Novan dan Diana menjalin hubungan sekitar empat tahun lama nya sejak mereka sekolah SMA, sudah banyak yang Novan berikan pada gadis cantik berdarah minang itu.
namun suatu hari Novan melihat Diana malah bersama pria lain yang menggunakan mobil mewah, sejak saat itu juga hubungan mereka renggang, tak lama Diana sakit dan selalu menjerit jerit karena gigi yah semula bagus itu mengeluarkan banyak nanah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34. Penyesalan
Novan termenung dalam kamar karena hati nya sangat ragu sekarang, bila jujur dengan Purnama, apa mungkin sepupu nya itu memang bisa membantu. atau bisa jadi malah diri nya yang akan di hajar habis, sebab Arya saja sering kena hajar bila berbuat salah di depan Purnama yang tidak kenal dengan kata ampun.
Arya sering cerita bila habis kena banting atau kena libas oleh Kakak nya, bahkan pernah dia datang minta urut pada Bu Romlah karena sakit pinggang habis di hajar oleh Purnama. membayangkan nya saja Novan sudah ketakutan setengah mati, apa lagi bila sampai membuat pengakuan pada Purnama yang tinggal di desa sebelah.
Sudah pasti dia akan habis kena hajar, sifat Arya juga dia sudah paham. tak akan pernah dia mau membela walau Novan memohon pada nya, yang ada malah dia akan jadi kompor agar Purnama semakin bernafsu membantai Novan. merinding sekujur tubuh pria ini membayangkan nasib nya bila bertemu Purnama, itu yang membuat Novan ragu untuk mengaku.
Namun dia juga mulai kasihan pada Diana yang sangat menderita, seharus nya dari awal dia memang tidak menuruti bisikan setan untuk membuat Diana celaka. yang ada sekarang dia kelabakan sendiri, itu karena dia sudah mendekatkan diri pada Allah sehingga mata hati Novan pun terbuka sedikit demi sedikit.
"Aku harus bagai mana ini, Ya allah!" keluh Novan di dalam kamar.
"Apa aku bicara saja dulu sama Arya ya, kan aku sudah bicara soal ganguan setan. lalu sekarang aku bisa jujur bahwa sebenar nya setan itu karena aku yang mencari santet, kayak nya lebih bagus begitu." Novan bicara sendiri.
Sreeeek.
Duaaaak.
"Aaaagkk, Ya Allah!"
Novan sangat kaget karena kaki dia di tarik oleh sesuatu dari bawah ranjang hingga tubuh nya jatuh telungkup, kening Novan menghantam lantai cukup keras sehingga dia pun menggerang kesakitan. dia berbalik telentang untuk bangun, namun Novan langsung membeku di tempat tidak berani bergerak.
"Jangan kau berani berani membatal kan santet yang sudah kau kirim kan pada gadis ituuuuh."
Pocong dengan mulut tentakel berada di atas tubuh nya Novan, dia adalah pocong keramat yang ada di Teluk Seketi. pocong mengetahui niat nya Novan yang akan bicara dengan Arya, sungguh dia tak terima bila santet di tarik ulang.
"Dia harus menjadi teman kuuuhh, teman kuuuu." seringai pocong.
"Allahu akbar!"
Kembali Novan menjerit keras karena tubuh nya seakan tersedot oleh energi nya pocong yang sangat kuat, tiba tiba saja dia sudah ada di daerah yang sangat tidak ia kenal dan ini dari puluhan tahun yang lalu.
"Hah! gadis ini kesakitan seperti Diana." kaget Novan.
"Benaaaar, dia adalah aku yang sudah di santet oleh pria itu." pocong menunjuk pria yang ada di bawah pohon.
"Ka-kau...bukan nya dukun?!" Novan ketakutan dan juga gugup.
"Hohoooooo, selama ini banyak yang tertipu bahwa aku adalah dukun." pocong tertawa puas.
Gadis yang Novan lihat membenturkan kepala nya pada batu lancip hingga batu itu menusuk kepala dan dia mati seketika, lalu gadis itu lah yang sudah menjadi pocong makam keramat. namun banyak orang yang sudah tertipu karena makam itu bisa di gunakan menjadi saranan santet yang jahat, orang orang mengatakan bahwa itu makam dukun yang sangat sakti.
Nyata nya makam tersebut adalah makam dari seorang gadis yang mati akibat santet racun gigi yang sangat ganas, dia bisa meludah karena dendam yang sangat kuat, pocong tentakel ingin banyak gadis jalang yang mati seperti diri nya agar bisa menjadi temab di bawah pohon.
"Aku tidak sejalang dia, namun aku mati juga! gadis itu harus matiiii." geram pocong tentakel.
"Tidak! aku sudah menyesal karena membuat santet, aku akan menarik santet ini kembali." Novan sudah bertekad.
"Hohooooo....coba saja bila kau bisa, bahkan Ratu ular itu tidak akan mampu." pocong tentakel meremehkan Purnama.
"Allah akan membantu ku, aku tidak akan meneruskan santet ini lagi." tekad Novan dan seketika dia sudah kembali di kamar dengan tubuh tegang.
Dia segera kekuar dari bawah ranjang dan berlari untuk mengambil air wudhu, pokok nya dia sudah bertekad bahwa akan menarik santet yang dia buat saat pikiran sedang kacau.
"Maafkan aku, Ya allah! aku sudah berpaling dari mu, buka lah pintu maaf mu untuk ku." Novan berdoa setelah sholat.
Bahkan air mata nya juga berderai karena hati pria ini begitu tulus minta maaf pada allah, besok dia sudah bertekad akan mendatangi rumah Arya untuk membicarakan masalah ini dengan sepupu nya itu.
...****************...
Ustad Basri tidak menyerah begitu saja karena dia yakin allah akan membantu nya mengusir setan yang sedang menyakiti Diana, di luar angin kembali ribut menerbang kan apa saja yang ringan, Deni bertahan memegangi pintu karena kata Ustad pintu harus tetap di buka supaya setan bisa di buang.
"Grooookk!"
"Diana?!" Bu Hasnah memekik senang walau yang keluar dari mulut Diana hanya suara mengorok.
"Jauhi dia dulu, Bu!" Ria menarik Ibu nya.
"Biar kan Ustad Basri mengusir setan nya, kita menjauh sambil bantu berdoa." Pak Bujang memegangi tangan istri nya.
"Ya allah selamatkan lah anak ku." Bu Hasnah mengusap air mata nya.
Groookk, Grooook.
Diana masih terus mengeluarkan suara mengorok dari mulut nya, Ustad Basri menyabetkan sorban yang ada di pundak nya. seketika terdengar seperti suara melolong jauh, Joni yang ada di sana saja sampai mau lari terbirit birit karena sangking takut nya dengan keadaan sekarang ini.
"Tinggal kan tubuh ini, jangan menyakiti dia!" bentak Ustad Basri.
"Hohoooooo.....aku akan pergi sekarang, tapi aku pasti kembali lagi." pocong tentakel tertawa kencang, hanya Ustad Basri saja yang bisa dengar.
"Aku akan memotong kepala mu bila kau berani datang!" ancam Ustad Basri.
"Kau pikir aku takut padamu?! anak ini pasti akan mati walau kau berusaha untuk menolong dia!" geram pocong tentakel segera pergi.
Diana yang sudah di lepaskan oleh pocong itu dia bisa bergerak dan mengambil nafas panjang, mata nya juga kembali normal walau masih belum seberapa mengerti dengan keadaan sekitar, lebih tepat nya Diana tidak bisa mengerti karena seluruh tubuh terasa sakit.
"Diana! kamu sudah sadar, Nak?" Bu Hasnah senang sekali.
"Bunuh saja akuuuu! aku tidak mau hidup menderita, ini gara gara kalian." teriak Diana mendorong Ibu nya.
"Astagfirullah, Diana! tidak baik bicara begitu." nasihat Ustad Basri.
Namun Diana bukan lah orang yang akan menerima saran dari orang lain, dia tetap saja tidak terima dengan nasib nya yang sangat buruk begini, malah dia berlari keluar rumah dan segera di kejar oleh Deni karena Deni lah yang dekat dengan pintu rumah.