Di balik kehidupan mereka yang penuh bahaya dan ketegangan sebagai anggota organisasi rahasia, Alya, Alyss, Akira, dan Asahi terjebak dalam hubungan rumit yang dibalut dengan rahasia masa lalu. Alya, si kembar yang pendiam namun tajam, dan Alyss, yang ceria serta spontan, tak pernah menyangka bahwa kehidupan mereka akan berubah drastis setelah bertemu Akira dan Asahi, sepupu yang memimpin di tengah kekacauan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Azky Lyss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31: Ketegangan yang Memuncak
Dengan posisi yang telah ditukar, Asahi berusaha menjaga tekanan pada Lily, sedangkan Akira menghadapi Marshall yang semakin marah. Keduanya mengerti bahwa pertarungan ini bukan hanya tentang fisik, tetapi juga tentang strategi dan kecerdikan.
Asahi melancarkan serangan bertubi-tubi, memanfaatkan setiap celah yang ia temukan. “Kau harus tahu, aku tidak akan menyerah secepat itu!” katanya dengan semangat, mencoba membangkitkan kepercayaan diri di tengah tekanan.
Lily, meskipun terdesak, tetap tenang. Dia menghindari beberapa serangan Asahi dengan gerakan gesit, bahkan berhasil melayangkan tikaman ke arah Asahi. Namun, dengan refleks yang terasah, Asahi menghindar, meski beberapa serangan berhasil menyentuhnya. Rasa sakit di tubuhnya semakin terasa, tetapi tekadnya untuk maju melawan Sagaras lebih besar daripada rasa sakit yang ia alami.
Di sisi lain, Akira merasa terdesak oleh kekuatan Marshall. Dia berusaha sekuat tenaga untuk menjaga jarak, tetapi Marshall meluncurkan serangan yang semakin agresif. Akira merasakan napasnya mulai terengah-engah; menambah tekanan saat dia berusaha berlari dan menghindar.
“Oi, Akira! Kau bisa lebih baik dari ini!” teriak Asahi saat melihat sepupunya berjuang.
Akira menggigit bibirnya, mencoba fokus meskipun napasnya terasa sesak. Dia menyadari bahwa dia harus menggunakan kecepatan dan teknik untuk mengatasi kekuatan Marshall. Dalam serangan berikutnya, dia berhasil menghindari pukulan dan meluncurkan tendangan ke arah lutut Marshall, membuat pria besar itu terhuyung sedikit.
Marshall terbatuk dan menatap Akira dengan marah. “Kau memang licik, tapi itu tidak akan cukup!” dia melangkah maju, berusaha menghimpit Akira dengan serangan beruntun.
Sementara itu, Asahi merasakan tekanan dari Lily yang semakin meningkat. Dia mulai kehilangan ritme, tetapi hatinya bertekad. Dalam momen ketegangan itu, Asahi menemukan sebuah celah. Dengan keberanian, dia meluncurkan serangan terakhir, memanfaatkan teknik yang telah dia pelajari selama latihan.
Dengan gerakan cepat, Asahi berhasil mengunci lengan Lily dan memutar tubuhnya. “Sekarang!” dia teriak, menyadari bahwa ini adalah kesempatan untuk membalikkan keadaan.
Namun, sebelum Asahi bisa menyelesaikan serangannya, Lily dengan licik mengeluarkan pisau dari saku dan melayangkannya ke arah Asahi. Dia berhasil melukai lengan Asahi, membuatnya terhuyung kembali. Rasa sakit langsung menyebar, tetapi dia tidak akan membiarkan Lily menang.
“Dari mana kau belajar bertarung?” ejek Lily, senyumnya menipis saat melihat Asahi berjuang melawan rasa sakit.
“Dari semua orang yang seperti kau!” jawab Asahi, berusaha tidak menunjukkan kelemahannya.
Di sisi lain, Akira terdesak oleh Marshall yang melanjutkan serangan. Dengan rasa sakit yang menjalar di seluruh tubuhnya, Akira merasakan tekanan mental yang kuat. Dia perlu menemukan cara untuk mendapatkan kembali kontrol atas pertarungan.
Dengan satu langkah mundur, Akira memutuskan untuk melakukan manuver yang berisiko. Dia berpura-pura terjatuh, menarik perhatian Marshall. Ketika Marshall melangkah maju untuk menyerang, Akira menggunakan momentum untuk meluncurkan serangan balasan yang cepat, mengejutkan lawannya.
“Ini dia!” Akira melancarkan serangan, berhasil mengenai Marshall di sisi wajahnya.
Marshall terhuyung, merasakan efek dari serangan mendadak itu. “Kau memang punya sedikit keberanian, Akira. Tapi itu tidak akan cukup!” dia berseru marah, berusaha bangkit kembali.
Asahi, yang melihat rekannya berhasil, merasa terinspirasi. Dengan tekad yang membara, dia kembali menghadapi Lily. “Aku tidak akan membiarkanmu menang!” dia melawan rasa sakit dan menyerang kembali.
Berkat keberanian Akira, Asahi mendapatkan kembali ritmenya. Serangan bertubi-tubi meluncur ke arah Lily, dan meskipun Lily masih bertahan, terlihat jelas bahwa dia mulai kehabisan tenaga.
Dengan serangan yang semakin kuat dari kedua belah pihak, ketegangan di atap semakin meningkat. Asahi dan Akira bertarung tidak hanya untuk diri mereka sendiri, tetapi juga untuk satu sama lain—untuk melawan Sagaras dan semua yang telah mereka jalani bersama.
“Bersiaplah, Asahi! Kita bisa melakukannya!” teriak Akira, semangatnya mengalir dalam setiap serangan yang dia lepaskan.
Asahi mengangguk, merasakan kehadiran Akira di sampingnya. Dalam pertarungan ini, mereka bukan hanya bertarung untuk kemenangan, tetapi juga untuk menghentikan ancaman yang lebih besar yang bisa menghancurkan mereka semua.
Dengan semangat yang menyala, mereka berdua berusaha melawan lawan-lawan mereka, bertekad untuk tidak mundur—terlepas dari seberapa besar ancaman yang mereka hadapi.