Erika gadis biasa yang harus bekerja keras untuk menyambung hidup karena dia menjadi tulang punggung keluarga.
Namun karena parasnya yang cantik membuat gadis seumurannya iri terhadapnya karena banyak pemuda desa yang ingin mendekatinya.
Hingga suatu hari Erika harus terjebak dalam situasi yang membuat dirinya harus terpaksa menikahi seorang pria asing yang tidak di kenalnya karena kecerobohannya sendiri dan di manfaatkan oleh orang yang tidak menyukainya.
Tara, nama pria itu yang bekerja di salah satu proyek perumahan di desa Erika.
Bagaimanakah kisah Erika dan Tata menjalani kehidupannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astri Reisya Utami, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 24
Acara empat bulanan ku pun tiba dan aku kaget saat tau bunda mengundang anak yatim. Aku pikir bakal seperti acara empat bulanan di kampung namun ternyata aku salah. Semua keluarga pun hadir bahkan kelurga besar dari papa ada. Namun aku merasa keluarga dari papa banyak yang tidak terlalu suka padaku. Aku bisa melihat dari tatapan mereka padaku bahkan mereka bertanya padaku pun itu hanya formalitas saja.
"Yang sabar" mbak Elisa mengusap tangan ku. Aku pun melirik ke mbak Elisa.
"Mbak juga dulu ngalamin apa yang kamu alami sekarang" ucapnya sambil memotong kue.
"Tapi aku gak enak sama orang tua ku mbak" ujar ku.
"Ya dulu mbak cuman mikirin perasaan mbak, karena mbak gak ada orang tua" balasnya.
"Aku takut orang tua ku jadi minder mbak" ucap ku.
"Ya sudah kamu temani mereka. " titahnya aku pun mengangguk dan langsung menghampiri orang tua ku. Namun saat di ruang tamu aku bertemu tantenya bang Tara yang menghentikan langkah ku.
"Kamu gak malu jadi istrinya Kian? " tanya nya.
"Kenapa malu tante? " tanya ku balik.
"Ya kamu ngaca dong!, kamu sama Kian itu jauh, Kian anak orang kaya sedang kan kamu cuman orang kampung yang bernasib baik" penjelasannya.
"Aku tau tante, aku orang kampung tapi aku tau cara menghargai orang" ujar ku.
"Kamu" kesalnya.
"Asal tante tau, dulu aku sempat sadar diri tapi melihat bang Kian yang memohon pada orang tua ku untuk membujuk ku agar mau balik sama dia hingga akhirnya aku Terima lagi" ucap ku.
"Ya mungkin memang Kian yang buta jadi dia mau saja sama cewek kampung kaya kamu di banding kan Intan mantannya yang sekarang sudah jadi artis" ucapnya lalu pergi dengan menyenggol pundak ku.
Aku membuang nafas kasar karena sekarang aku tau jika tante hanya memandang harta. Aku pun melanjutkan langkah ku dan langsung duduk bersama orang tua ku.
Acara pun di mulai dan bang Tara ikut duduk dekat mama dan ayah. Acara pun berjalan lancar dan setelah selesai semua tamu di persilahkan untuk makan. Setelah semua orang makan tak lupa kami menyerahkan bingkisan untuk para tamu. Aku berpikir berapa banyak uang yang di habiskan bang Tara untuk acara ini.
"Sayang" panggil bang Tara pada ku yang sedang bicara dengan mama.
"Apa bang? " jawabku setelah meliriknya.
"Kamu istirahat sekarang udah malam" titahnya sambil mengusap kepalaku.
Aku pun melirik kedua orang tua ku lalu berkata "kalian juga istirahat".
" Iya sayang"jawab mama dan aku pun beranjak lalu masuk kamar.
Aku langsung naik ke tempat tidur dan bang Tara kembali ke luar.
Paginya kedua orang tuaku sudah bersiap untuk pulang dan entah kenapa ada rasa tak ikhlas mereka pulang.
"Erika, mama pesan sama kamu, kamu nurut sama bunda dan jangan bikin abang kesal" pesan nya.
"Iya ma" jawab ku dan air mata keluar begitu saja.
"Kamu jangan nangis, nanti kita ketemu lagi"ucap mama sambil mengusap pipi. Aku pun langsung memeluk mama sebelum pergi.
Bang Tara langsung menarik ku dan mama langsung naik mobil dimana Ayah sudah naik. Mama melambaikan tangannya saat mobil mulai jalan.
"Sudah kamu jangan nangis, nanti kita bisa ketemu lagi" ucap bang Tara sambil merangkul ku.
Aku pun langsung menangis di pelukan nya dan bang Tara diam Saja menerima pelukanku.
Namun tiba-tiba bang Tara menerima panggilan di ponselnya dan langsung mengangkatnya, tapi dari raut wajahnya seperti ada masalah.
"Ada apa bang? " tanya ku setelah teleponnya mati.
"Abang harus ke kantor karena ada masalah yang harus abang selesaikan" jawab nya dan aku pun langsung mengangguk.
Bang Tara pun langsung pergi dan aku hendak kembali ke kamar namun saat melewati tangga aku berpapasan dengan Davin. Davin dia hanya melewati begitu saja tanpa senyum atau apa. Aku pun tak menghiraukannya dan langsung masuk kamar.
Setelah acara empat bulanan itu bang Tara benar-benar sibuk dia bahkan selalu pulang malam dan itu membuat aku sedih karena jarang bicara dengannya. Bahkan terkadang dia keluar kota untuk berapa hari. Seperti minggu ini saat jadwal kontrol aku hanya di temani bunda karena bang Tara pergi ke luar kota. Sudah satu bulan sejak acara itu dan bang Tara benar-benar sibuk.
Namun entah kenapa tiba-tiba di rumah sakit aku bertemu dengan Intan mantan pacarnya bang tara. Dia langsung bersikap baik di hadapan bunda padahal bunda sudah menunjukan wajah tak suka.
"Aku heran deh sama mbak" ucapku menyindir.
"Maksud kamu? " tanya nya dengan sinis.
"Mbak gak sadar kalau mbak gak di Terima disini" jawab ku.
"Eh, kalau ngomong jangan sembarangan ya" dengan nada kesal.
Namun saat aku hendak membalas bunda langsung menyelamatkan ku duluan.
"Saya senang karena menantu saya bukan kamu, jadi mulai sekarang kamu jangan sok cari perhatian di keluarga kami" ucap bunda tegas dan langsung membuat Intan nunduk dan malu.
Intan pun pergi dan bunda langsung mengajak ku masuk menuju dokter kandungan. Aku pun di periksa dan alhamdulillah janinnya baik-baik saja dan sehat. Sepulang dari rumah sakit bunda mampir ke toko baju dan dia membeli beberapa baju.
"Kamu gak beli sayang? " tanya nya pada ku.
"Engga deh bun, lagian sebentar lagi perutku tambah gede jadi gak akan ke pakai juga" tolak ku.
Bunda pun hanya mengangguk lalu mengajak ku membayar baju tersebut. Namun saat hendak keluar bunda bertemu seorang pemuda yang menurutku ganteng. Si pemuda pun melirik ku dan bunda langsung merangkul ku dan memperkenalkan ku.
"Ini Erika istrinya Kian" ucap bunda mengenalkan ku.
"Istrinya Kian? " kaget. "Kapan dia nikah bun? " tanya nya.
"Ceritanya panjang, nanti kamu tanya langsung saja sama dia" jawab bunda.
"Baik deh bun" balas nya.
"Kami duluan sudah siang" pamit bunda dan langsung di anggukan pemuda itu. Kami pun masuk mobil dan mang Dudung langsung menjalankannya.
Bunda pun menceritakan pemuda itu sahabatnya bang Tara ia bernama Rian dan baru pulang dari luar negeri.
Ya pemuda itu bernama Rian Indra Wijaya. Anak dari pengusaha Wijaya teman kuliah bang Tara.
Sesampainya di rumah kami langsung masuk dan aku kaget saat bang Tara sudah pulang.
"Abang" panggil ku.
Abang Tara pun berbalik dan tersenyum lalu mendekati ku.
"Ki, kapan pulang kamu? " tanya bunda.
"Satu jam yang lalu bun" jawab nya setelah mencium tangan sang bunda.
"Ya sudah istirahat sana! " titah sang bunda sambil menepuk pundaknya.
Bang Tara pun menarik tangan ku dan mengajak masuk kamar.