Mika, seorang wanita yang dulunya gemuk dan tidak percaya diri, sering menjadi korban bullying oleh geng wanita populer di SMA. Dihina karena penampilannya, ia pernah dipermalukan di depan seluruh sekolah, terutama oleh Dara, ketua geng yang kini telah menikah dengan pria idaman Mika, Antony. Setelah melakukan transformasi fisik yang dramatis, Mika kembali ke kota asalnya sebagai sosok baru, sukses dan penuh percaya diri, tapi di dalam dirinya, dendam lama masih membara. Kini Mika bertekad untuk menghancurkan hidup Dara, gengnya, dan merebut kembali Antony, cinta masa lalunya, dengan cara yang jauh lebih kejam dan cerdas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lucky One, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pesan yang Mengusik
Di tengah acara pernikahan kolega, Dara dan Antony duduk di meja tamu VIP. Mereka tampak serasi—Dara mengenakan gaun elegan berwarna krem, sedangkan Antony tampil rapi dalam setelan jas hitam. Keduanya sibuk berbincang dengan beberapa rekan bisnis. Suara musik jazz lembut mengisi ruangan yang megah, sementara aroma bunga segar melayang di udara.
Dara memiringkan tubuh sedikit lebih dekat ke Antony, berusaha menjaga suasana romantis di antara mereka. “Sayang, menurutmu proyek kita di Bali bisa berjalan lancar, kan?” tanyanya sambil menyelipkan lengan di tangan suaminya. Antony tersenyum tipis. “Tentu saja, asal kita bisa deal dengan vendor besok.”
Tiba-tiba, ponsel di saku Antony bergetar. Ia melirik sekilas layar dan melihat nama Mika terpampang di sana. Antony merasakan napasnya tercekat sejenak—pesan yang datang di saat yang salah.
Mika:
“Antony, kau sudah siap? Aku harap kita bisa ketemu nanti malam, aku sudah rindu ngobrol sama kamu.”
Antony cepat-cepat mengunci layar ponselnya sebelum Dara bisa melihat lebih banyak. Dara memperhatikan gerak-gerik suaminya dengan curiga.
“Siapa yang barusan chat, Sayang?” tanya Dara lembut, tetapi nada suaranya sedikit menusuk.
“Ah, nggak ada yang penting,” jawab Antony seraya memasukkan ponsel ke saku jasnya. Namun, pandangan Dara semakin tajam. Ia mengenal suaminya dengan baik—ada sesuatu yang disembunyikan.
Dara berusaha menyembunyikan rasa tidak nyamannya dengan tersenyum tipis. Tapi di dalam hatinya, instingnya berteriak. Antony semakin sering bertingkah aneh belakangan ini—selalu sibuk dengan ponsel dan sering lupa dengan janji-janji kecil.
“Benarkah?” Dara menatap suaminya sambil meneguk anggur dari gelas kristalnya.
Antony mengangguk cepat, berusaha terlihat santai. “Benar, Sayang. Fokus aja sama acara ini, oke?”Ia mencium kening Dara lembut, mencoba meredakan suasana. Dara tersenyum, tetapi rasa curiganya tetap tidak hilang begitu saja.
Dara memerhatikan Antony dari sudut matanya. Sikap suaminya yang terus-menerus melihat ponsel membuatnya semakin curiga. Ia menahan diri untuk tidak bertanya lebih jauh, tetapi dalam hati, ia bertekad untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
Dara menegakkan tubuhnya dan bergabung kembali dalam percakapan dengan kolega, tetapi pikirannya sudah melayang jauh—apakah Antony masih setia, atau ada sesuatu yang ia sembunyikan?
Ketika Dara teralihkan oleh seorang tamu yang menghampirinya, Antony dengan cepat meraih ponselnya dan membalas pesan Mika.
Antony:
“Aku akan datang. Tunggu aku menjemputmu, jam delapan malam.”
Antony menyimpan ponselnya dengan hati-hati dan kembali memasang senyum di wajahnya. Namun, di dalam hatinya, ia tahu malam ini bisa membawa perubahan besar—entah untuk kebaikan atau justru bencana.
Sementara Dara berbasa-basi dengan para tamu, ia tidak menyadari bahwa suaminya telah membuat janji dengan wanita yang bisa menghancurkan pernikahan mereka.
Di rumahnya, Mika menatap pesan balasan dari Antony dengan senyum penuh arti. Rencana balas dendamnya mulai bergerak.
“Antony, kau takkan tahu apa yang akan menimpamu,” bisik Mika pada dirinya sendiri sambil menyesap kopi dari cangkir putihnya. Malam ini, semuanya akan dimulai.
***
Di dapurnya yang nyaman, Raka sibuk meracik bahan-bahan untuk hidangan spesial. Aroma bawang tumis dan saus pasta yang ia buat memenuhi udara. Memasak selalu menjadi pelariannya—membantu mengalihkan pikiran dari hal-hal yang mengganggu. Namun, siang itu, pikirannya terus tertuju pada Mika.
Raka menyeka tangannya dengan handuk dapur sambil memikirkan bagaimana Mika tinggal sendiri di rumah barunya.
"Apa dia baik-baik saja? Pasti capek ngurus semua sendirian," pikir Raka, merasa tak nyaman. Impuls ingin menemui Mika semakin kuat. Ia berencana membawa pasta yang baru selesai dimasaknya ke rumah Mika.
Tanpa pikir panjang, Raka memasukkan pasta ke dalam wadah dan mengambil botol wine dari rak. Ia berpikir ini kesempatan baik untuk mengobrol santai sekaligus memastikan Mika baik-baik saja.
"Toh rumahnya nggak jauh dari sini," bisik Raka, berusaha meyakinkan diri. Ia pun berganti pakaian kasual—kaos putih polos dan jeans—lalu bergegas keluar rumah, membawa bungkusan masakannya.
***
Sementara di rumah Mika, Mika tengah bersiap siap dengan mengenakan gaun merah dengan potongan dada terbuka dan lipstik merah menggoda. Ia menatap dirinya di cermin, memastikan semuanya terlihat sempurna. "Antony pasti tak akan bisa menolakku malam ini," bisiknya dengan senyum penuh percaya diri.
Namun, saat ia tengah menyemprotkan parfum di pergelangan tangan, bel rumahnya berbunyi.
"Apa Antony sudah datang?" pikirnya dengan jantung berdebar. Mika bergegas menuju pintu, mengenakan heels tinggi, siap menyambut pria yang menjadi bagian dari rencananya.
Namun, ketika pintu terbuka, bukan Antony yang berdiri di sana.
"Raka?" Mika terkejut, matanya melebar.
Mika berdiri mematung di depan pintu, terkejut bukan main melihat Raka di sana. Ia sempat berpikir itu pasti Antony yang datang lebih awal, tapi kenyataannya justru Raka yang berdiri dengan senyuman hangat.
"Raka?" suara Mika terdengar pelan, berusaha menutupi keterkejutannya. "Ngapain kamu ke sini malam-malam?"
Raka menatap Mika dengan kagum, matanya tak bisa lepas dari gaun merah yang Mika kenakan. Potongan dada terbuka gaun itu membuatnya sedikit tertegun, sementara lipstik merah Mika menambah kesan menggoda. Sekilas, ia tampak menelan ludah, berusaha mengontrol perasaannya.
"Aku nggak sengaja lewat dan kepikiran kamu, ah iya, ini aku bawakan makanan untukmu " jawab Raka sambil tersenyum tipis sambil memberikan makananya. "Kamu... kelihatan cantik banget malam ini."
Mika mengerling pelan, merasa sedikit tersanjung meski situasinya mendadak rumit. "Terima kasih, aku akan makan nanti tapi... Aku lagi ada janji sama teman."
Raka mengangguk, berusaha menyembunyikan kekecewaan kecil di wajahnya. "Oh, maaf kalau ganggu. Aku cuma pengen mampir sebentar, mau lihat kamu baik-baik aja."
"Aku baik-baik aja, Rak," Mika menjawab lembut. "Tapi... mungkin sekarang bukan waktu yang tepat."
Raka mengangguk lagi, meski tatapannya masih berat meninggalkan Mika. "Oke, nggak apa-apa. Tapi kalau kamu butuh apa-apa atau cuma mau ngobrol, aku selalu ada buat kamu, Mika."
"Aku tahu, Raka. Terima kasih," ucap Mika dengan tulus.
Mereka saling bertukar pandang sejenak dalam keheningan. Lalu Raka pergi dari rumah Mika dengan kekecewaan
udah ada yang jelas dan bener-bener tulus malah diabaikan tapi masih mengharapkan suami orang...🤦
suami orang lebih menantang kali ya ..😅
apa autor bikin kejutan
di i tunggu kejutannya thorrr
tapi bagi Antony kamu bukan apa-apa. hanya wanitanya yang ke sekian. kamu hanya dianggap murhn.
bukannya bisa balas dendam, tapi justru kamu jadi budk nfsu Antony.
yang ada malah makin menyediakan tau...
nggak nyangka banget Antoni kayak gitu. suka celap-celup sana sini..
tuh mika, laki-laki yang kamu harapkan ternyata buaya..
kamu masih mengharapkan Antony... nyerahin segalanya buat Antony...
curiga jangan-jangan Antony punya hubungan sama Nisa...