Semua yang masih bersama memang pasti seakan tiada artinya. Penyesalan akan terasakan ketika apa yang biasa bersama sudah HILANG.
Andrian menyesali segala perbuatannya yang sudah menyiksa Lasya, istrinya. Sampai akhir dia di sadarkan, jika penyelamat dia saat kecelakaan adalah Lasya bukan Bianka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyoralina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Pukul 9 malam.
Andrian belum juga pulang. Ini sangat terlambat. Bahkan Lasya sudah menunggunya juga dari tadi.
Berkali-kali Lasya memperhatikan arah jam yang terus berputar.
Perasaan cemas seketika melandanya. Dia takut kalau suaminya terjadi apa-apa.
Dengan inisiatifnya sendiri, Lasya menghubungi nomor Andrian.
TUT....
TUT....
Dengan sabar Lasya menunggu.
TUT..
TUT..
" Kemana mas Andrian? Kenapa telepon ku tidak di jawab."
Semakin bertambah rasa khawatir ini. Dia menelpon lagi ke dua kalinya.
TUT...
" Hallo."
Bahagia sekali rasa Lasya saat suara Andrian terdengar dari balik telepon. Dengan sangat bersemangat dia mulai bertanya.
" Mas kamu dimana? Kenapa jam segini belum pulang?"
Layaknya istri baik pada umumnya. Lasya bertanya dengan mulai menunjukkan perhatiannya.
" Aku sedang ada acara di luar."
Balas Andrian terdengar dingin. Tapi Lasya tak mempermasalahkan itu.
Dengan masih antusias Lasya melanjutkan obrolannya. " Pulang jam berapa? Aku dari tadi sudah tunggu kamu?"
" Ck, jangan menungguku."
" Loh kenapa? Apa kamu bakalan pulang larut?" Lasya bertanya, sebab Andrian melarangnya menunggu. Bukankah itu aneh?
" Ck, jangan bertanya terus. Apa sebenarnya hak mu." Balas Andrian.
" Aku istrimu lo mas. Kamu tidak lupa kan? Jangan-jangan kamu sedang mabuk ya? Sekarang katakan dimana posisi mu? Aku akan menjemputmu." Ke was-wasan Lasya kembali mencuat. Dia takut Andrian mabuk parah dan di manfaatkan seseorang. Ya, itulah salah satu ketakutannya.
" Crewet sekali kamu ini. Sudah aku bilang kamu tidak punya hak. Jangan mengaturku."
Setelah mengatakan kemarahannya ini Andrian langsung menutup telepon.
" Mas, halo mas!"
Lasya melihat ke arah ponsel, dia lalu menggusar rambutnya ke belakang saat menyadari panggilan ini sudah terputus.
" Dimana sebenarnya mas Andrian? Apa aku cari dia saja? Tapi... aku cari dia kemana? Di kota ini banyak sekali club besar."
Lasya kebingungan sendiri. Dia memikirkan cara agar bisa bertemu dengan suaminya.
•
" Siapa sih An?" Bianka terus menuangkan wine ke dalam gelas kecil Andrian. Ya, mereka berdua sekarang sedang berada di sebuah Club. Dimana mereka berkencan di ruangan VIP.
" Bukan siapa-siapa. Hanya wanita culun" Andrian menerima gelas yang sudah di angkat oleh Bianka. Dia kembali menengak minuman yang sudah ke sepuluh kali dia tenggak.
" Aneh deh istrimu itu. Kenapa sih telepon segala. Protektif banget, apa dia lupa kalau kalian tidak saling cinta"
Bianka mengatakan ini dengan kesal. Dia cemburu.
" Biarin saja dia. Dia tidak penting" Merasa lelah, Andrian menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Menengadah menatap ke atas.
Bianka yang melihat Andrian yang mulai teler, seketika memeliki rencana bulus.
Dia tinggal menunggu Andrian benar-benar terbang.
•
Lasya terus berjalan mondar-mandir. Dia ingin bertanya, tapi ke siapa?
Lasya sama sekali belum mengetahui siapa saja yang dekat dengan Andrian.
Perasaannya semakin menjadi ketika jam dinding itu sudah berputar ke angka sepuluh.
Ini sudah sangat terlambat!
" Bagaimana ini? Aku tidak mungkin diam di sini terus. Sedangkan mas Andrian sedang mabuk di luar sana"
Lasya mengigit ujung kukunya.
TING...
Tak berselang lama. Di tengah kekalutannya ponsel Lasya menerima tanda pesan. Sangat terburu-buru dia membuka pesan itu.
Di sana sebuah pesan foto di kirimkan padanya.
Foto ini adalah..... foto Andrian bersama wanita lain.
Sedikit terkejut Lasya melihatnya. Tapi perasaan itu dengan cepat di enyahkan olehnya. Dia langsung menelpon nomor pengirim.
" Hallo. Bisa katakan dimana sekarang mas Andrian? Aku akan menyusulnya" kata Lasya dengan raut kekhawatiran.
" Cih, kamu tidak melihat pesanku ya" balas wanita yang sangat di yakini suara ini adalah suara wanita yang ada di dalam foto.
" Aku lihat kok. Tapi itu tidak penting. Aku harus kesana. Aku akan menyusul suamiku."
" Oo suamimu yaaaa... tapi... dia kok bisa denganku!" Seolah sengaja menyalakan api, wanita itu tanpa malu mengucapkan kata-kata lancang.
" Cepat katakan saja dimana kalian berada. Aku akan menyusul mas Andrian" Lasya terus menampik perasaannya. Prioritasnya adalah membawa pulang suaminya.
" Baiklah, kalau begitu kamu jemput suamimu ini. Tapi itu pun kalau dia mau"
Setelah mengatakan ini. Bianka langsung memutuskan panggilan.
Lalu sebuah sharelok di terima oleh Lasya. Lasya yang sudah mendapatkan arah tujuan langsung mengambil jaketnya dan tasnya. Dia berlari kecil keluar dari kamar.
Berlari masuk. Dia menelpon nomor yang tadi mengirimi nya pesan bergambar.
" Dimana posisi kamu? Aku sudah sampai di club." Lasya dengan suara sedikit keras mengatakan.
" Kamu masuk saja ke ruang VIP 3. Aku dan Andrian menunggu mu di sini."
Lasya langsung mematikan panggilan ini. Dia berlari mendekati bartender.
" ruang VIP 3 dimana ya?" Tanya Lasya.
" Silahkan anda lurus saja. Di sana ruang VIP nya." Balas Bartender dengan menunjukkan arah.
Lasya mengangguk. Tanpa mengatakan kata terimakasih dia pergi begitu saja.
Ruangan VIP ini sudah di temukan. Tanpa mengetuk pintu Lasya menyelonong masuk.
Tubuhnya seketika membeku saat melihat pemandangan yang seharusnya tak di lihat oleh matanya. Dengan mata kepalanya sendiri, dia melihat suaminya sedang berciuman dengan wanita yang ada di foto tadi.
Hati Lasya rasanya terhantam batu besar. Dada nya sangat terasa amat sesak. Dia bahkan tidak tau harus berbuat apa.
" Ah maaf." Bianka mengusap bibirnya. Dia berpura-pura tidak tahu dengan kehadiran Lasya di sana.
Dengan mulut terbungkam rapat dan tubuh yang sedikit sempoyongan. Lasya melangkahkan kaki nya maju.
" Aku harus menyusul Andrian." Ucapnya dengan sangat berat.
" Ya silahkan. Bukankah dia suamimu. Seharusnya dia di sini denganmu bukan denganku."
Seakan sengaja menyindir, Lasya sadar hal itu. Tapi dia tidak perduli. Dia sudah mulai membungkuk dan membantu Andrian untuk berdiri.
Susah payah dia memapahnya sampai ke mobil. Sekarang pasangan suami-istri ini sudah berada di dalam mobil yang sama.
Lasya menghela napas dengan sangat berat. Dia mengusap sudut matanya dan menghela lagi.
Tanpa berkata apa-apa dia melajukan mobilnya.
Sesampainya di rumah.
Lasya membaringkan tubuh berat Andrian. Dia meletakkan tasnya sendiri. Lalu memulai melepaskan Jas dan sepatu Andrian.
" Kamu pikir kamu siapa? Berani sekali kamu lancang! Kamu harus sadar posisimu bitch. Jangan meminta lebih dari ku."
Dengan mata terpejam Andrian mengoceh.