"Kamu kenal dengan saya?" tanya Kapten Zayden Khaled kepada gadis itu seraya menatapnya tajam
"Iya,kamu sepupu satu kali saya,kamu anak dari Puang Dewi Anjani,adik Bapak saya,jadi kita bersepupu kan" jawab Ayra tanpa ragu
"Kalau sudah tahu sepupu,kenapa masih mau menikah? kamu memang cinta sama saya?" tanya Zayden Khaled lagi
"Tidak ji,saya tidak cinta sama kamu,tapi Puang Dewi Anjani yang mau,jadi saya menuruti saja" jawab Gadis itu lagi
Zayden Khaled hanya menarik nafas panjang dan mengusap wajahnya dengan kasar.
Ayra Mikayla gadis yang cantik itu fakta yang tidak bisa dipungkiri,tapi jika harus membayangkan menikahi adik sepupunya sendiri,membuat Zayden Khaled pusing. dia frustasi dengan keputusan sang Mama tercinta,tapi apa daya dia, apa yang menjadi keinginan Mamanya itulah yang akan terjadi.
"Bagaimana dengan Emiliana,apa yang harus kusampaikan kepadanya" gumam Zayden Khaled
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon snow white, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 6
Ayra Mikayla akhirnya menyerah dan terduduk dengan lesu di depan sebuah toko perhiasan, hanya terdiam menyaksikan orang-orang yang ramai berlalu lalang,perutnya juga sakit menahan lapar.
Ditengah rasa putus asa nya,sebuah tangan yang kokoh memegang pundaknya,Ayra pun menaikkan pandangannya.
"Kak Zayden... Kak..." lirihnya
"Ayra kamu... berdiri cepat,saya bawa kamu ke tempat Mama" ucap Zayden dengan nada kesal
Ayra pun berdiri dan berjalan dengan lesu dibelakang Zayden. dari arah depan nampak segerombolan anak-anak ABG yang berjalan sambil tertawa. Zayden pun meraih tangan Ayra dan menariknya kearah sisi dalam lengannya.
"Kalau jalan di Mall buruan,jangan bengong, nanti bisa ditabrak orang" bisik Zayden
Mendengar itu Ayra merasa merinding,karena untuk pertama kalinya di usianya yang hampir menginjak dua puluh tiga tahun ini, baru kali ini ada seorang laki-laki yang menggandeng tangannya bahkan berbicara pada jarak sedekat itu dengannya.
"Ii... iya Kak,maaf" jawabnya terbata
Akhirnya Ayra pun bertemu dengan Ibu Dewi Anjani kembali.
"Auwweeee... anakku kodong... dari mana ki' Nak, khawatirnya mi' Puang,takut hilang ki' atau kenapa-kenapa ki',dehh..." ucap Ibu Dewi Anjani seraya memeluk Ayra
"Maafkan ka' Puang,saya juga salah,saya juga takut" ucap Ayra menahan tangisnya
"Oke mi' Ma,sudah ketemu kan,kembali ma' pale' ke Emiliana nah,menunggu di Salon itu kodong" ucap Zayden seraya berlalu
"Ehhh... sekalian mi' makan sama-sama disini, telpon saja Emiliana suruh kesini ketemu sama Mama,lama mi' juga tidak ketemu Mama" ucap Ibu Dewi Anjani
"Next time,jangan sekarang lah" ucap Zayden
Baru saja akan melangkah,tiba-tiba ponselnya berbunyi,nama Emiliana nampak menari dilayar ponselnya itu.
"Halo sayang,maafkan ka' baru mau ka' kembali kesitu nah" ucap Zayden
"Gak perlu sayang,saya dapat panggilan juga ini dari rumah sakit,ada pasien cito ku,buru-buru ka' juga,sudah datang temanku jemput ka' juga ini, pergi ma' dulu nah" ucap Emiliana
"Emilia,marah ki' kah?" tanya Zayden lagi
"Tidak ji',its oke ji',pergi mi' sama Mama ta',saya pulang duluan,oke,sudah mi' na tunggu ka' temanku diparkiran kodong" jawab Emiliana lagi
"Oke mi',hati-hati ki' sayang,minta maaf betul ka' kodong,sebentar pi' ku telpon ki' nah" ucap Zayden
"Oke" jawab Emiliana singkat dan telpon pun terputus.
Zayden menarik nafas panjang dan menoleh kearah sang Mama dan Ayra,yang refleks pura-pura tidak mendengar apa-apa. Ayra hanya tertunduk malu,sedangkan Ibu Dewi Anjani pura-pura membuka buku menu
"Iya,menang ki' Ma,pulang mi' Emiliana,jadi ki' makan sama-sama..." ucap Zayden seraya menarik kursi disamping sang Mama dan duduk dengan lemas
"Ihhh... ada apa kah? Mama ini tidak dengar apa-apa dan tidak tahu apa-apa" ucap Ibu Dewi Anjani seraya tersenyum tipis
"Sudah mi',pesan mi' makan cepat,itu Ayra sudah lapar,bunyi perutnya dari tadi" ucap Zayden seraya menunjuk Ayra dengan dagunya
"Oke mi',ayo Ayra Nak,pilih ki' menu apa yang mau kita makan,mumpung ditraktir sama Daeng Zayden,iya kan?" ucap Ibu Dewi Anjani lagi seraya menyolek pipi sang putra
Zayden pun mengangkat bahu.
"Terserah Mama lah" jawab Zayden malas
Mereka pun memesan makanan dan makan bersama sambil bercerita.
Zayden pun kembali ke asrama,sedangkan Ibu Dewi Anjani dan Ayra kembali ke rumah mereka.
Keesokan harinya,Ayra sudah siap untuk ikut bersama Ibu Dewi Anjani ke Sekolah yang dipimpin oleh Ibu Dewi Anjani.
"Sementara ini,sambil menunggu pendaftaran P3K terbuka,disini mi' dulu jadi tenaga harian lepas ya Nak,hitung-hitung cari pengalaman biar tidak setara UMR gajinya tapi Alhamdulillah ada ji' itu" ucap Ibu Dewi Anjani lagi memberi semangat kepada Ayra
"Iye' Puang" ucap Ayra
Ibu Dewi Anjani pun mulai memperkenalkan Ayra kepada rekan sejawat guru dan staff Tata Usaha Sekolah itu.
"Oke Ayra Nak,untuk saat ini,disini ki' tugas di bagian Tata Usaha dulu ya bantu Pak Arkana mengurus berkas-berkas penting Sekolah ini ya" ucap Ibu Dewi Anjani
"Iye' Puang,terimakasih" ucap Ayra
"Titip keponakan saya ya Pak Arkana,tolong diajari cara kerja di Kantor Tata Usaha itu seperti apa?" ucap Ibu Dewi Anjani
"Baik Bu,siap" jawab Arkana seraya mengaguk
Arkana pun mengajak Ayra berkenalan.
"Nama saya Arkana,panggil saja Pak Arka atau Kak Arka terserah,asal jangan panggil sayang" ucap Arkana bergurau
Ayra sedikit terkejut mendengar itu dan tertunduk malu.
"Hei... becanda ja' jangan masukkan dalam hati ya" ucap Arkana lagi
"Ohh iya,Pak... tidak apa-apa ji'" jawab Ayra
"Oh ya,mulai saja dari akumulasi absen ya,susun absen itu sesuai urutan kelas,nanti kita hitung sama-sama" ucap Arkana seraya menunjuk berkas di atas sebuah meja
"Baik Pak" jawab Ayra seraya mulai membuka berkas absensi itu
Arkana melirik Ayra sejenak dan melanjutkan tugasnya lagi.
Zayden memulai latihan dengan hati yang tak karuan,ponsel Emiliana belum juga aktif sejak semalam.
"Marah ki' sayang?" tulis Zayden dalam pesannya sebelum naik ke pesawat tempur itu