Ryo seorang pengusaha yang sukses harus menelan musibah dari tragedi yang menimpanya. Sebuah kecelakaan telah membuatnya menjadi lumpuh sekaligus buta. Istrinya sudah tidak Sudi lagi untuk mengurusnya.
Aura, adik sang istri tak sengaja hadir ditengah mereka. Aura yang memerlukan uang untuk kebutuhan hidupnya kemudian ditawari sang kakak sebuah pekerjaan yang membuat semua kejadian cerita ini berawal.
Pekerjaan apakah yang ditawarkan pada Aura?
dan bagaimana nasib Ryo selanjutnya?
Biar tau kisah selengkapnya, yuk ... di intip kisahnya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 - Kepedulian Ryo
Di sebuah kolam pemancingan,
“Terimakasih ya Mas sudah mau menemani mancing di tempat seperti ini, aku kira Mas nda akan mau ke tempat-tempat seperti ini” ucap Bagas.
“Ah, memangnya kenapa? tempat ini enak kok suasananya, lagian aku suka kok mancing, hanya saja teman-temanku tidak ada yang pernah mengajakku ketempat seperti ini”
Bagas hanya tersenyum dengan jawaban Ryo.
“Apa kau sudah ijin pada Aura kau bersamaku disini?” tanya Ryo.
“Sudah Mas, dia tidak mungkin keberatan”
“Dia istri yang baik, ya?” ucap Ryo di sela duduk santainya sambil memegang alat pancing.
“Yah, aku sangat beruntung memiliki istri seperti Aura. Bahkan disaat aku tidak memiliki apa-apa, dia masih bersabar dan tidak pernah menuntut apapun dariku”
“Apa gaji di pekerjaanmu yang sekarang tidak mencukupi kebutuhan kalian?”
“Kalau aku mau jujur, sebenarnya tidak cukup, Mas. Justru kadang kami minus dan harus berhutang”
“Bagas, kalau ada apa-apa kau tidak perlu sungkan padaku, katakan saja”
“Iya Mas, tapi aku nda enak sama Mba Jesica” ucap Bagas yang juga sama-sama menungu ikan memakan umpan pancing mereka.
“Akh!, dia tidak akan tahu. Ini urusanmu denganku” ujar Ryo.
“Iya Mas. Aku cuma bingung untuk bayar cicilan pinjaman online dan bayar cicilan motorku, karena uang yang untuk bayar motor bulan kemarin sudah terpakai, jadi untuk bulan ini aku nunggak dua bulan”
“Hah, kau ini. Kenapa harus meminjam di pinjaman online!, itu tidak menyelesaikan masalahmu. Yasudah, besok kau total saja berapa semua cicilanmu bulan ini, dan kau tutup semua hutangmu di pinjaman online itu” ucap Ryo yang membuat mata Bagas berbinar, seolah ada harapan yang cerah untuk masalahnya.
“Serius, Mas?” Bagas menatap wajah Ryo yang tengah fokus dengan kail di genggamannya.
“Hm, iya aku serius. Sudah jangan berisik, sepertinya aku akan dapat ik- …”
“Hey! Kena, dapat!” pekik Ryo yang merasakan gerakan di senar pancingnya.
“Tarik mas!, wah besar itu!” pekik Bagas yang juga semangat dengan keberhasilan Ryo mendapat ikan yang ditunggunya dari tadi.
Mereka terlihat puas dan seolah bisa melepas penat di hari itu.
Sore menjelang, Ryo diminta Bagas mampir ke rumah kontrakannya, akhirnya Ryo mampir sebentar.
Disana terlihat Aura yang tengah menyapu teras. Ryo sedikit terpana dengan kecantikan Aura walaupun dalam balutan kesederhanaan. Dengan mengenakan daster berbahan kaos berwarna hijau muda di bawah lutut, Aura terlihat sedikit menyentil hasrat Ryo. Pria itu menelan sesuatu di tenggorokannya sambil terus menatap kearah adik iparnya ‘Kenapa Jesica sangat berbeda dengan adiknya’ gumam Ryo di batinnya.
Aura yang melihat kedatangan Ryo agak terperanjat kaget dan buru-buru masuk kedalam rumah.
Bagas dan Ryo mendekati pintu masuk. “Aura!, ini ada Mas Ryo!” suara Bagas terdengar hingga dapur, karena memang kontrakan mereka agak sederhana.
“Maaf Mas, rumahnya sempit” ucap Bagas seolah tidak enak.
“Ck!, tidak masalah buatku” Ryo menepuk pundak Bagas.
Ryo duduk di karpet sederhana, karena Bagas memang tidak memiliki sofa. Mata Ryo menjelajah memandangi sekilas tempat tinggal Bagas dan adik iparnya. Sangat jauh berbeda dengan mansionnya.
“Apa Jesica sering kesini?” tanya Ryo pada Aura yang baru muncul dari dalam membawakan teh hangat yang masih mengepul. Kini pakaiannya sudah berubah lebih formal, namun dilihat dari segi manapun, wanita itu tetap cantik dengan apapun yang dikenakannya.
“Pernah sekali, Mas. Waktu aku sakit, dia menjengukku kesini, tapi hanya sebentar, mungkin kakakku tidak biasa dengan rumah sempit” ucap Aura.
Dengan senyum ringan, Aura duduk rapih disamping Bagas, berlulut dan merapihkan rok panjangnya dengan anggun ke bawah betisnya, kemudian jemarinya menyelipkan helaian rambut yang menjuntai ke belakang telinga setelah meletakkan nampan berisi teh kehadapan Ryo dan Bagas.
Pandangan Ryo sempat berhenti beberapa detik melihat sikap Aura yang tidak pernah ia lihat pada istrinya, Aura begitu anggun dan manis.
“Ah, begitu ya. Berati hanya sekali istriku kesini. Begini saja Bagas, bagaimana kalau besok siang kita bicarakan tentang perumahan yang bisa kau ambil, dan aku akan membantumu mengurus semuanya”
“Hah?, rumah?, tapi aku belum mampu untuk menyicil rumah Mas” ujar Bagas.
“Kau memang tidak harus menyicil. Aku yang akan mencarikan Developer sekalian sama notarisnya, karena aku akan membelikanmu cash, dan kau bisa menyicil padaku kapan saja kau bisa”
Kedua suami istri di sebelah Ryo melongo mendengan penjelasan Ryo. Seolah mendapatkan sesuatu yang di luar dugaan mereka.
Aura dan Bagas saling memandang. Mereka benar-benar tidak percaya jika ipar mereka begitu baik.
Bagas semakin menghormati Ryo. Karena di mata Bagas, jarang sekali ada orang yang memperdulikan kehidupan mereka.
Di Mansion, ketika malam sudah mulai meninggi, Ryo yang mendapati istrinya yang tengah santai memakan roti selai coklat yang satu buahnya seharga uang belanja Aura tiga hari. Jesica sambil bersandar di sofa dan menonton televisi.
“Kau sudah pulang, Mas?, kok malam?” sapa Jesica sedikit acuh dengan kepulangan suaminya tanpa merubah posisinya.
“Aku dari rumah adikmu” kata Ryo agak ketus.
“Hah!, kau kerumah Aura?!, untuk apa kesana?” tanya Jesica sedikit melotot yang baru kemudian merubah sedikit posisinya.
“Aku hanya mampir sambil mengantar Bagas” Ryo kemudian duduk di sofa. “Jes, apa kau tidak pernah memperhatikan keadaan adikmu?. Keadaan kita sangat jauh berbeda dari mereka, dan kau tidak pernah menceritakannya padaku. Kenapa kau seolah acuh dengan mereka. Mereka membutuhkan banyak bantuan kita”
“Kenapa Mas tiba-tiba perduli?. Apa jangan-jangan karena Mas melihat Aura yang lebih cantik dariku?” ucap Jesica yang membuat Ryo mendengus kasar.
“Apa-apaan sih jawaban kamu, konyol!. Besok aku akan membantu Bagas untuk mencari Developer rumah untuk tempat tinggal mereka yang lebih layak”
“Mas, itu tidak perlu!, biar Bagas yang bertanggung jawab, kenapa jadi kau yang repot” bantah Jesica.
“Dasar tidak peka!. Kenapa kau tidak pernah perduli dengan mereka?. Bukankah Aura adalah satu-satunya keluargamu?”
“Ya, terus kenapa kalau dia keluargaku satu-satunya?, apa aku panti sosial, lalu harus terus memberi batuan padanya?. Salahnya sendiri, mencari suami yang miskin, dia tidak pernah belajar dariku, dan menurutku Aura itu bodoh, sudah hidupnya tidak pernah senang, cari suami yang pekerjaannya pas-pasan, ya ini akib- …”
“Cukup!. Percuma berdiskusi denganmu!.” Ryo kemudian bangkit dari sofa, kemudian beranjak ke lantai atas.
Seperti hari-hari kemarin, Ryo dan Jesica tidak pernah cocok untuk berdiskusi. Mereka lebih sering berdebat dan mengurus urusan masing-masing.