orang Alvin akan menghantamnya.
Doni selalu berada di belakang Alvin, untuk memastikan agar Alvin baik-baik saja, dan bisa segera menuju ke suite yang diduga ada Tiara dan Hardy di dalamnya.
Sesampainya di sana, tanpa basa-basi lagi, Alvin dan Doni menghancurkan pintu suite dengan beberapa kali tendangan. Pintu itu mudah sekali rapuh, saking kerasnya tendangan mereka, akhirnya pintu pun terbuka.
“Badjingan! Alvin langsung berlari ke arah Hardy, dan memukulnya dengan sangat keras. Hardy tersungkur, bibirnya berdarah karena tonjokan Alvin. Hardy meringis kesakitan, ia memegangi bibirnya yang berdarah.
“Sial, ini menyakitkan!” Hardy menatap Alvin tanpa berkedip.
“Hentikan! Cukup!” Tiara yang sudah tak diikat pun angkat bicara, berusaha menghentikan kegilaan Alvin.
Mata Tiara sangat sembab, seperti tengah menahan tangis dan sesak di dadanya. Tiara melihat Alvin dengan pandangan nanar yang berbeda. Ini aneh, Tiara seolah memihak Hardy dengan tatapan itu.
“Cukup, Tuan Alvin. Kita sudahi saja semua ini!” ujar Tiara tiba-tiba.
Alvin melotot kaget, ia sungguh kaget mendengar Tiara mengucapkan Tuan lagi padanya. Ada apa ini? Kenapa Tiara berubah saat ini?
“Tiara, apa maksudmu?”
“Sudah, cukup. Hentikan drama kita ini. Hardy sudah tahu, jika kita hanya menikah pura-pura. Dia juga sudah tahu, tentang semuanya. Kurasa cukup sudah, tak usah diperpanjang lagi. Aku akan mengakhiri perjanjian itu. Aku akan kembali pada Hardy. Dia telah menjelaskan semuanya, kesalahpahaman ini. Kumohon Anda mengerti, katakan saja pada semua orang, kalau aku selingkuh dengan Hardy. Sehingga kau tak akan menanggung malu atas perpisahan ini. Kumohon, Tuan, hiduplah dengan baik, tanpa gangguan dariku …” ucap Tiara dengan sangat berat hati.
Air matanya tiba-tiba mengalir deras. Seakan Tiara tak rela mengatakan hal itu kepada Alvin. Semua ini sungguh membuat hatinya hancur bukan main. Tapi apa boleh buat, Tiara sudah menentukan semuanya.
“Kau! Brengsek! Apa yang telah kau lakukan pada istriku? Kenapa dia berani berkata seperti ini padaku? Kau mengancam dia! Iya kan? Apa yang kau katakan pada dia, HAH?” Alvin memegang kerah Hardy, Alvin sangat yakin, jika Tiara berada dalam tekanan saat ini.
“Tiara, kenapa kau harus tunduk pada si brengsek ini! Dengar, ada aku yang akan melindungimu! Kau jangan takut! Aku akan memerjuangkan dirimu, Tiara!”
“Tak usah perjuangkan aku. Kita tak saling mengenal, kita juga tak sengaja dipertemukan. Tak ada ikatan batin apapun diantara kita. Kuharap kau segera pergi, dan robek saja perjanjian itu, kumohon … pergilah! Pergiiiii! Cepat pergi! Aku tak ingin melihat kau lagi!” Tiara menjerit, ia menangis dan tersungkur jatuh.
Entah apa yang dilakukan Hardy, sehingga Tiara bisa berkata seperti itu pada Alvin. Alvin sudah benar-benar berada pada puncak amarahnya. Ia tak bisa seperti ini, ia sangat yakin, jika Tiara diancam oleh Hardy.
“Tiara, sampai kapanpun aku tak akan membiarkanmu kembali pada si badjingan ini! Aku tak akan rela, Tiara! Sadarlah, kau tak perlu takut pada semut merah ini! Aku lebih berkuasa dari dirinya! Kenapa kau harus takut, hah!”
“Tuan, tak ada alasan untuk aku terus disisimu! Bukankah sudah jelas, jika semua ini hanya rekayasa. Pergilah, bahagialah dengan hidupku dan caramu. Lupakan saja aku, demi kebaikanmu. Kumohon, pergilah …”
“Tiara, jangan seperti ini!” bentak Alvin dengan keras.
Tiara memberi sebuah kode pada Doni. Doni menatap Tiara, berusaha mengartikan kode yang Tiara berikan padanya. Doni pun berbisik pada Alvin, berusaha untuk menenangkan Alvin, agar tak terus-menerus tersulut emosi.
“Tuan, hentikan amarahmu. Nona Tiara sedang tak baik-baik saja. Kumohon mengerti, kita pergi saja. Kita gunakan cara lain, ini demi keselamatanmu, dan keselamatan Nona Tiara juga. Kumohon, Tuan,” Doni berbisik, berusaha menenangkan Alvin, agar Alvin tak gegabah dalam hal ini.