Di poligami dan dikecewakan berulang kali. Hingga suatu hari, seorang pria tampan menyadarkannya arti sebuah KEBAHAGIAAN.
Akhirnya, dia memilih pergi. Di saat yang sama, suami yang sudah menyadari semua kesalahannya, bersimpuh di kakinya memohon maaf darinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fazlina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
Sore harinya, Amira sedang mematutkan dirinya di muka cermin.
Dia mencoba gaun yang baru di belinya. Dan tanpa di sadarinya, Erick sudah berada di sampingnya.
"Mas tidak mengira, kau bisa bersenang-senang setelah apa yang kau lakukan pada Sonya"
Amira kaget, dilihatnya Erick memandang dirinya dengan tatapan yang sangat tajam.
"Mas.....?!"
Erick mendekati Amira dan meraih tas yang berada di samping Amira.
Tangannya seperti mencari sesuatu di dalam sana. Kemudian Erick mengeluarkan sebuah kartu.
"Mulai sekarang bila ingin beli sesuatu, kau harus minta izin dulu pada Sonya"
Amira membelalakkan matanya "Apa maksud mu....?!!!"
"Karena kau telah menyebabkan Sonya sakit perut......sebagai hukumnya, kartu ini biar Sonya yang pegang. Dan bila kau ingin membeli sesuatu kau harus izin dulu pada Sonya" kata Erick tanpa perasaan.
"Mas..... jadi bila aku ingin berbelanja uang suamiku, aku harus minta izin dulu pada wanita itu?!!" teriak Amira tidak percaya yang di dengarnya.
"Sonya istri mas juga, Amira" sahut Erick tenang.
"Aku ini istri sah mu?!!! Sedangkan dia hanya wanita penggoda yang menganggu rumah tangga ku!!!"
"Mas hanya ingin bersikap adil disini. Karena kau sudah menyakiti Sonya, maka kau harus menerima konsekuensinya"
"O begitu?!.... karena aku menyakiti istri muda mu maka aku harus di hukum. Tetapi bila istri muda mu yang selalu menyakiti perasaan aku. Apa kau akan bertindak juga?!! bentak Amira.
"Amira..... Sonya selalu mengutamakan kebaikan keluarga kita, tetapi kau selalu mengedepankan emosi mu. Cobalah kau bersikap dewasa seperti Sonya" kata Erick menasehati istri pertamanya ini.
"Oo yaaa... sekarang mas baru menyadari bahwa jal*****ng mu lebih baik dari aku?!!! "
"Amira....?" suara Erick tertahan, dia tidak tahu lagi harus bagaimana menghadapi Amira yang sangat keras kepala.
"Baru kali ini, aku bertindak luar batas pada istri muda mu. Dan kau sudah memberiku hukuman...... Sedangkan selama ini jal*******ng mu selalu menyakiti aku, kau hanya diam saja?!.
"Amira...... itu tidak benar, mas selalu berusaha berbuat adil pada kalian berdua. Ini juga mas lakukan demi keutuhan keluarga kita. Kau dan Sonya, adalah istri yang sangat mas cintai. Keputusan ini mas ambil untuk menjaga perasaan Sonya yang sedang sakit gara-gara...... "
Amira mengepal geram mendengar perkataan suaminya, lalu menuding wajah Erick "Kalau kau tidak rela aku menggunakan uang mu, ambil saja. Aku juga tidak butuh apa pun lagi dari mu. Berikan semuanya untuk istri muda mu yang lebih membuat hati mu bahagia"
Erick menggelengkan kepalanya. Bukan seperti itu maksud ucapan nya, dia hanya ingin Amira bisa bersikap lebih baik pada Sonya.
Dia ingin kedua istrinya saling mendukung dan akur, seperti rumah tangga orang lain semestinya.
"Mira... bukan itu maksud mas"
"Cukup?!!! Aku sudah muak dengan mu!!! " tuding Amira penuh amarah.
Kemudian Amira pergi meninggalkan Erick. Dengan emosi yang sudah memuncak dia menaiki mobilnya dan melaju dengan pesat ke jalan raya.
Mobil itu berhenti, tepat di sebuah jembatan yang sepi, jauh dari keramaian kota.
Amira segera turun dari mobil dan melihat di sekelilingnya. Ia tidak tahu, di mana saat ini dia berada. Dari kiri dan kanannya yang ada hanya pepohonan yang besar.
Sepanjang jalan pun di lihatnya hanya pohon dan semak belukar.
Sesaat Amira termenung, dia berdiri di pinggir jembatan dan melihat air yang mengalir di bawah sana.
Suasana sangat hening, tidak ada orang lewat di sana. Angin pun bertiup dengan tenang, membuat hati Amira semakin hampa.
Terbayang wajah Erick..... pria yang sangat di cintainya dan justru sudah menghancurkan hatinya.
Amira menangis sedih, sendirian.
Amira menatap langit, terbayang wajah kedua orang tuanya, yang sudah di tinggalkannya demi seorang pria pengkhianat.
Amira memejamkan matanya, semua sudah berakhir.
"Ayah dan Ibu, aku sudah tidak kuat lagi menanggung semua ini. Maafkan atas kebodohanku selama ini" lirihnya putus asa.
Hembusan angin semakin keras menerpa wajahnya.
"Apakah menurutmu, kematian itu adalah jalan yang terbaik dalam permasalahan mu?," suara berat seseorang mengagetkan Amira.
Amira membuka matanya, seorang pria berusia sekitar 28 tahun, telah berdiri di sebelahnya.
"Si... siapa kamu," tanya Amira terkejut, dia melihat di sekelilingnya sangat sepi.
Ach..... bagaimana kalau orang ini berniat jahat pada dirinya. Amira bergidik ngeri. Dengan cepat dia mundur ke belakang.
Pria itu memakai kaos putih, berpostur tinggi tegap. Mempunyai wajah campuran, berkulit putih bersih, bola mata biru dan berambut hitam pekat.
"Mau apa kamu?!," Amira terlihat takut ketika pria itu mendekatinya.
"Kenapa?, apa kau takut melihatku?." kata pria tersebut sambil menatap lekat pada Amira. Membuat Amira semakin ketakutan.
Apalagi di sekelilingnya sangat sepi, hanya mereka berdua di tempat itu.
"Kau takut kalau aku berbuat jahat padamu?, tapi kau tidak takut mati di bawah sana, aneh sekali," kata pria tampan ini lagi, pandangan matanya tidak lepas dari wajah Amira.
Amira terdiam.
"Apakah kau tidak tahu, di luar sana ribuan bahkan ratusan orang menginginkan agar bisa hidup lebih lama?!." kata pria itu dengan suara agak kencang, membuat Amira kaget.
"A.. aku....aku?!". Amira terbata bingung.
"Kau tidak bersyukur, kau sudah di berikan kesehatan yang baik, malah ingin mengakhiri hidupmu."
Amira tersadar, Ya Allah, ternyata pria ini mengira dia hendak bunuh diri. Tetapi melihat keadaan dirinya saat ini, pasti semua orang mengira seperti itu.
Amira menghela napas. Pertengkarannya dengan Erick tadi, telah membawanya pergi jauh dari rumah.
"Seberapa berat beban hidupmu. Ku lihat kau sangat sehat dan kuat. Tetapi sayang mempunyai otak yang bodoh," cemooh pria itu lagi.
Amira mendelik, rasa tersinggung membuat rasa takutnya hilang.
"Kenapa?. apa kau tidak terima bila kukatakan kau wanita bodoh?!," seru pria itu lagi melihat perubahan wajah Amira.
Sial, siapa pria ini yang telah berani mengatai-ngatainya, rutuknya dalam hati.
"Apa urusanmu, bila aku mati!!." kata Amira dengan nada ketus.
"Tentu saja itu urusanku!," jawab pria itu dengan cepat. Kemudian dia melanjutkan lagi sambil menunjukkan ke bawah jembatan.
"Kau lihat dibawah sana? Ada sebuah sungai. Dan sungai itu adalah sumber penghasilanku. Jadi bila kau mati di bawah sana, aku yang repot mengurus mayat mu." kata Pria itu tidak berperasaan.
Bola mata Amira membesar, membuat pria tampan ini terpana sejenak. Hati pria ini berdesir melihat keindahan mata Amira.
Tetapi di detik berikutnya...
"Sebaiknya kau pilih tempat yang tidak merepotkan orang lain, misalnya di dalam hutan sana." pria itu menunjukkan arah hutan yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri.
Amira memilih diam saja, karena dia tidak mau persoalan hidupnya di publikasi ke orang lain, terlebih kepada orang yang tidak di kenalnya.
"Di hutan itu, ada banyak singa, harimau dan binatang buas lainnya. Kau tinggal datang saja. mereka akan dengan senang hati menerima kehadiranmu." pria itu berkata dengan santai, Amira tercenung sejenak.
"Apa kau mau aku antar kehutan itu?." tanya pria itu dengan mimik serius.
"Tidak perlu!!." ketus Amira
Pria tampan itu tersenyum dalam hati, Amira melongos dan pergi menjauh dari pria tersebut.
"Hei!!! tunggu?!!"
Langkah kaki Amira terhenti. Pria itu kini berdiri lagi di depannya.
"Mengapa kau mau bunuh diri?..... Apa kau patah hati karena kekasih mu telah menikah dengan wanita lain... atau karena kedua orang tua mu tidak merestui hubungan kalian? "
"Dengar baik-baik ya... Aku tidak pernah berniat bunuh diri. Hidup ku baik-baik saja. Dan kehidupan ku pun sangat menyenangkan.... Jadi jangan menilai dari apa yang kau lihat" seru Amira.
Mendengar perkataan Amira, pria itu seperti tercenung sejenak. Jelas-jelas tadi dia melihat Amira menangis di pinggir jembatan, seperti orang yang putus asa.
"Tapi tadi itu, kau..... "
"Tadi itu, aku hanya ingin menghirup udara segar, yang jauh dari polusi udara..... wajah ku memang seperti orang putus asa bila sedang bahagia" jawab Amira sambil menjulingkan mata dan menjulurkan lidahnya.
"Hah?!"
Dengan setengah berlari Amira segera naik ke mobilnya, meninggalkan pria tampan itu yang masih tampak terpaku.
"Hei!! Tunggu?!"
Pria itu berusaha memanggil Amira, namun mobil Amira telah melaju kembali ke jalan raya dengan kecepatan tinggi.
Sial?! gerutu pria ini dengan kesal.
Tetapi dia tidak dapat menahan tawa, mengingat wajah Amira saat menjulingkan mata dan menjulurkan lidahnya.
"Wanita menarik" bisiknya.
.
"KBS
Dukung Author dengan vote, like dan comment
.
lbih keren para TKW saat suami di rumah selingkuh lngsung surat cerai melayang tanpa drama. mending buang sampah drpd nyimpen sampah.
halo author nya mohon di koreksi pdhl aturan kan di pecat kl melanggar ini mlh di kasih jabatan apakah anda tipe orang yg suka melanggar aturan untuk kepentingan pribadi 😅😅😅😅😅😅