kisah cinta dalam perjodohan, penuh luka dan air mata, hanya Demi mewujudkan wasian terahir dari kedua orang tuanya ia rela menikah tanpa cinta...
bagaimana. selajutnya apakah pernikahan dan juga cintanya bersambut atau hanya menambah luka di hatinya...
ikuti terus sahabat Nana imuet.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon salsabilaimuet, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
usaha brian
Setelah mendapat panggilan telfon Tama langsung pamit tampa berpamitan dengan falinda, dan falinda sadar siapa dirinya sehingga Tidak begitu penting bagi Tama..
"Todak bisakah kakak pamit kepadaku, tolong kak anggap aku ada, jangan hanya dk depan kedua orang tua Kakak saja kakak baik, dan sampai kapan pernikahan ini seperti ini.." guman falinda yang melihat suaminya sudah pergi jauh..
falinda juga ingin pernikahan dirinya seperti pernikahan pada umumnya, di cintai di hargai walaupun mereka menikah karena perjodohan apakah Tidak ada sedikit saja cinta di hati suaminya itu tumbuh.
falinda pun masuk ia mengambil buku dan juga tas yang akan ia bawa ke kampus lagi ini, ia akan bersemangat untuk semester terakhir ini agar suatu saat ia bisa mencari pekerjaan dan hidup mandiri, kedepannya ia tak tahu jalan pernikahannya apa berlangsung langgeng atau berpisah ia masih belum tahu..
Tama sudah sampai di dalam mobil melihat muka papanya yang tidak bersahabat membuat Tama urung untuk bertanya..
"Lama amat masih ngadon kamu.." ketus papa Abraham.
"Apasih pa, besok-besok jangan ikut malas tahu sama papa.." ucapnya dengan nada bersungut-sungut.
"Gitu aja udah sensi bagaimana nanti ngadepin istri yang sensitif saat hamil akan lebih riweh, ngadepin papa saja kamu seperti itu." cibirnya..
"Huh..." hanya helaan nafas yang Tama hembuskan Tampa mau menanggapi ucapan papa nya..
Tama melanjutkan mobilnya ke kantor, memang papanya jarang ke kantor karena semua sudah di berikan. Kepasa Tama tapi saat-saat tertentu papa Tama ke kantor hanya untuk memantau..
Setelah menurunkan papanya ia langsung tancap gas bertemu dengan Miska yang ingin berbicara dengannya.. Entahlah Tama Tidak bisa menolak jika menyangkut Miska. mungkin hanya karena kasian atau sebagainya saudara yang sama-sama membutuhkan..
"Ada apa Miska.." ucap Tama yang duduk di hadapan Miska setelah sampai ia langsung ke tempat yang Miska ucapan tadi di telefon..
"Mas tolongin aku dong, papa marah mas," dengan nada manjanya..
"Marah kenapa..." Tama yang masih bingung..
"Papa mau jodohin aku jika aku Tidak dapat pekerjaan.."
"....."
"Ayo lah mas tolong kasih aku pekerja di kantor kamu jadi sekertaris kamu juga akan mau.." dengan memohon dan juga merengek ahirnya Tama mengiyakan saja.
"Tapi jika kamu sudah bekerja jangan bikin ulah, dan kamu harus mematuhi aturan kantor.."
"Baik makasih mas kamu yang terbaik.." dengan senyum yang tak pernah luntur.
Dengan sifat manja dan juga melemas membuat Tama luluh juga, ia hanya bersandiwara tentang perjodohan itu agar ia bisa dekat dengan Tama.
"Gimana. Papa kamu mau menjodohkan kamu jika Tidak bekerja, apa Tidak sayang dengan. kuliah jauh-jauh tapi tak di salurkan.." Tama yang heran dengan sikap omnya itu..
"Makanya mas aku ingin. Bekerja disana agar papaku gam meneror lagi.. Aku juga tak tahu gimana papa ingin aku segera menikah padahal papa sendiri yang ingin aku kuliah setelah kuliah meneruskan bisnis keluarga.."
"Kenapa kamu tidak bekerja di kantor papamu saja.." tanya Tama..
"Aku gak mau mas.. Karena aku gak ingin dekat dengan papa, mas kan tahu papa itu orangnya seperti apa.." jawab Miska
"Baiklah mulai besok kami bisa bekerja di kantor mas, tapi jangan bikin ulah belajar yang bener agar nanti bisa meneruskan perusahaan papamu, kalo gitu mas kembali ke kantor."
"Makasih mas..."
Tama pun beranjak pergi ia juga banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan, ia juga tidak tega dengan sepupunya itu, Tampa ia tahu Miska mempunyai rencana yang bisa membuat Tama nantinya menjadi miliknya...
Di kampus falinda begitu fokus dengan materi yang ia dengarkan dari dosen pembimbing, hingga gak terasa waktu sudah menunjukkan siang, waktu istirahat dan langsung nanti ganti jam pelajaran baru..
"Ngantin yuk..." aca yang menutup buku dan juga memasukan kedalam tas..
"Harus banget ya..." falinda.
"Emang Lo gak laper..." aca yang heran di tanya seperti itu.
"Ya laper dong masak gak.."
"Gitu nanya tadi..".
Mereka berjalan keluar kelas menuju kantin, di perjalanan ia bertemu dengan Brian dan juga gengnya..
"Mau makan falinda.." tanha Brian yang menghadang.
"Udah tahu nanya lagi..." entah kenapa saat ketemu dengan Brian aca selalu sewot..
"Aku nanya falin bukan kamu." Brian yang bed mood.
"Dih.."
"Kenapa kalian jika bertemu selalu bertengkar, sekali saja akur gitu.." falinda yang muak dengan tingkah mereka.
"Maaf..." dengan wajah lemahnya aca meminta maaf,
Falin pun meninggal kan mereka pergi ke kantin duluan.. Ia tak menghiraukan seruan aca..
"Falin tunggu..." aca yang berteriak memanggil namanya..
Dengan langkah lebarnya aca sudah sampai di depan falinda. Dna menggerutu
"Kenapa di tinggal sih, padahal aku belain kamu agar tak di ganggu sama Brian.." aca mengoceh hingga mereka duduk di tempat biasanya.
"Kenapa sih jika ketemu selalu berantem, Brian juga gak ngapa-ngapain kan, terus kenapa kamu seakan sewot.." falinda yang tak habis pikir dengan aca..
"Aku hanya melindungi kamu dari buaya darat falin dan aku gak mau kamu sampai kena masalah dengan suami kamu.." belanya..
"Makasih besty tapi lain kali jangan ya, lagian apa mau kamu sama brian terusan berantem gitu."
"Ya gak juga sih, makan yuk laper.." aca pun mengalihkan pembahasan itu dan tak ingin falinda ceramah panjang lebar..
Mereka makan dengan santai karena Brian juga duduk Tidak jauh denganya hanya saja Brian malas jika berargumen dengan sahabat falin itu, yang super cerewet. Ia akan mendekati falin jika sendiri saja.
Brian juga mengangumi falinda dari jaman SMA hingga sekarang, sampai jurusan ia mengambil yang sama, hukum, Brian belum tahu saja jika falinda mempunyai seorang suami.
Dengan terus-menerus curi pandang ia memandang wajah ayu falin..
"Kapan aku bisa dekat dengan kamu falin, makin lama, jantung ini berdetak untuk kamu,," batin Brian yang matanya tak lepas dari falinda sang pujaan hati.
Setelah makan di kantin falinda dan aca kembali ke kelas dan mengikuti pelajaran yang ke dua, ia juga akan pulang tepat waktu sebelum suaminya pulang dan akan berbelanja bulanan, karena suaminya sudah memberikan nafkah lahir.
"Lo langsung mau pulang falin.." hanya aca yang sudah ingin keluar.."
"Gak gue masih mau ke supermarket beli kebutuhan dapur."
"Oh..."
"Kalo gitu gue duluan ya.." aca yang pamit duluan.
"Baiklah hati-hati.."
Setelah sampai di parkiran falinda bertemu dengan Brian, Brian sengaja menunggu falinda agar ia bisa mengantar pulang pujaan hatinya...
"Falin, tunggu aku anterin ya pulang..." Brian yang menghentikan langkah falinda.
"Makasih Brian tapi aku naik taksi saja." tolaknya..
"Sekali ini saja, sekarang kamu menjauhiku falin, ada apa denganmu..."
"Gak da apa-apa brian, aku duluan ya.."
Grep
kl falinda ttp bertahan ya perempuan pling bodoh, bertahan krn cinta pa krn harta, secara kn suaminya kaya.
dinikahi lelaki kaya kl mkn hati tiap hari ya ogah lah, mnding cpt cerai upgrade diri jd wanita sukses, jd nnti bisa dpt jodoh yg lbih keren.
hidup cm sekali dah penyakitan mnding cerai sembuhin diri hidup bhgia paling tidak seandainya gk sembuh bisa menikmati hidup dng bhgia.