Viona gadis cantik yang sempurna dia memiliki sejuta kelebihan. Mempunyai IQ di atas rata-rata, pintar beladiri, dan karir yang memumpuni. Tapi siapa sangka dibalik itu semua viona mempunyai trauma masa lalu yang mengharuskan nya kehilangan separuh ingatan dan melupakan kekasih lamanya.
"siapa kamu?".
"Aku Lucius.. Apa kamu sungguh melupakanku Vi?".
Laki-laki itu berbicara dengan mata yang berkaca-kaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nurmala sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemukan Viona
“Halo martin ada apa kau menghubungi ku".
"Dixon putrimu ada di rumah sakit Arya Medika datanglah secepatnya kemari".
"Apa kau bilang, apa kau serius".
"Aku sangat serius tapi aku harap persiapkanlah mentalmu".
"Apa maksudmu?" hatinya berdegup kencang seakan akan hal buruk telah terjadi pada putrinya.
"Kau akan tahu nanti aku menunggumu di sini".
"Aku segera ke rumah sakit" Dixon langsung mematikan ponselnya dan berlari mencari Alice dan Gean.
"Sayang" teriak Dixon.
"Gean" teriaknya lagi.
Alice dan Gean yang berada di taman belakang pun langsung menghampiri.
"Sayang anak kita telah ditemukan sekarang berada di rumah sakit Arya Medika".
"Apa papa serius pah" seru Gean.
"Ia papa serius tadi teman papa yang bertugas di rumah sakit menghubungi papa kalau Vivi di sana".
Alice langsung angkat bicara
"Ayo segera ke rumah sakit pah"
Mereka bersiap dengan tergesa-gesa dan langsung berangkat ke rumah sakit Arya Medika.
Setelah melajukan kendaraannya dengan kecepatan di atas rata-rata Garvin dan keluarga pun sampai di rumah sakit dan langsung menghubungi Martin menanyakan ruangan anaknya.
“Halo Martin dimana ruangan anakku?".
"Di ruangan melati No 356".
Garvin langsung mematikan ponselnya tanpa persetujuan Martin.
Garvin langsung berseru kepada istri dan anaknya
"Vivi ada di ruangan melati No 356".
Mereka bertiga langsung berjalan cepat tanpa perduli banyak orang yang berlalu lalang di rumah sakit.
Setelah sampai di depan ruangan sang anak ternyata ada Martin disana.
"Garvin kau sudah sampai".
"Iya, aku langsung kesini setelah kau menghubungiku".
"Ayo mah kita masuk" ucap Garvin
"Tunggu" teriak Martin.
"Ada apa lagi aku ingin segera melihat keadaan putriku" kesal garvin.
"Kau harus persiapkan mentalmu".
Garvin lngsung masuk bersama istri dan anaknya kedalam ruangan rawat Viona tanpa menghiraukan perkataan Martin.
Setelah dia masuk Garvin dan Gean langsung memeluk Viona bersamaan yang sedang terjaga, sedangkan Alice langsung menitikkan air mata melihat anaknya dalam keadaan banyak memar diwajahnya namun terlihat tatapan kosong disana, tidak ada jejak kehidupan yang terlihat di wajahnya.
"Sayang akhirnya kami menemukanmu" gumam Garvin meneteskan air mata.
Gean pun tak kalah memeluk erat Viona
"Dek akhirnya kita bertemu lagi kami sudah mencari mu ke mana-mana, dan kami juga mengerahkan banyak aparat kepolisian tapi belum bisa menemukanmu".
Viona yang langsung sadar dalam lamunannya langsung histeris berteriak meminta dilepaskan.
“Lepaskan aku.. kumohon jangan sentuh aku.. pergi aku mohon pergi..".
Kata-kata itu selalu dia ucapkan disaat seorang pria menyentuhnya.
"Sayang kamu kenapa?".
" Ada apa denganmu?" tanya garvin tanpa melepaskan sentuhannya.
“Aku mohon lepaskan aku" dan akhirnya Viona jatuh pingsan.
"Pah kenapa adikku jadi seperti ini pah?".
"Kenapa Vivi bisa seperti ini, Vivi bangun dek ini abang, abang di sini dek".
"Pah cepat panggil dokter" seru Alice.
Garvin langsung keluar ruangan memanggil dokter.
Martin yang berada didepan ruangan telah mengira ini akan terjadi, jadi dia sudah memanggilkan dokter perempuan untuk memeriksa Viona.
"Aku sudah memanggilkan dokter Eva kau tenang saja".
Tak lama dokter pun datang dan memeriksa Viona.
"Martin sebenarnya apa yang terjadi dengan putriku?" Garvin memperlihat kan wajah yang putus asa melihat ke arah martin.
"Mari bicara di ruanganku dan bawalah Gean bersamamu, biarkan istrimu yang menemani Viona".
"Baiklah aku akan memanggil Gean dahulu".
Garvin masuk kembali kedalam ruangan Viona, dia menatap prihatin kepada anaknya yang sedang diperiksa oleh dokter.
“Mi aku ke ruangan Martin dulu, ada yang harus kami bicarakan tentang Vivi".
"Gean kamu juga ikut papi keruangan dokter Martin".
"Baik pi".
"Aku di sini menjaga putri kita" jawab Alice.
"Ayo" ajak Garvin pada Gean.
"Iya Pi" jawab Gean.
Setelah mereka keluar dari ruangan, Alice hanya bisa menangisi anak nya karena keadaan anak nya yang tidak baik-baik saja, apa lagi selama Viona diculik dia tidak tau apa yang telah penculik itu lakukan pada anaknya, tangisan seorang ibu yang merasa gagal menjaga anak nya, dia merasa ini adalah salahnya andaikan dia tidak membawa Viona keluar rumah dan meminta tidak membawa pengawal pada suaminya mungkin kejadian ini tidak akan terjadi.
“Bagaimana keadaan anak saya dok?" tanya Alice.
"Anak ibu harus banyak istirahat dan kalau bisa jangan sampai ditinggalkan dulu y Bu, karena takut terjadi hal yang tidak diinginkan".
"Baik dokter"
Setelah dokter keluar dari ruangan Viona Alice mendekat.
"Ini semua salah mami sayang" ucapnya sambil memegang tangan sang anak dan menangis tersedu-sedu.