Kisah sederhana tentang dua anak manusia yng ingin saling menemukan kebahagiaan. Nia, gadis sebatang kara yang mentalnya hancur saat kecil karena orang-orang di sekitarnya. Bertemu dengan Bagus, laki-laki sederhana yang bekerja sebagai tukang bangunan. Niat tulus Bagus mampu membuat Nia luluh dan mau menjalin hubungan dengan Bagus hingga akhirnya menikah.
Bagaimana kisah keduanya? Yuk kita baca bersama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Muslikah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
6
~NIA~
Jujur saja beberapa hari ini perasaanku sedikit tidak tenang. Aku merasa sedang diamati oleh seseorang yang menjadi pekerja di proyek depan kosku. Seorang laki-laki yang cukup manis dengan postur tubuhnya yang tinggi dan gagah sering duduk di area depan proyek mengamati arah kamar kosku dan akan pindah saat lampu kamarku padam.
Jujur aku takut kalau laki-laki itu punya niat buruk padaku. Kami sering berpapasan saat beli sarapan atau makan. Laki-laki itu sebenarnya cukup sopan, tidak nampak juga matanya jelalatan tapi aku harus tetap waspada. Aku takut kalau dia ada niat jahat padaku.
Awalnya kupikir dia hanya iseng tapi kok semakin hari aku sering lihat dia duduk di area depan itu sendiri dan matanya selalu menatap ke arah kamar kosku. Membuatku harus semakin waspada. Apalagi kamarku letaknya paling ujung.
Pagi ini aku bangun lebih awal, terpaksa karena motorku sedang rusak dengan terpaksalah aku harus naik ojol. Sebelum berangkat kerja seperti biasa aku beli sarapan ditempat mak Karti dan tepat saat aku keluar gerbang kostku, bertepatan dengan laki-laki itu juga keluar dari area proyek. Tujuannya pun sama ke warung mak Karti.
Aku mencoba bersikap tenang dan laki-laki ini pun juga sama tenangnya. Kami duduk bersebelahan, aku dapat melihat kali laki-laki ini melirik padaku beberapa kali, tapi aku tak peduli. Asal dia masih sopan aku tak masalah. Saat aku keluar warung mak Karti aku sengaja berjalan pelan dan dapat ku lihat dari pantulan kaca rumah orang kalau laki-laki itu berusaha mengejarku. Tapi saat akan dekat laki-laki itu malah pelan jalannya.
Tak mau pusing dengan laki-laki itu aku pun segera sarapan dan berangkat kerja. Sengaja aku menunggu ojol di depan gerbang kos, dan benar saja laki-laki itu berada di area itu lagi. Sarapan sambil pura-pura melihat jalan.
"Awas lu ya " geramku.
.
.
"Mbak Nia tumben naik ojol? " Tanya Winda rekan kerjaku sesama BA kosmetik.
"Turun mesin motorku win, minta ganti mesin kayaknya" Jawabku sambil membetulkan riasan wajahku.
"Oh......nanti jadi ikut kan mbak? " Tanya Winda. Rencananya hari ini akan ada acara perpisahan salah satu BA yang akan resign karena akan menikah. Rencana akan makan-makan di rumah makan seafood.
"Jadi kok, aku naik ojek aja nanti"
"Oke deh" Winda pun berlalu menuju standnya.
Perkenalkan aku Kurnia Dewintasari, seorang BA produk kecantikan, bukan SPG ya karena jobnya memang berbeda. Tapi diluaran orang lebih suka memanggil profesi kayak aku ini SPG, yah aku iyain ajalah. Hampir lima tahun ini aku bekerja sebagai BA setelah sebelumnya menjadi anak pabrik. Awalnya cukup was-was juga kerja seperti ini karena ada tuntutan target, tapi setelah berjalan satu tahun aku enjoy saja. Toh aku kerja untuk diriku sendiri.
"Mbak Nia" panggil Aulia, salah satu marketing perumahan yang membuka stand di mall ini juga.
"Apa Aul? " Tanyaku balik.
"Ada mas Herman mbak, dari tadi lihat ke arah mbak terus" Bisik Aul. Mataku menangkap sesosok laki-laki tampan tengah duduk tapi menatap ke arahku. Aku tahu tapi tidak peduli.
"Direspon tho mbak, hampir setahun lho mas Herman suka sama mbak, gak kasian tho? " Lagi dan lagi kalau sama Aul itu saja yang di bahas.
"Enggak Aul, aku gak minat dekat sama bosmu, aku yang jelek kayak gini, berasa gak pantes dekat dengan bosku, berasa jongos sama majikan, aku cari yang biasa saja" Dalihku.
"Bening gini jongos, terus aku yang buruk ini apa mbak? , mbak ah" Ucap Aul manyun.
"Bosmu itu cocoknya sama bu LiLa noh, pas. Satu manajer satu mall, satu lagi manajer properti" Ucapku lagi.
"Lha wong mas Herman maunya sama mbak kok malah disuruh sama bu Lila, yo ndak mau to "
"Bodoamat, aku sibuk Aulia, sana temenin bosmu" Usirku pada cewek berbaju hitam itu.
Herman Adi Waskito adalah salah satu manajer muda di perusahaan yang bergerak dibidang properti. Berasal dari keluarga pebisnis, laki-laki berparas tampan campuran jawa tionghoa ini mengikuti jejak keluarganya. Ikut terjun di perusahaan properti milik keluarganya.
Lalu bagaimana aku bisa mengenalnya?. Jawabannya karena sering bertemu di mall saat dia buka stand. Awalnya aku tidak menyangka kalau laki-laki muda itu seorang manajer. Karena dia sering ikut pameran. Ikut menawarkan perumahan serta apartemen. Aku pikir dia seorang sales marketing biasa. Jadi aku pun biasa saja dengan Herman, ngobrol kadang juga makan siang bareng. Herman asik orangnya.
Hingga akhirnya setelah hampir enam bulan saling mengenal Herman menyatakan cinta padaku. Awalnya aku bingung, karena jujur aku nyaman dengan laki-laki itu. Aku meminta waktu padanya dan saat proses berpikir itulah aku baru tahu kalau Herman adalah manajer. Tanpa pikir panjang aku pun menolak Herman. Herman tidak terima dan menuntut penjelasan dariku. Tapi aku selalu menghindari laki-laki itu.
Aku jujur saja punya pengalaman buruk terhadap laki-laki, terlebih laki-laki yang memiliki jabatan, gelar, seragam dan kekuasaan. Aku tidak mau dekat-dekat dengan mereka. Aku ingin hidup tenang. Kelak bila memang aku ingin menikah aku ingin laki-laki biasa saja, tidak mau yang memiliki jabatan, gelar, seragam maupun kekuasaan. Meskipun sampai saat ini, saat usiku sudah 28 tahun aku belum juga mempunyai gambaran apakah akan menikah atau tidak. Pacar aja tidak punya, kok mikir nikah.
.
.
Pulang kerja seperti yang belah dijanjikan, aku bersama yang lain pergi ke salah satu restoran sea food memenuhi undangan seorang kawan.
Aku dengan yang lain datang dengan menggunakan taksi online. Acara hanya ngobrol dan makan lalu pulang. Aku pulang bersama Winda dan Sella naik taksi online.
Pukul tujuh malam kurang aku sampai di gang dekat kosku. Sengaja turun di sini karena masih ada Winda dan Sella. Jadi aku memilih untuk masuk gang jalan kaki.
Nah pas turun dari taksi mataku dengan jelas menangkap siluet laki-laki yang sering nangkring di depan kos dan mengintai kamarku. Aku pun berjalan pelan agar laki-laki itu lebih dekat padaku. Dan saat dia mulai mendekat aku pun segera berbalik badan. Menatapnya tajam. Laki-laki itu seperti maling yang tertangkap basah. Dia kelihatan binggung.
"Apa maksud mas setiap hari duduk mengamati arah kamar kost saya? " Ucapku ketus membuat laki-laki itu gagap seketika,
"Jawab? " Seruku lagi.
"Saya....tidak ada maksud jahat kok mbak" Ucapnya jujur.
"Terus? "
"Saya.....hanya....tertarik dan ingin kenalan dengan mbak saja" Aku melonggo mendengar jawaban laki-laki ini.
"Saya Nia dan bekerja sebagai BA" Ucapku akhirnya.
"Saya Bagus mbak, pekerja proyek depan kost mbak" Ucap laki-laki itu.
"Oke sudah kenal kan sekarang, jadi saya mohon jangan lagi mengamati kamar kost saya lagi, jujur rasa risih, karena saya tahu masnya sudah hampir sebulan ini sering mengamati kamar kost saya"
"Tapi saya tidak ada maksud jahat kok mbak, sumpah" Bagus mengangkat tangganya tapi aku seolah tidak peduli dan berbalik arah lalu berjalan ke arah depan.
.
.
.
slm kenao