"People come and go, but someone who is compatible and soul mates with you will stay"
Dengan atau tanpa persetujuanmu, waktu akan terus berjalan, sakit atau tidak, ayo selamatkan dirimu sendiri. Meski bukan Tania yang itu, aku harap menemukan Tania yang lain ...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Day 365
Mama emang cerewet, tapi tangan dan hatinya hangat." batinnya.
Tok tok tok
Klek, pintu dibuka.
"Iyan?". Kagetnya ketika Bryan masuk dan tersenyum, kini Brian sudah mampu menggunakan kursi rodanya sendiri.
" kamu udah baikan? ", tanya Bryan dengan ekspresi yang agak datar tapi sedih.
"Iya udah, kamu? "
"Aku juga udah lumayan tapi belum bisa jalan aja."
"Jangan lakuin hal bodoh lagi ya, Kamu mungkin beruntung sekarang Tapi nggak tahu nanti, kamu bisa aja dapat yang lebih parah dari itu."
" Iya maaf, gara-gara aku juga kan traumanya kamu kambuh lagi. Aku baru tahu, Tan dan untuk aku sendiri Ya mau gimana lagi? Kesalahan aku ya memang harus aku tanggung sendiri kan. Tania...?"
"Hmm?", Tania Mendem tanpa memperhatikan wajah Bryan.
"Tolong lihat aku sebentar aja Boo."
Deg
"Makasih udah nolongin aku, untuk semua yang udah aku lakuin ke kamu aku ucapin maaf dan terima kasih, aku cuma bisa bilang itu ke kamu. " Bryan mendekat mendorong kursi rodanya ke brankar Tania.
Dengan mata yang berkaca-kaca Brian menggenggam satu tangan Tania yang tidak dipakaikan infus, Dia terlihat berusaha keras menatap Tania dan untuk pertama kalinya Gadis itu melihat sesuatu yang berbeda di mata Bryan, sesuatu yang tulus dan menyedihkan. Ia benar-benar paham dan yakin pemberian telah menyesali semua kesalahannya di masa lalu.
Lalu ia terisak di sana, menundukkan kepalanya bertumpu pada satu tangan Tania yang digenggamnya, ia benar-benar terisak di sana meratapi semua yang telah terjadi.
"Maaf Boo, maaf, gara-gara aku, traumanya kamu kembali. Maaf hiks."
Tania mengelus kepala Bryan yang masih bertumpu di tangannya.
"It's okay." jawab Tania pendek, detik itu juga Brian mendongak dan melihat segaris senyum yang sudah lama sekali hilang, sudah lama sekali tidak Tania Tunjukkan kepadanya.
Hingga tidak terasa cukup lama mereka berbincang, terdengar tawa dari ruangan itu, cukup seru, seolah dua sahabat yang sudah lama sekali tidak bertemu. Diam-diam Joon Young memperhatikan keduanya dari kaca pintu, Entah kenapa ia merasa sangat terganggu, tidak nyaman, dan hatinya juga sakit, ia merasa menjadi selingkuhan padahal Tania adalah pacarnya.
Tap... Cup satu tepukan mendarat di pundak Joon Young, ketika ia berbalik senyum ceria Yona menyambutnya.
"Dokter Yona."
"Kenapa nggak masuk?"
"Ah, actually I'm hungry, Let's have lunch together." ajak Joon Young.
"Sure." girang Yona. "waktunya pas banget, Thanks Iyan." batinnya mengikuti langkah Joon Young.
🌼🌼
Setelah cukup lama berkunjung ke ruang rawat Tania, akhirnya Bryan keluar memutar kursi rodanya dan ia cukup terkejut berpapasan dengan Nyonya giddens Mama Tania.
"T-tante, apa kabar tante?", serunya ragu dengan senyum kaku.
" baik." jawabnya singkat dan dingin.
"Hmm, Tante...", Bryan terlihat ragu-ragu.
"Bryan...", tiba-tiba memotong. " Saya harap kamu terus menjauh dari Tania, dia sudah cukup baik sekarang, jadi tolong jangan buat dia bingung lagi, entah kamu sudah berubah sudah Tulus, atau apapun itu, saya tetap tidak bisa menerima kamu. Bagi saya kamu tetap Brian yang sama seperti 6 tahun lalu, jangan lupakan bahwa saya lebih dulu mengenal kamu ketimbang Tania, Saya rasa kalimat Saya cukup sederhana dan mudah kamu mengerti." kalimat panjang nyonya giddens menjadi tamparan keras buat Brian.
"Eomonim.", seru Joon Young muncul tiba-tiba.
"Juni." girangnya.
Dalam perjalanan ke kantin bersama Yona pikirannya terus berdebat.
"Kenapa aku malah lari?"
"Dia kan pacarku?"
"kenapa aku malah memberi mereka waktu?".
Settt... decit sepatunya ketika menghentikan langkah tiba-tiba.
"Yona Ssi, biane yo. I have another plan. Jinjja bianne..", lalu kabur begitu saja meninggalkan Yona yang wajahnya kecut.
skip
"kamu udah makan siang?", tanya Nyonya Giddens kepada Joon Young.
"Belum, eomonim"
"Wah kebetulan banget, Ayo kita makan dulu." serunya sambil menuntun Joon Young masuk.
"Ne...", senangnya dan mengambil rantang makanan yang ditenteng calon Mama mertuanya itu lalu masuk bersama tanpa menghiraukan Brian yang dia mematung di kursi rodanya.
Klek...
"Saaa... yang." diawali dengan sapaan yang semangat, di akhiri dengan nada lemas, karena melihat mamanya dibelakang Joon Young.
"Begitu amat ya mama." celetuk nyonya Giddens. Joon Young hanya tertawa kecil melihat tingkah ibu dan anak itu. "Juni, dia boleh makan Ini nggak? ", sambil menunjukkan kerang rebus.
"Boleh eomonim."
"Mah namanya Joon Young, Jun Young...", untuk kesekian kalinya Tania menegaskan.
"It's oke sayang, aku suka." senang Joon Young.
"Nggak banget kalau nanti kamu ganti nama jadi Jung Juni."
"Kamu juga jangan ganti nama terus, apa salahnya sih pakai nama panjang, ribet amat jadi orang. Mama sampai debat loh sama stafnya pas Nanyain kamu. Kamu kamu pendekin jadi Nathania Giddens, Mama masih terima. Lah sekarang dipendekin lagi maunya apa sih nak?", dumel mamanya.
"Sepanjang apa? ", heran Joon Young."
"Three syllables."
"Three? I thought you just have two."
"Joy - Nathania - Giddens, ribet deh. Apa pentingnya sih Ma? Yang penting kan aku tetap dipanggil Tania."
"Terserah deh. Maaf ya Jun, anak tante memang nggak ada suaranya, kamu kuat-kuatin deh ya."
"Tidak apa-apa eomonim heheheh. Makan siangnya enak sekali."
"Makan yang banyak ya, kamu pasti kerja berat lagi hari ini." seru nyonya giddens dengan girangnya sambil menambah isi piring Joon Young.
"Perlakuan Mama beda banget, dia suka banget kayaknya sama si Oppa ini. ", batin Tania.
📞 Halo Sayang di mana?, seru Tania tiba-tiba di ponselnya spontan si mama dan Joon Young menoleh ke arahnya.
Oh masih di cafe ya, Tutup gih jangan lama-lama, bawa makan siang nih Ntar keburu dihabisin Joon Young loh."
Joon Young akhirnya melanjutkan makan siangnya, setelah tahu itu adalah Jessie.
6 bulan kemudian ...
Bryan sudah sembuh total dan kembali kepada tugasnya sebagai dokter. Selama ini hubungannya dengan Tania sudah cukup baik tapi Gadis itu selalu membuat batasan yang tidak bisa dilewati Bryan. Tiga bulan sebelumnya Tania melakukan konseling rutin dengan seorang psikiater untuk menyembuhkan traumanya.
Mengenai Bryan Joon Young Cukup dewasa dan sportif, untuk mendukung pilihan Tania yang memilih kembali berhubungan baik dengan Brian meski hanya sekedar pertemanan, tapi tidak baginya.
Bryan mungkin baik di mata Tania tapi tidak bagi Joon Young. Orang itu masih menjadi ancaman serius baginya, Bryan adalah ranjau yang sewaktu-waktu bisa meledak. Ia merasa ada yang aneh dengan pertemanan Ketiga orang itu, Bryan dan Yoona selalu terlihat sepaham dan sefrekuensi tapi tidak dengan Sony, dokter satu itu selalu kelihatan terpaksa. Terkadang Tania merasa tatapan Sony kepadanya seolah memberi peringatan untuk menjauhi kedua temannya itu.
Tidak terasa couple ini sudah mencapai 1 tahun hubungan mereka, sejujurnya Tania juga lupa jika tidak diingatkan reminder yang disetelnya setahun lalu supaya diingatkan 3 hari sebelumnya..
"Woahhh... Udah setahun aja." pekiknya.
Sekarang otaknya dipenuhi dengan kekesalan. Sementara sang pacar sedang sibuk menata bunga-bunga dan balon di bagian belakang mobilnya sambil cengengesan, tahap pertama misinya hari ini adalah seolah Ia lupa akan hari jadi mereka dan membuat Tania kesal, berhasil. Hari itu ia bertukar jadwal dengan rekannya yang lain, supaya ia bisa merayakan satu tahunnya mereka.
Selama enam bulan terakhir ini perlahan-lahan semuanya membaik, Tania yang sudah bisa berdamai dengan Bryan, Joon Young yang tidak terlalu terganggu lagi dengan kebisingan, bahkan sekarang ia sudah berani melakukan operasi, Meski Bukan jadi pemimpinnya, ia yakin menjadi asisten ketika operasi berlangsung, kemampuan berbahasanya juga meningkat dan aksennya juga sudah lebih natural.
Sementara di Holy Accessories, pajak dokter itu sudah ill feel Stadium Akhir, ia diam seharian di depan komputernya, tanpa bersuara, tanpa makan siang, hanya deretan gelas kertas bekas kopi yang berjejer di mejanya.
"Tega banget tuh cowok, udah gua sayang-sayangin sepenuh hati jiwa dan raga, hari ke 365 yang udah dilaluin bareng gua malah dilupain." marahnya dalam diam.
"Tan...", seru Khael dengan membawa berkas di tangannya. " Tania...", seru Khael lebih keras karena Tania melamun.
"Apaa??! Apaaa...??!." bentaknya sambil berdiri, dan Khael pun terkejut.
"Kenapa lu? Lagi dapet lu ya?."
"Aohhhh....", desah Tania yang tersadar tiba-tiba dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
skip
Tania keluar dari gedung dengan perlahan, ia merasa ada yang aneh dengan dirinya. Entah kenapa ia merasa sangat lelah lebih dari biasanya, badannya juga agak gemetar. Merasa tidak sanggup menyusul Joon Young rumah sakit, Ia pun menyerah dalam misi membunuh Joon Young malam ini.
📞 Halo kamu masih di Emery ya? Maaf ya Sayang aku nggak bisa datang, aku capek banget hari ini, aku tunggu kamu di apart aja. Iya Apart kamu."
"Aisshh.. Jinjja...", keluh Joon Young Harus buru-buru Pulang memindahkan seluruh hiasan di dalam mobilnya, ngebut, berlomba dengan Tania. Karena ia harus mendekor ulang kamarnya. Beruntunglah Jin yang lebih dulu sampai, dan segera melancarkan aksinya.
Sementara gadisnya sudah memasuki gedung, pandangannya mulai kabur dan dengan langkah gontai ia berusaha mencapai pintu lift. Tanpa ia sadari ia berjalan terhubung.
Happ
Tangan kokoh menahan bahunya karena ia hampir saja tumbang.
"Tania...", serunya.
"Bryan? Kamu ngapain Di Sini?", Kaget Tania dengan senyum tipis di wajah pucatnya.
"Aku tadi di toko kue seberang sana, nggak sengaja lihat kamu. Kamu kenapa?", sedikit panik.
"Nggak apa-apa kok." sambil melepas tangan Brian perlahan, tindakan kecil itu benar-benar mengiris sudut hati pria itu. " lalu kamu? Kamu ngapain Di Sini? Kamu pindah ke sini?".
"Joon Young tinggal di sini. Aku pergi dulu ya." baru saja tiga kali ia melangkah, ia sudah hendak tumbang lagi.
"Nggak bener nih. Dia tinggal di unit berapa? Biar aku anterin kamu sampai pintu. Kamu nggak baik-baik aja Tan." paksa Bryan.
"Ya udah sebentar bantu aku berdiri di sini, aku telepon dia aja biar dia jemput ke bawah, siapa tahu dia udah balik." dengan sisa tenaganya ia merogoh kantong samping belajarnya dan mencari kontak Joon Young di ponselnya.
📞"Joon Youngah, eodi?". Belum sempat Joon Young menjawab, ponsel itu ditarik Bryan.
📞 'Eh, lu bisa becus nggak sih jagain dia?!'
bentak Bryan, Joon Young mendengar suara berat Tania meminta ponselnya kembali.
📞 'Di mana Tania?'
📞 'Ada bareng gua, kita di parkiran.' seru Brian dengan nada kesal dan langsung menutup telepon.
Tania juga kesal saat itu hanya saja ia tidak punya tenaga lagi untuk bertengkar. Tidak butuh waktu lama terlihat Joon Young yang berlari terburu-buru ke area parkir dengan raut wajah paniknya. Hatinya mencelos melihat tubuh kecil pacarnya sedang dirangkul oleh pria lain.
Sakit.
"Taniaya... Taniaya... ada apa? Ohh?", paniknya sambil menarik Tania ke rangkulannya. Tania hanya membuka matanya sedikit dan melenguh, lalu Joon Young menggendongnya ala bridal style tanpa memperdulikan Brian dan melangkah.
"Lu bisa jaga dia nggak sih?", Brian kembali menantang.
Joon Young berbalik dan mendekat kepada Bryan. " I Really appreciate you take care of my girl. Tapi saya sudah di sini, Jadi urusan kamu selesai kamu boleh pergi."
"kalau lu nggak bisa jaga dia dengan baik, gua bisa, lu gua bisa lakuin lebih dari yang lu buat." bentak Bryan.
Tania bisa merasakan detak jantung pacarnya sudah tidak lagi normal, prianya ini seperti sudah terprovokasi oleh ucapan Bryan.
"Ayo pergi Sayang aku cape.", serutannya dengan lirihnya, dengan sisa tenaganya ia menekan lengan atas Joon Young sebagai isyarat untuk tidak menanggapi Bryan. Akhirnya Joon Young hanya menatapnya tajam, ingin sekali ia menendang wajah Bryan , tapi sepertinya kondisi Tania lebih penting dari amarahnya."
"Sayang, maaf."
.
.
.
Tbc ... 💜