NovelToon NovelToon
Pelakor Angkuh

Pelakor Angkuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Penyesalan Suami
Popularitas:1.8k
Nilai: 5
Nama Author: Aamndaa

Aku adalah seorang pacar dari pengusaha kaya dan terkenal di kota ku. Bahkan aku mampu mengalahkan cinta suami orang kepada ku daripada ke istri sah nya. Dendam memang lah sudah terpendam di dalam hati kecil ku yang paling dalam

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aamndaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

meet

Begitulah kiranya ketika Ersya menjumpai Rega. Campur aduk rasanya. Sangat bingung sendiri dengan dirinya, itulah yang dirasakan oleh Ersya.

Setelah itu, Ersya langsung pergi beranjak pulang. Ia tak ingin berlama-lama di situ. Muak sudah melihat Rega yang seolah hanya mempermainkan hati Ersya. Dirinya merasa sudah cukup lelah dengan semua ini, namun rasa sayangnya justru malah lebih besar daripada rasa sakitnya.

Ersya bertanya-tanya kepada dirinya sendiri. Haruskah ia mengakhiri hubungannya yang tak pasti? Namun ia takut jika dirinya akan gila karena putus cinta dengan orang yang paling ia cintai.

Rega adalah cinta pertama bagi Ersya. Apapun yang ia rasakan tentang cinta, hanya dengan Rega. Rega lah yang awalnya memberi kehidupan bagi Ersya.

Ersya: "Gue harus cerita nih sama Renata."

Ersya: "Re."

Renata: "Uy."

Ersya: "Lu tahu nggak sih?"

Renata: "Ya nggak lah, lu aja belum kasih tahu gue."

Ersya: "Jadi gini ceritanya."

Renata: "Gimana, Er?"

Ersya: "Jadi tadi kan gue nemuin Rega tuh di tempat biasa dia nongkrong."

Renata: "Iya, terus gimana?"

Ersya: "Dia tuh kenapa ya, kalau di WA pasti kayak orang nggak sayang, tapi kalau ketemu langsung kayak orang yang sangat sayang sama gue."

Renata: "Perasaan lo aja kali."

Ersya: "Enggak, Re. Lu tahu dia di WA secuek itu, tapi pas ketemu langsung kayak romantis gitu sama gue."

Renata: "Lo aja kali yang kegeeran kalau Rega tuh romantis sama lo."

Ersya: "Ihh, enggak, Re. Gue serius, beneran, nggak bohong."

Renata: "Orang lo aja nggak bisa bedain serius sama main-main, mana bisa lo rasain dengan benar."

Ersya: "Kali ini lo harus percaya sama gue, Re."

Renata: "Yaudah deh, coba aja lo cari bukti dulu kalau emang iya benar seperti itu."

Ersya: "Oke, siapa takut."

Renata: "Oke, gue pegang omongan lo ya. Awas aja sampai omong kosong."

Ersya: "Mana pernah sih kalau gue udah bertekad terus hanya omong doang."

Renata: "Iya-iya, nggak pernah, gue percaya deh sama lo."

Ersya: "Nah, gitu dong."

Renata: "Iya, biar nyenengin lo aja sih sebenarnya."

Ersya: "Ihh, kok lo gitu sih?"

Renata: "Ya mau gimana lagi?"

Ersya: "Yaudah deh, serah lo aja."

Renata: "Hihi, ngambek. Enggak-enggak, gue bercanda aja kok."

Ersya: "Hihi, lo kan sahabat terbaik gue, Re. Thanks ya!"

Renata: "Iya, sama-sama. Btw, lo butuh bantuan nggak buat cari buktinya tuh? Haha."

Ersya: "Enggak kok, gue bisa sendiri, tapi kalau lo nawarin, nggak apa-apa sih. Hehe."

Renata: "Ihh, dasar. Yaudah, boleh, pasti gue bantuin kok."

Ersya: "Thank you, I love you, my bestie forever."

Renata: "Ihh, apaan sih lo, alay banget."

Ersya: "Ihh, kok lo ngatain gue alay sih?"

Renata: "Ya makanya, jangan kaya gitu."

Ersya: "Iya-iya, sorry deh, maaf aja kalau gitu."

Setelah percakapan yang panjang antara Renata dan Ersya, mereka berdua mengakhiri percakapan. Ersya yang sibuk dengan scroll media sosial untuk mencari hiburan dan Renata yang sibuk scroll TikTok. Itulah hari-hari mereka, hanyalah sibuk dengan ponsel masing-masing. Namun, walaupun begitu, jika mereka sudah sepakat untuk fokus berbincang dan tidak sibuk dengan ponsel ketika bertemu, maka di pertemuan mereka tidak akan sibuk sendiri dengan ponsel masing-masing.

Renata: "Eh, Er, lu besok bisa ketemu nggak?"

Ersya: "Hah, mau ngapain?"

Renata: "Ya, intinya lo sibuk nggak?"

Ersya: "Ya, lo aja jawabnya kagak jelas."

Renata: "Iya-iya, gue lagi stres nih, temenin gue ngopi yuk besok malam."

Ersya: "Lo yang traktir ya, hehe."

Renata: "Arghhh, gampang kalau cuma itu mah."

Ersya: "Gampang-gampang, gw lagi kosong nih, banyak pengeluaran."

Renata: "Yaudah sih, gantian gw yang bayarin. Biasanya juga lo mulu kan yang bayarin gw."

Ersya: "Yaudah, kapan-kapan gw ganti ya."

Renata: "Astaga, Er. Lo aja kalau bayarin gw kagak pernah minta ganti, gw nggak bakal ghibahin lo juga kali."

Ersya: "Ya nggak gitu, Re. Gw aja yang nggak enak."

Renata: "Er, dengerin gw ya. Gw aja enak-enak aja lo bayarin terus. Kita itu bestie, jadi harus saling gantian."

Ersya: "Yaudah, beneran ya. Thank you so much, Re. Semoga dirimu diberkahi."

Renata: "Iya, amin."

Entah kenapa, tiba-tiba Renata mengajak bertemu esok malam. Ini hal yang tak biasa ia lakukan. Padahal, biasanya jika bukan Ersya yang mengajak keluar, maka Renata tak akan keluar. Mengingat Renata adalah sahabat baiknya. Apa pun yang ia lakukan demi sahabatnya.

Entah stres karena memikirkan apa nantinya Ersya hanya akan menjadi pendengar bagi Renata. Dan juga itulah yang dibutuhkan oleh Renata saat ini. Memang begitu, sebagai sahabat harus saling bergantian menjadi pendengar; jangan hanya mau didengarkan saja, tetapi tak mau mendengarkan. Itu sangatlah egois.

Walaupun Ersya sendiri sedang stres memikirkan pacarnya yang begitu berubah sangat drastis, ia harus tetap menemani bestie-nya untuk meredakan stres. Mungkin Ersya akan memendam sejenak masalahnya dari Renata dan entah akan mengungkapkan pikirannya kepada siapa.

Sebenarnya, banyak sekali teman-teman Ersya. Teman memanglah banyak, namun tak banyak yang bisa disebut sahabat, itulah yang ada di benak Ersya. Semua bisa menjadi teman, namun tak semua bisa menjadi sahabat. Mungkin Ersya nanti akan menghubungi temannya yang satu desa dengan Rega. Walaupun temannya yang ini sedang merantau ke luar kota, harapannya bisa sedikit membantu. Akan beruntung jika Ersya menemukan jawaban dari temannya yang sedang di luar kota itu. Walaupun tak bisa dijangkau, ia masih sering chatting di sela-sela waktu mereka. Namun baru kali ini Ersya menyadari bahwa ia harus bertanya kepada Lisa. Lisa merupakan teman Ersya yang sedang bekerja di luar kota.

Sekarang jarak bukan lagi alasan. Karena sekarang dunia semakin sempit. Ke mana saja dan di mana saja kita bisa bertemu. Namun entah kenapa Rega, jika diajak bertemu, terkadang ada-ada saja alasannya. Bukan hanya bertemu, bahkan hanya sekadar video call saja terkadang tak pernah diangkat, padahal handphone-nya berdering. Tak mungkin dirinya tidak pernah memegang ponsel karena Akbar, sepupunya, pernah bilang bahwa Rega adalah orang yang aktif dengan ponselnya. Bahkan jarang sekali Rega menganggurkan handphone mungilnya itu.

1
mnda
!
Amelia
semangat...👍👍👍❤️❤️❤️
mnda: siap kak❤️❤️❤️❤️
total 1 replies
Luchaa Erzaa
🔥
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!