Ello, seorang dokter pediatri yang masih berduka atas kehilangan kekasihnya yang hilang dalam sebuah kecelakaan, berusaha keras untuk move on. Namun, setiap kali ia mencoba membuka hati untuk wanita lain, keponakannya yang usil, Ziel, selalu berhasil menggagalkan rencananya karena masih percaya, Diana kekasih Ello masih hidup.
Namun, semua berubah ketika Ello menemukan Diandra, seorang gadis misterius mirip kekasihnya yang terluka di tepi pantai. Ziel memaksa Ello menikahinya. Saat Ello mulai jatuh cinta, kekasih Diandra dan ancaman dari masa lalu muncul.
Siapa Diandra? Apakah ia memiliki hubungan dengan mendiang kekasih Ello? Bagaimana akhir rumah tangga mereka?
Yuk, ikuti ceritanya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
10. Menolak Menangani
Setelah mengemudi dengan perasaan campur aduk, akhirnya Ello memarkir mobilnya tepat di depan pintu Unit Gawat Darurat, lalu dengan cepat keluar dari mobil. Ia membuka pintu belakang dan mengangkat wanita itu dengan hati-hati, merasakan betapa dinginnya tubuhnya.
Ziel juga keluar dari mobil dan segera berlari ke pintu masuk. "Suster, dokter! Tolong Tanteku!" teriaknya menarik perhatian petugas jaga di pintu Unit Gawat Darurat.
“Suster! Tolong, pasien hipotermia!” seru Ello sambil membawa wanita itu ke dalam rumah sakit.
Beberapa perawat langsung menghampiri dan membawa brankar untuk memindahkan wanita itu dari pelukan Ello. Tanpa membuang waktu, mereka menempatkannya di atas brankar, dan Ello segera memberikan instruksi terkait kondisi yang dia temukan.
“Dia terkena hipotermia. Jaga suhu tubuhnya tetap hangat, hindari perubahan suhu yang mendadak,” katanya kepada perawat yang mendorong brankar. Sedangkan Ziel sedikit berlari mengikuti brankar itu dengan kaki kecilnya.
Petugas medis mendorong brankar itu menuju Unit Gawat Darurat dengan langkah cepat. Ello memandangi wanita yang terbaring lemah di brankar dorong rumah sakit, napasnya terengah akibat rasa panik yang ia coba kendalikan. Ia ingin sekali segera menangani wanita itu sendiri, tapi hatinya dipenuhi perasaan campur aduk saat melihat wajah yang begitu mirip dengan Diana, membuat fokusnya buyar, emosinya terlalu bergejolak untuk bersikap tenang dan profesional.
Kenangan-kenangan bersama Diana kembali mengisi pikirannya, mengaburkan fokus yang seharusnya ia jaga dalam kondisi darurat seperti ini. Meskipun dokter, Ello tahu ia tak akan bisa berpikir jernih jika tetap berada di samping wanita itu. Sebagai dokter, ia tahu pentingnya menjaga ketenangan dan objektivitas, namun saat ini, emosinya terlalu bergejolak, hingga tak berani mengambil risiko menangani gadis itu sendiri.
Di sisi lain, kehadiran Ziel yang terus memegangi tangannya membuatnya sadar. Ziel pasti merasa cemas dan membutuhkan kepastian. Tidak mungkin ia membiarkan Ziel sendirian saat kondisi seperti ini, apalagi bocah itu mungkin juga mengira wanita ini adalah Diana. Ello memutuskan untuk menyerahkan penanganan pada tim medis rumah sakit, demi memastikan keselamatan wanita itu, sekaligus menghibur Ziel yang masih menggenggam tangannya erat.
Petugas medis dengan cekatan membawa wanita itu masuk ke Unit Gawat Darurat. Ello dan Ziel mengikutinya dari belakang hingga mereka tiba di depan pintu ruangan tempat wanita itu akan ditangani.
Dokter jaga yang melihat Ello, yang sedang tidak bertugas namun berada di samping brankar wanita itu, tergerak untuk bertanya, “Dokter Ello, apa Anda mengenal pasien ini?” tanyanya hati-hati.
Tanpa sadar Ello mengangguk, pandangannya tak lepas dari wajah wanita yang begitu mirip dengan Diana. “Iya, saya mengenalnya," jawabnya,, padahal ia belum yakin kalau wanita itu adalah Diana.
Dokter itu mengamati ekspresi Ello sejenak, lalu berkata, “Kalau begitu, mungkin Anda bisa ikut menangani pasien ini bersama saya?”
Ello tersentak, mempertimbangkan tawaran tersebut sejenak, namun akhirnya menggeleng pelan. “Terima kasih, tapi saya rasa saya harus menolak. Terlalu banyak hal pribadi yang terlibat, saya khawatir tidak bisa objektif dalam menanganinya,” jawabnya jujur. Ia melirik Ziel yang berdiri di sampingnya. “Lagipula, ada keponakan saya yang sangat cemas tentang wanita ini. Dia butuh pendamping saat menunggu kepastian kondisinya.”
Dokter jaga itu melirik Ziel, lalu mengangguk memahami. “Baiklah, Dokter Ello. Kami akan melakukan yang terbaik untuk pasien ini.”
Ello mengangguk dengan penuh rasa terima kasih, kemudian melangkah mundur bersama Ziel, membiarkan tim medis menangani wanita itu sepenuhnya. Namun, tatapannya tetap terpaku, penuh harap dan kekhawatiran, pada sosok yang ia rindukan namun juga penuh pertanyaan di depannya.
Ello berbalik, menatap Ziel yang berdiri di sebelahnya dengan wajah penuh kecemasan.
“Om, Tante Diana akan baik-baik saja, 'kan?” tanya Ziel dengan suara kecil, matanya tampak berkaca-kaca.
Ello berlutut di hadapan Ziel, menempatkan tangannya di bahu bocah itu, berusaha memberikan ketenangan. “Kita sudah melakukan yang terbaik, Ziel. Sekarang biarkan dokter-dokter di sini merawatnya. Tante Diana akan mendapat perawatan yang dia butuhkan.”
Ziel hanya mengangguk, meskipun tampak jelas kekhawatiran masih menyelimuti wajahnya. Ello membimbing Ziel ke bangku tunggu yang ada di lorong rumah sakit. Sementara mereka menunggu, pikiran Ello berputar-putar dengan ribuan pertanyaan, tentang identitas wanita itu. "Apakah dia benar-benar Diana? Jika iya, apa yang sebenarnya terjadi hingga dia terdampar di pantai dalam kondisi seperti ini?" gumamnya dalam hati.
Di tengah kekhawatirannya, Ello hanya bisa berharap wanita itu akan baik-baik saja, sambil terus menggenggam tangan Ziel yang duduk di sampingnya dengan wajah penuh harap.
Namun beberapa menit kemudian, Ello yang paham betul bahwa penanganan hipotermia bisa memakan waktu berjam-jam, menatap Ziel yang terus duduk di sampingnya menatap pintu Unit Gawat Darurat penuh kekhawatiran. Dengan lembut, Ello membujuk Ziel, "Ziel, Tante akan baik-baik saja. Penanganan ini butuh waktu lama, dan kamu pasti lelah. Pulang dulu, ya? Om akan tetap di sini, menjaga Tante Diana."
Ziel menggeleng keras, bibirnya terkatup rapat menahan tangis. "Aku nggak mau pulang, Om. Aku takut Tante Diana hilang lagi."
Ello tersenyum dan meletakkan tangannya di bahu Ziel. "Om janji, Om akan jaga Tante Diana di sini. Om juga akan langsung mengabari kamu kalau ada perkembangan, oke?" Melihat sorot mata penuh kesungguhan dari Ello, akhirnya Ziel perlahan mengangguk, meski raut wajahnya masih penuh kekhawatiran.
Setelah Ziel setuju untuk pulang, untuk memastikan Ziel tak kembali ke rumah sendiri, Ello menghubungi Elin. “Kak, kami di rumah sakit. Kami baru saja menemukan seorang wanita di pantai, dia mirip sekali dengan Diana,” ujarnya dengan nada serius.
Di ujung telepon, Elin terdiam sejenak, terkejut mendengar kabar yang begitu tak terduga. “Mirip Diana? Apa dia …?” tanyanya, suaranya hampir berbisik, antara tak percaya dan harapan yang nyaris tak berani ia ungkapkan.
“Iya, Kak. Aku akan menunggu di sini untuk memastikan kondisinya. Tolong jemput Ziel, ya? Dia sudah cukup lelah. Dia juga sudah sepakat untuk pulang, tapi enggak akan nyaman kalau sendiri." jelas Ello.
"Baiklah. Aku akan ke sana sekarang," sahut Elin masih dengan perasaan campur aduk, Elin setuju dan langsung menuju rumah sakit.
Elin tiba di rumah sakit beberapa menit kemudian. Ziel yang dari tadi setia duduk di samping Ello, segera berlari ke arahnya sambil menahan tangis yang sudah menggenang sejak tadi. "Mama ..." panggilnya.
"Ziel ...." Elin berlutut menyambut Ziel dalam pelukannya.
"Mama, Ziel ingin di sini menunggu Tante Diana." Di pelukan Elin, Ziel tetap tak ingin beranjak, seakan takut sosok itu akan menghilang lagi jika ia pergi.
Elin merenggangkan pelukannya, menatap mata Ziel penuh kelembutan. “Ziel, Tante Diana harus istirahat dulu supaya cepat pulih. Perawatannya butuh waktu lama. Om Ello akan menjaga Tante Diana di sini. Mama janji, begitu Tante Diana benar-benar sembuh, kita akan ke sini lagi, oke?” katanya lembut sambil mengusap lembut punggung putranya.
Ziel memandang penuh harap ke arah ruang Unit Gawat Darurat, dan akhirnya mengangguk dengan berat hati.
Elin menatap Ello dengan ragu. “El, apa dia benar-benar …,” ucapnya, namun kata-katanya terhenti di tengah-tengah, tampak tak yakin untuk melanjutkan.
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
Malah Diandra yang melindungimu Ello. Hah,kamu mengecewakan aku Ello. 😁😁😁
Dengan adanya tragedi seperti ini, bisa ada jalan untuk penyelidikan tentang Diandra, dan ternyata yang menghadang Ello & Diandra adalah orang suruhan Brata 😱😱😱😱
Setelah ini Pak Hadi & Zion yang bekerja & tetap waspada! 😅
Makasih Author udah UP 🥰
Diandra menguasai Ilmu Bela Diri...Ello tertegun saat Diandra bicara seperti itu..Ello hrs berlindung di ketiak Perempuan🤣🤣🤣hrsnya Ello yg berkata demikian
Waaaaahhhhh ngeri-ngeri sedap 🤭😅