Kisah Cinta seorang santri yang bernama Shifa Assyabiya, masuk pesantren atas dasar keinginan orang tua nya. dan mulai hidup baru nya di pesantren yang jauh berbeda dengan kehidupan bebas nya selama ini.
Lambat laun ia mulai menjalani nya dengan tawakal, setelah bertemu dengan Faisal Gauzali putra dari pemilik pesantgren Al kautsar yang biasa di panggil gus.
Akan kah cinta mereka bisa bersatu..?!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon senja ardani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
*Ketika kamu terpancing untuk kehilangan kesabaran terhadap seseorang, coba pikirkan lah berapa Allah telah bersabar sejauh ini*
Shafia hanya mengeleng kan Kepala nya mendengar ucapan santri itu.
"Astaghfirullah, ada ada saja yang menguji kesabaran ku hari ini" batin nya.
Merasa diacuh kan membuat santri itu merasa kesal.
"Wah,, selain pincang, kamu juga tuli dan gak punya sopan santun ya pergi begitu saja. apa kedua orang tua mu gak mengajari sopan santun"?
CUKUP!
Jika hinaan hanya tertuju pada Shafia, ia masih bisa Terima. tapi jika sudah menyangkut orang tua dan keluarga, maka ia tidak akan tinggal diam.
Ia berbalik melangkah dengan sedikit pincang ke arah santri yang menghina nya dan orang tua nya itu.
PLAK
Satu tamparan keras mendarat tepat di pipi wanita itu.
Satu tamparan yang berasal dari tangan Shafia menarik perhatian orang orang yang ada di sekitar mereka.
Para santri yang penasaran pun mendekati mereka.
Sementara wanita yang ditampar barusan hanya mengaga tak percaya sambil memegangi pipi nya yang sekarang mulai memerah.
Shafia sebenarnya merasa heran, mengapa dari tadi santri itu seperti sengaja mencari masalah dengan nya.
Bahkan Shafia pun tak tau siapa nama wanita itu,
Tapi sepertinya wanita itu begitu membenci nya.
Shafia baru menyadari, bahwa berasa di dalam lingkungan yang baik pun tidak menjamin seseorang akan berperilaku baik.
"Berani kamu menampar ku"?
Muka santri itu memerah menatap penuh kebencian dan amarah pada Shafia.
" Jelas aku berani, karena mulut mu itu memang benar benar harus disekolahin dulu" Jawab Shafia tak gentar.
"Awas kamu ya"!
Wanita itu menunjuk ke arah Shafia, lalu berlalu meninggalkan Shafia.
Shafia menghela nafas kasar, entah mengapa ia tidak bisa menahan emosi nya saat wanita itu menyebut kedua orang tua nya.
Baru juga berapa bulan ia merasa betah di pesantren itu, tapi justru hari ini ia sudah harus mempunyai musuh.
Saat ini Shafia, Via dan Tiara sudah bersiap untuk berangkat ke masjid. tapi mereka masih menunggu Nindi yang baru saja kembali ke kamar setelah mengurus persiapan untuk lomba.
Setelah beberapa menit menunggu, mereka akhirnya belalu pergi menuju masjid pesantren.
Sesampainya mereka di masjid pesantren, mereka melihat rombongan pengurus pesantren yang juga baru saja sampai dan berjalan menuju masjid.
Tapi bukan itu yang menjadi pusat perhatian mereka, melainkan pada seorang pria tampan dan Berwibawa yang berjalan tepat di samping Syekh Achmad, siapa lagi kalau bukan Gus Faizal.
Pria itu semakin terlihat tampan dengan jubah putih dan sorban yang memiliki sedemikian rupa di kepala nya.
"MasyaAllah" ucap Tiara dengan tatapan memuja nya.
"Ini nih, pangeran surga" sahut Via sambil menatap ke arah Gus Faizal tanpa berkedip.
Shafia menatap ke arah Nindi, lalu bersamaan menatap kedua teman nya yang masih menatap Gus Faizal dengan penuh kagum.
"Woi,, istighfar sadar sadar dia bukan untuk mu"
Ucap Nindi.
"Tapi kalau jodoh siapa yang tau kan"? Jawab Via.
Mereka kembali melangkah menuju masjid pesantren.
Sementara itu di tempat lain, sebelum memasuki masjid, entah mengapa rasanya Faizal ingin menoleh ke pekarangan masjid.
Spontan ia pun mengarahkan pandangan nya ke sana, Dan saat itu juga ia melihat ke empat santri itu.
Tapi ia terpaku saat melihat salah satu dari ke empat santri itu.
Gadis itu mengenakan mukena berwarna putih, dengan bordilan di atas kepala dan pingiran mukena nya.
Sedang asik berbincang dengan ketiga teman nya, dan tanpa sadar Faizal pun tersenyum.
"Cantik" batinnya.
Namun beberapa detik kemudian Faizal langsung mengeleng dan tersadar jika ia tersenyum karena melihat gadis itu.
"Astagfirullahal' azim" Faizal berucap dan sadar bahwa Mamandang santri seperti itu bukanlah perilaku yang benar.
"Ya Allah, aku gak boleh begini terus, semua harus jelas. Ya Allah beri jawaban atas perasaan hamba saat ini"
Do'a nya dalam hati.
"Faiz,,, Faiz "
Faizal menoleh saat suara seseorang yang tidak asing baginya memanggil.
Dan benar saja Syekh Achmad masih berdiri dihadapan nya.
"Iya, maaf Abi ada apa"?
Faizal menoleh ke arah lain, di saat itulah Faizal baru menyadari. jika Abi nya dan rombongan pengurus pesantren juga ikut menghentikan langkah nya dan masih menunggu dirinya.
" Kamu kenapa tiba-tiba berhenti dan Abi panggil panggil gak dengar malah bengong liatin santri disana" ujar Abi nya.
Timbul rasa penasaran di dalam hati Syekh Achmad saat melihat putra nya seterpaku itu memandangi keempat santri yang tidak jauh dari mereka.
Dan tentu itu bukanlah suatu yang pernah iq lihat dan di lakukan oleh putra kebangaan nya, karena ia sangat tau putra nya itu selalu bisa menjaga pandangan nya, terlebih pada lawan jenis yang bukan mahram nya.
Faizal merasa gugup ditanya seperti itu oleh Abi nya sendiri.
"Emm,, itu Abi, maaf sudah membuat Abi menunggu"!
Faizal mengaruk tengkuk nya yang tidak gatal, sampai meminta maaf.
Ia pun merasa heran kenapa dirinya sampai selarut itu memperhatikan gadis itu, sampai tidak menyadari Abi dan rombongan nya menunggu.
Syekh Achmad menepuk baju nya sambil tersenyum lembut menatap dalam kedua bola mata putra nya.
Ia juga pernah muda dan bisa mengerti arti tatapan yang di tunjukkan putra nya kepada salah satu santri itu.
"Abi mengerti, Jangan di pendam Nak. nanti takut nya menjadi dosa"
"Daripada dosa lebih baik cepat kamu halal kan dan jadikan dia halal untuk kamu pandangi" ucap nya kemudian.
Syekh Achmad memberikan nasehat sekali gua sindiran untuk putra nya itu.
Abi nya pun tidak tau pasti yang mana yang mana diantara empat gadis itu yang menarik perhatian putra nya itu.
Tapi beliau bisa mengetahui bahwa tatapan yang ada di kedua bola mata putra nya bukanlah tatapan yang biasa ia tunjukkan kepada orang lain.
Tatapan itu penuh arti.
Setelah mengatakan itu, mereka akhirnya kembali berjalan masuk ke masjid yang di ikuti oleh rombongan nya.
Sementara Faizal, ia hanya terdiam .
Faizal sedang memikirkan nasehat serta sindiran Abi nya barusan.
Ia pun berpikir sama dengan Abi nya, ia takut jika rasa yang akhir akhir ini ada di dalam dirinya malah menjerumuskan dirinya ke dalam lubang dosa.
Sepertinya mamang secepatnya harus mengetahui perasaan macam apa yang sedang ia rasakan saat ini.
Faizal menghela nafas, kemudian berlalu pergi ke masjid menyusul Abi nya dan juga rombongan nya tadi.
* Memang sangat sulit untuk bersabar tapi menyia nyiakan pahala dari kesabaran itulah yang lebih buruk.
*Cinta itu seperti angin, kita tidak bisa melihat tapi kita bisa merasakan nya*
ditunggu session duanya, anaknya kembar buat kejutan abi n uminya.
end loh ini?
baik lah ...mksh ya kk ceritax
" mengejar cinta Allah, ga harus di pesantren bapak mu Gus " gitu sih