Karya ini sudah tamat ya...
Tak pernah terpikir dalam hatinya menikah dengan suami orang, namun amanah sahabatnya sendiri yang membuat dirinya terpaksa menjadi istri dari suami sahabatnya sendiri.
Akankah keputusan itu di setuju keluarga???bisakah dirinya bisa di terima oleh suaminya??? Adakah cinta untuk istri yang tak di harapkan???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rasa yang lain
Malam Hari.
Zia membawa Nana yang tidur di gendongannya, kemudian membawanya ke kamar Alma, Zia ingin Nana merasakan keutuhan orang tuanya.
Tok
Tok
Tok
Zia mengetuk pintu kamar Alma, namun suara aneh yang terdengar dari balik kamar itu, membuat Zia sedikit merinding dan membalik badannya untuk pergi.
Ada sedikit rasa sesak yang menyeruak di dalam hatinya hadir tanpa di minta, bukan mau Zia namun entah rasanya Zia merasa bersalah memiliki rasa sesak yang hadir di hatinya itu.
"Ekhem. Ada Apa???" Suara Azzam di belakang hanya nampak kepalanya saja.
Zia menoleh nampak terlihat sedikit Alma yang berbalut selimut tebal di belakang kepala Azzam.
"Maaf. Aku pikir kalian ingin tidur bersama Nana setelah sekian lama tidak bersama...jadi aku berinisiatif membawanya saat sudah tertidur..." Ucap Zia menundukkan pandangan.
"Ckkk. Maaf. Besok saja, malam Ini Alma sangat lelah." Jawab Azzam lalu menutup pintu.
Zia semakin merasa sesak, "Astaghfirullah, sebenarnya Nana anak siapa??? Kenapa sikapnya seperti itu. Tak rindu kah mereka pada Nana." Zia membatin dan kembali ke kamarnya lalu meletakkan Nana di ranjangnya, memeluk tubuh anak kecil itu dengan sayang.
Sementara di kamar Alma, Azzam kembali menyelesaikan aktivitas yang sudah lama tidak mereka lakukan setelah Nana lahir, seperti orang yang sudah lama berpuasa sehingga saat ini dirinya ingin berbuka puasa dengan amat sangat lama dan sepuasnya.
"Mas. Kenapa tadi Zia?? " Tanya Alma di sela aktivitasnya.
"Sttt. Udah bahas yang lain nanti aja." Kata Azzam masih sibuk bergerak dengan buka puasanya.
"Tapi Mas. Zia pasti lelah mengurus Nana setiap hari. Aku juga rindu dengan Nana." Ucap Alma lagi.
"Ckk. Sudah lah Sayang. Tidak hanya Nana yang rindu, aku juga. Malam ini saja aku memilikimu seutuhnya, kita tidak tau apa yang akan terjadi esok hari. Mas ingin malam ini menjadi waktu kita berdua sepuasnya. " Ucap Azzam masih terus bergerak, membuat Alma pasrah dan terdiam.
Azzam sengaja bersikap seperti tadi pada Zia, dia ingin Zia menyadari posisi dirinya di rumah ini, Azzam ingin Zia sadar bahwa meskipun sudah menjadi istrinya Zia tidak akan mendapatkan sedikitpun hatinya.
Azzam ingin sampai nanti Zia tetap memiliki batasan di rumah ini, agar Zia tidak memiliki kesempatan untuk menyakiti hati Alma.
Azzam sadar dalam segi apapun Zia wanita yang sempurna, cantik, putih, tubuhnya pun juga menggoda karena Azzam pernah tanpa sengaja melihat Zia tertidur memeluk Nana di kamarnya, saat itu Zia tak berhijab dan memakai gamis namun tersingkap sehingga menampakan sedikit kaki hingga pahanya.
Azzam menyadari jika dirinya terlalu lama berinteraksi dengan Zia dirinya mungkin bisa luluh, apa lagi jika melihat ketulusan, kesabaran dan kepandaian istri keduanya yang tak memiliki cela sedikitpun.
Azzam tak mau dirinya goyah, selama Alma masih berada di hidupnya, dia ingin Alma menjadi satu-satunya wanita yang dia utamakan, dia ingin Alma merasa begitu dicintai sampai akhir tanpa merasa di khianati.
Azzam tak mau juga jika ada sisi rasa yang tumbuh di hati Zia untuknya, Dia tak ingin memberikan dirinya yang tak sempurna untuk seorang Zia yang sempurna.
Azzam merasa Zia pantas mendapatkan yang jauh lebih baik dan sempurna di bandingkan dirinya, makanya dia pun membuat benteng pemisah dengan sikap yang dia tunjukan pada Zia.
Azzam bertekad sampai kapanpun tidak akan menyentuh Zia, dia ingin jika tiba waktu Alma dan Nana sudah besar dan bisa memahami keadaan ini, Azzam ingin menceraikan Zia dalam kondisi utuh tanpa tersentuh, agar laki-laki nanti yang menikahi Zia tetap mendapatkan Zia dalam kondisi yang suci dan sempurna.
***
Pagi hari kemudian.
Azzam keluar dari kamar dengan rambut basahnya, dirinya ke dapur untuk minum, masih pagi karena baru saja adzan subuh. Azzam melihat Zia duduk di meja makan dan membereskan meja makan masih dengan memakai atasan mukena berwarna putih yang membuat wajahnya dari samping terlihat begitu cantik dan bersinar meski hanya memakai mukena saja.
Azzam hanya lewat tanpa bersuara, namun sempat melihat sepintas Zia yang bangkit dari duduknya. Zia bangkit menaruh piring yang dia gunakan untuk sahur, lalu mencucinya tanpa menoleh ke arah Azzam yang sedang duduk minum.
"Ekhm. Kamu puasa?? " Tanya Azzam pada akhirnya penasaran.
"Iya Mas." Jawab Zia tanpa menoleh.
"Kalau gitu jangan masak, beli makanan matang saja." Kata Azzam.
"Tak apa Mas. Aku sudah masak dini tadi, aku bisa hangatkan jika kalian mau makan. " Ucap Zia berbalik menatap Azzam.
Mata mereka saling menatap sekilas lalu keduanya memutuskan pandangan, Zia menundukkan kepalanya, sementara Azzam memilih menenggak minumannya.
"Baiklah kalau begitu." Azzam bangkit tanpa menoleh meninggalkan Zia, Zia pun melepas nafasnya yang sempat terasa sesak setelah bertatapan, Zia kembali ke kamar untuk shalat subuh.
Azzam berjalan dengan mengatur detak jantungnya yang tidak karuan setelah menatap mata indah yang penuh ketulusan itu.
Azzam masuk ke kamar dan di dalam masih ada Alma yang tertidur setelah shalat subuh tadi. Hari ini Azzam masuk sehingga dirinya bersiap untuk bekerja, semuanya sudah biasa dirinya siapkan sendiri sejak menjadi suami Alma, dirinya tak ingin Alma kelelahan karena menyiapkan keperluannya.
Cup
Cup
Cup
"Sayang. Sudah pagi,bangun yuk. Kita sarapan." Kata Azzam setelah mencium kening dan wajah Alma.
Alma membuka mata lalu bangkit dari ranjangnya, perlahan dirinya bisa jalan sekarang tak perlu lagi kursi roda namun memang tidak boleh terlalu lelah.
Alma di gendong Azzam keluar dari kamar tepat saat Zia menggendong Nana keluar dari kamarnya, kedua mata Zia dan Azzam bertatapan tanpa sepengetahuan Alma yang memeluk harum tubuh Azzam.
Alma di dudukan di atas kursi oleh Azzam sementara Nana di dudukan di atas kursi oleh Zia tepat di sisi Alma. Kemudian Zia menyiapkan makanan untuk Azzam, Alma dan Nana.
Zia menyuapi Nana sementara Alma menyuap makanannya sendiri, Azzam sibuk makan sendiri sesekali menyuapkan makanan ke mulut Alma.
"Loh Zia. Kamu kok gak makan??? " Tanya Alma saat Zia sudah selesai menyuapi Nana.
"Aku puasa. Kamu mau nambah biar aku ambilkan." Tanya Zia pada Alma.
"Astaga, udah cukup. Aku sudah kenyang. terimakasih Zia, kamu pasti lelah." Kata Alma merasa bersalah.
"Ckkk biasa aja Alma. Aku udah biasa begini." Jawab Zia lalu membawa piring kotor itu ke tempat cucian piring.
"Mas. Kamu apa tidak bisa mencari asisten rumah tangga??? pasti sulit jadi Zia, bekerja sekaligus merawat Nana, masih juga harus menyiapkan semua ini, bahkan membersihkan rumah." Kata Alma membuat Azzam tertegun, ada perasaan bersalah yang menyeruak di dalam hatinya.
***
Aku jadi bayangin Zia... sakit... 😭😭😭
Mau dong hadiah sama Vote nya... 😭😭😭