Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.
Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.
Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berangkat bareng
24 Agustus 2022.
Pagi-pagi itu Gema sudah sampai di rumah mewah Raisa. Gema keluar dari mobilnya, tentunya dengan seragam sekolah rapi, ia mengenakan Hoodie hitam sebagai luaran karena pagi itu masih terasa dingin.
Ia melangkah mendekati Satpam, alias pak Joko yang duduk sedang berjaga di depan pagar.
“Pagi pak!” sapa Gema dengan ceria.
Pak Joko itu langsung menengok ke arah Gema yang berdiri di depannya.
“Loh, mas yang kemarin kesini kan?” tanya pak Joko untuk memastikan.
Gema mengangguk, ia tersenyum dan mengulurkan tangan besar dan beruratnya, mengajak berjabat tangan. “Iya pak, saya yang kemaren pagi. Nama saya Gema,”
Pak Joko membalas jabatan tangannya, “Masnya pasti mau ketemu non Raisa kan?” tebak pak Joko dengan wajah bercanda.
Gema mengangguk, senyumannya sedari tadi tidak luntur-luntur.
“Iya, kak Raisa ada gak?”
“Non Raisa ada kok, tapi jam segini dia masih tidur. Mas mau nungguin di dalam?”
“Mau pak, asalkan bapak atau ibunya kak Raisa gak permasalahin sih gak apa-apa,”
“Gak apa-apa kok, ayo masuk, sekalian sama mobilnya” pak Joko membuka pagar lebar-lebar.
Gema mengangguk, ia berjalan memasuki mobilnya, dan memarkirkan mobilnya ke dalam halaman rumah Raisa yang terbilang luas untuk rumah cluster di ibukota.
Saat masuk rumah, Gema terpukau melihat interior rumah Raisa yang beda dari yang lain, seperti didesain khusus untuk rumah Raisa.
Seorang ibu-ibu menggunakan daster menghampiri Gema.
“Eh, mas temennya non Raisa ya?” sapa Pembantu itu. Gema reflek tersenyum dan menyalimi pembantu itu.
“Nama saya Gema, bi,” ucap Gema memperkenalkan diri.
“Panggil saya bi Nara. Ayo mas silakan duduk dulu,” ucap bi Nara, pembantu rumah tangga Raisa.
“Kak Raisa udah bangun belum bi?” tanya Gema sembari duduk di sofa.
“Aduh, mas Gema datengnya kepagian, non Raisa masih tidur jam segini,” ucap bi Nara.
Gema hanya tersenyum canggung. Memang dasar Gema yang terlalu bersemangat untuk berangkat bersama Raisa.
Di jam 5.30 Gema sudah sampai dirumah Raisa. Mungkin bagi sebagian orang ini terlalu pagi, namun Gema tidak ingin membuang kesempatan. Pikirnya, jika ia datang lebih siang sedikit saja, pasti Raisa sudah berangkat ke sekolah dan meninggalkannya seperti kemarin.
“Mas Gema mau minum apa?” tanya Bi Nara.
“Teh anget aja bi, gulanya satu sendok makan ya,” jawab Gema dengan detail.
“Oke, mas Gema tunggu sebentar ya,”
Bi Nara berjalan meninggalkan Gema hendak ke dapur yang tidak terlalu jauh dari ruang tamu.
Gema masih menengok ke sekeliling ruang tamu, sebuah lukisan di dinding yang tidak pernah Gema lihat, seperti lukisan itu hanya dibuat hanya untuk rumah Raisa.
Sebenarnya yang membuat Gema bertanya-tanya adalah kemana orang tua Raisa? Kenapa rumah ini tampak sepi dan tak berpenghuni.
Tidak mungkin kan orang tua Raisa sengaja membelikan rumah sebesar ini hanya untuk gadis itu seorang berserta pendamping yaitu pak Joko dan Bi Nara?
Tak lama kemudian bi Nara berjalan sambil membawa segelas teh hangat.
Gema tersenyum, “Makasih ya bi,”.
“Non Raisa belum bangun juga ya, tunggu disini ya mas, bibi mau bangunin non Raisa dulu ya,” Bi Nara hendak naik ke atas untuk membangunkan Raisa.
“Eh tunggu bi! Biar saya aja yang bangunin. Bibi kasih tau aja dimana kamarnya kak Raisa,” ucap Gema.
“Oh mau bangunin toh. Kamarnya non Raisa ada di lantai dua, cari aja yang pintu kamarnya ada tulisan 'Raisa',”
“Oh ok bi,” Gema meminum sedikit teh hangatnya dan bangkit berdiri.
“Bibi ke dapur dulu ya, mau buat sarapan untuk non Raisa sama mas Gema,” Bi Nara kembali pergi ke dapur.
Gema melangkah menaiki tangga, tangga khas orang kaya. Ia menyusuri lantai dua yang terbilang sama luasnya dengan lantai satu.
Setelah beberapa menit mencari, Gema akhirnya menemukan kamar Raisa. Pintu yang terkesan mewah dengan penanda bertuliskan 'Raisa' yang sekitarnya dihiasi stiker Hello Kitty dan sebagainya.
Tok! Tok!
“Kak Raisa,” panggil Gema, tak ada balasan dari dalam.
“Kak! Udah bangun belom? Ini gua, Gema,” panggil Gema lagi, dan lagi-lagi tak jawaban.
Karena habis kesabaran, Gema berusaha mendorong pintu kamar Raisa. Untungnya, pintu itu tak dikunci.
Gema menggeleng. Disana, terdapat Raisa yang meringkuk di ranjang besarnya sembari memeluk erat-erat guling dengan sarung pink Hello Kitty, ia sangat nyaman dengan posisi itu.
Raisa menggeliat, ia mengubah posisinya, membelakangi Gema. Gadis berumur 17 tahun itu tak menyadari keberadaan Gema yang berada di kamarnya.
Gema menghampiri Raisa, ia berjongkok di pinggir ranjang. Memandangi wajah seniornya yang polos seperti bayi itu.
Gema tidak tega harus membangunkan bayi besar ini. Tapi jika ia tidak bangunkan, mereka akan telat ke sekolah.
“Kak, kak Raisa,” Gema menggoyangkan tubuh Raisa yang terbalut selimut tebal itu.
Tak ada respon.
“Kak Raisa, bangun!” Gema kembali mengguncang tubuh Raisa. Namun, yang ia dapatkan hanya racauan dari mulut gadis itu.
“Kak Raisa! Bangun! Ini gua Gema,” ucap Gema dengan kesekian kalinya.
Raisa menggeliat kecil, ia membuka matanya.
“GEMA!” Raisa bangkit dari tidurnya, dan menatap kaget Gema. “Se-sejak kapan kamu ada disini?!”
“Baru lima menit,” jawab Gema. Ia sangat gemas melihat wajah kaget Raisa, bercampur bangun tidur.
Raisa melirik jam yang berada di meja belajarnya, terlihat baru jam 5.50, Raisa menghela napas kesal.
“Ya ampun Gem, kamu dateng sepagi ini?”
Gema mengangguk polos. “Emang kenapa? Bagus dong, lebih cepet lebih baik,”
Raisa mengusap wajahnya kasar. Astaga! Gema ada-ada aja!
“Ngapain kamu dateng sepagi ini Gema Tangkas Merapi? Aku masih ngantuk tau nggak?!” kesal Raisa.
Ia kembali merebahkan tubuhnya ke ranjangnya.
“Kalo gua gak dateng pagi, lu bakalan ninggalin gua lagi. Udah, sana mandi. Gua tunggu di bawah,” ujar Gema.
Ia mengacak-acak rambut Raisa.
“Iih! Ngapain sih! Bikin rambut rusak, tau nggak?” protes Raisa.
...
“Gema,” Gema yang awalnya memainkan ponselnya langsung mendongak.
Melihat Raisa yang berjalan menuruni tangga dengan seragam rapinya, terpampang rasa kekesalan di wajahnya yang membuat Gema merasa Gemas.
Gema menyimpan ponselnya ke dalam saku hoodie nya. Lalu ia berjalan menghampiri Raisa yang duduk diujung anak tangga, sedang memakai sepatunya.
Gema berjongkok di depan Raisa, ia mengambil alih tali sepatu dari tangan seniornya itu dan mengikatnya.
“Aku masih marah sama kamu!” kesal Raisa, ia melipat kedua tangannya ke dadanya. Lalu ia buang mukanya ketika Gema menatapnya.
Gema terkekeh pelan, ia mencubit kecil hidung gadis itu. Gemes banget sih pacar orang
“Marah kok bilang-bilang,” Raisa mendengus sebal, ia masih enggan untuk bertatapan dengan Gema.
Gema sudah selesai mengikat tali sepatu Raisa, ia bangkit berdiri.
“Ayo sarapan, gua udah bikinin nasi goreng pake bakso kesukaan lu,”
Raisa menoleh, menatap serius ke Gema. “Serius?” Gema mengangguk pelan.
Raisa langsung berlari kecil menuju meja makan, dan benar, tersaji sebuah piring besar berisi nasi goreng dengan toping bakso.
“Kamu yang masak?”
Gema hanya menampilkan tersenyum hangat.
“Kok kamu bisa tau makanan favorit aku?”
“Udah ngambeknya?” Gema bertanya balik dengan senyuman yang menyebalkan menurut Raisa.
Raisa memutar matanya malas lalu mencebik. “Nyesel nanya!” Raisa mulai menyendokkan nasi gorengnya.
“Udah doa belum?”
Sendok ditangan kanan Raisa terhenti didepan mulutnya, bahkan mulut Raisa sudah terbuka.
Raisa menaruh kembali sendoknya dan berdoa, setelah itu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.
Raisa merogoh saku roknya, mengeluarkan ponselnya dan memainkannya, memastikan apakah ada yang menghubunginya.
...Adam...
Adam:
Sayang
Kamu udah berangkat?
^^^Raisa:^^^
^^^Ini lagi sarapan^^^
Adam:
Yaudah
Nanti kalo udah berangkat hati-hati ya
^^^Raisa:^^^
^^^Iya, kamu juga, semoga hari kamu bahagia^^^
Raisa mematikan ponselnya dan fokus makan.
Ting!
Ponselnya bergetar, Raisa langsung mengeceknya.
4 anak centil
Indah:
Raisa
Maafin kita ya🙏🙏
Gita:
Iya Ra, kita nggak bermaksud ngehina pacar, kita aja yang gak tau standar pacar
Kalo lu ngambek, masa cuman kita berdua yang ngadepin kepolosan Andra 🥺🥹🥹
Andra:
Kenapa gua dibawa-bawa
^^^Raisa:^^^
^^^Iya, gua maafin^^^
^^^Jangan diulangin lagi^^^
“Udah selesai? Ayo buruan, ntar gua tinggal,” tanya Gema yang sudah selesai sarapan.
Mendengar itu, Raisa langsung menaruh ponselnya dan cepat-cepat menghabiskan nasi gorengnya.
Gema terkekeh kecil. Lucu banget kelakuan pacar orang
bagus kok nevelmu
aku suka