Terpaksa Menikah Dengan Pembantu

Hari ini genap sebulan sudah Jenar bekerja di kediaman Pranata, Gaji pertama telah ia dapat, Jenar merasa bahagia bukan main karena itu adalah uang pertama yang ia dapat dari hasil kerja kerasnya,

Sungguh Jenar tak menyangka bila menjadi seorang pembantu ia bisa mendapatkan gaji yang lumayan sebesar ini,

Jenar ingat harusnya dua hari lagi adalah acara Wisuda di sekolahnya namun ia takut bila harus kembali ke kampung itu dan bertemu dengan ibu tirinya atau pun orang suruhan Juragan Sadi, Jenar merasa bingung dan Frustasi memikirkan hal itu, Namun bagaimana lagi ia juga sangat membutuhkan Ijasah itu untuk mendaftar Kuliah, Jenar sangat ingin bisa Kuliah, dengan uang gaji yang ia dapat ia yakin pasti bisa meneruskan Kuliahnya, dan soal masalah Waktu ia pasti bisa membaginya dengan baik dengan perkerjaanya, Tapi bagaimana caranya ia mendapatkan ijasahnya bila seperti ini, Jenar merasa sangat Frustasi di buatnya,

"Dorrr, bengong aja." pekik Fabian yang tiba tiba datang dan menepuk bahu Jenar yang sedang terduduk di bangku taman, membuat Jenar terkejut.

"Iks mas Bian hobi banget sih ngagetin Jenar." kesal Jenar dengan cemberut membuat Bian semakin Gemas olehnya.

"Lagi bengong mulu, ntar kesambet loh." ujar Bian sambil terkekeh,

"Mas," ucap Jenar,

"Kenapa?" tanya Bian

"Jenar tuh lagi bingung," kata Jenar

"Bingung kenapa Nar?" tanya Bian yang jadi ikut bingung,

"Jenar pengen pulang kampung mas," gumam Jemar lirih,

"Hah, lo gak betah disini Nar, lo udah gak mau kerja disini lagi, apakah ada yang nyakitin lo atau buat lo gak nyaman sampai lo gak betah disini hem, bilang sama mas Bian Nar, bilang." ucap Bian menggebu dan beruntun membuat Jenar menghela nafasnya.

"Jenar mau pulang kampung bukan karena gak betah kerja disini mas," ujar Jenar,

"Lalu?" tanya Bian,

"Dua hari lagi tuh aku harusnya Wisuda mas, tapi .." lirih Jenar

"Tapi apa?" Bian sukses dibuat bingung dan gemas oleh Jenar karena bicara sepotong potong,

Jenar menarik nafasnya panjang dan menghembuskanya perlahan, "Jenar takut kalau ibu tiri Jenar ataupun Juragan Sadi nangkep Jenar mas, Jenar gak mau dinikahin sama kakek kakek itu," jelas Jenar kepada Bian membuat Bian kini mengerti, Jenar sudah menceritakan semua kisahnya kepada Bian, hanya Bian loh ya, karena Jenar merasa nyaman bersama Bian,

"Gue anter aja gimana?" tawar Bian sehingga membuat Jenar terkejut, "Tapi mas," ucap Bian,

"Gak ada tapi tapi an, besok kita berangkat dan tidak usah pulang ke rumah kamu, sehabis acara Wisuda kita langsung balik kesini biar ibu tiri kamu gak bisa ketemu kamu, gimana," ujar Bian memberikan saran,

"Jenar bakal ngerepotin mas Bian dong." lirih Jenar merasa tak enak hati,

"Yaelah no Problem, so gimana oke gak," tanya Bian dan dibalas anggukan oleh Jenar,

***

Di ruang keluarga Pranata sedang berkumpul kekuarga besar kecuali Fabian, semua sedang membahas acara penikahan Arya dengan sang kekasih yang telah ia kencani selama Tiga tahun ini Pricillia Agatha atau yang biasa ia panggil Tata, Persiapan pernikahan sudah mencapai 90% dan acara akan di adakan Lusa di sebuah Hotel bintang lima milik keluarga Pranata,

"Om om Arya beneran mau nikah sama tante tata," tanya Aiden hanya dibalas anggukan oleh Arya, Arya sudah yakin akan pilihanya.

"Kenpa harus gak yakin," ucap Arya sambil memainkan ponselnya.

"Entahlah, Aiden merasa om gak cocok sama tante tante itu." ucap Aiden membuat semua mata memandang ke arahnya,

"Aiden gak boleh bicara seperti itu sayang," kata Tamara kepada Cucunya,

"Beneran Eyang, om Arya gak cocok sama nenek sihir begitu." ucap Aiden kekeuh, Arya sama sekali tak marah karena menganggap Aiden adalah anak kecil jadi omonganya hanya angin lalu saja.

Aiden tentu saja tidak menyukai sosok kekasih dari Arya itu karena Aiden sudah pernah melihat kebusukan seorang Pricilla Agatha, Tapi Aiden tak pernah memberitaukanya kepada sang Om Arya karena ia ingin om nya melihat nya dengan mata kepalanya sendiri,