Alena merupakan putri dari pasangan Abimanyu dan Zahra. Abimanyu merupakan pengusaha yang sangat sukses. Kekayaannya tidak main-main. Mungkin sampai tujuh turunan kekayaan itu tidak akan habis.
Alena merupakan anak tunggal. Dia selalu dimanja dan dilimpahi kasih sayang yang berlimpah. Meski begitu tidak membuat Alena menjadi sombong.
Kehidupan Alena berubah seratus delapan puluh derajat semenjak tragedi yang menimpah keluarganya.
Kedua orang tua Alena terbunuh saat mereka sedang merayakan ulang tahun Alena yang ke tujuh belas tahun. Keduanya di tembak di depan matanya.
Alena sendiri berhasil selamat dari kejaran pembunuh, karena loncat kedalam jurang. Beruntung nyawanya masih bisa terselamatkan.
Bagaiamana Alena melanjutkan hidupnya?
Akankah ia berhasil membalas orang yang sudah membunuh kedua orang tuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurul Senggrong, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sadar
Alena kembali membuka matanya, setelah tidur selama satu setengah jam. Dia bangun dengan keadaan lingkung . Pandangannya kosong.Untung ada Cahya yang mengembalikan kesadarannya.
"Kamu sudah bangun. Apa yang kamu rasakan?"
Alena menoleh. Dia menatap Cahya dengan pandangan sendu. Seolah mengerti apa yang sudah dirasakan oleh Alena, Cahya pun memeluk tubuh Alena yang masih terbaring di atas ranjang.
"Menangislah jika itu membuatmu lebih baik. Namun setelah itu kamu harus kembali bangkit. "
"Terimakasih, " ucap Alena dengan tulus. Apa yang diucapkan Cahya memang benar. Dia tidak boleh lemah. Dia harus bangkit untuk membalas semua perbuatan orang-orang yang sudah membuat kedua orang tuanya terbunuh.
Karena Alena terlihat tenang, Cahya melepas pelukannya. Dia membantu Alena yang ingin duduk.
"Mau minum? " tawar Cahya yang dijawab gelengan kepala oleh Alena.
"Apakah kakak yang sudah menolongku? "
"Bukan. Suami kakak yang sudah menemukan mu di pinggiran sungai saat sedang bekerja. "
"Kok bisa?"
"Kenapa nggak bisa? "
"Setahuku, Aku terjatuh di jurang."
"Jadi berita yang ada di media itu memang benar?"
"Berita apa? "
Cahya menunjukkan berita yang lagi viral di media sosial. Sebenarnya ia masih ingin menyembunyikannya dari Alena. Namun karena Alena sudah membahasnya, jadi ia tanyakan saja sekalian.
Betapa terkejutnya Alena melihat berita tersebut. Tanpa sadar ia meremas ponsel ditangannya dengan erat.
"Biadab! " pekik Alena yang membuat Cahya terkejut. Dia tidak menyangka Alena akan bereaksi seperti itu. Namun ia masih diam untuk memberi waktu bagi Alena.
"Berita itu semua bohong. Itu semua sudah menjadi rencana mereka! "
"Apa maksudmu? "
Alena terdiam mendapat pertanyaan dari Cahya. Dia belum kenal sama sekali sama Cahya. Bagaimana mungkin ia menceritakan permasalahannya.
"Maaf aku belum bisa cerita, " ucap Alena dengan menunduk.
"Its' oke, apa ada saudara yang ingin kamu hubungi? "
Alena mencerna pertanyaan dari Cahya. Dari informasi yang ia terima tadi, Alena yakin jika tragedi yang menimpa dia dan kedua orang tuanya sudah direncanakan dengan baik.
Apalagi setelah mengetahui identitas dari salah satu pelaku. Mengingat hal itu membuat Alena geram.
"Bolehkah aku tinggal disini sebentar? kalau sudah pulih _"
"Tentu saja boleh. Kakak akan sangat senang. Selama ini kakak sering kesepian , " ucap Cahya dengan riang. Padahal Alena belum menyelesaikan ucapannya. Namun Cahya sudah menebak apa yang ada dalam pikirannya.
"Bukankah sudah ada suami kakak,"
"Benar sih. Tapi suami kakak sering tugas di luar. Pulangnya pun tidak pasti. Jadi kalau ada kamu kamu kan Kakak bisa ada temannya. "
"Memangnya suami kakak bekerja sebagai apa, kok sepertinya sibuk sekali?"
"Nanti kalau suami kakak pulang, kamu bisa berkenalan langsung dengannya. Sekarang lebih baik kamu makan dulu. Sudah beberapa hari kamu belum makan. Kakak sudah siapkan bubur untuk kamu makan. Tunggu sebentar ya, " tanpa menunggu persetujuan Alena, Cahya keluar dari kamar untuk mengambil bubur yang masih ada di dapur.
Alena yang ditinggal sendiri di dalam kamar, menatap kosong ke depan. Mulai saat ini ia harus merencanakan semuanya dengan baik-baik.
"Ayo makan dulu, " ucap Cahya yang tiba-tiba saja sudah ada di sampingnya. Ditangannya sudah ada semangkok bubur yang masih hangat. Dilihat dari tampilannya terlihat menggiurkan. Semoga saja rasanya tidak kalah dengan rasanya.
Cahya menyuapi Alena makan dengan lembut. Mungkin karena perutnya sudah lama tidak diisi, tak terasa satu piring ia habiskan semua.
"Mau nambah lagi? "
"Sudah kenyang, Kak. "
"Kalau begitu, kakak simpan piringnya dulu ke dapur."
Alena menganggukkan kepalanya. Setelah itu Cahya pun kembali keluar dari kamar.
Adit pulang keesokan harinya. Dia pulang membawa beraneka ragam kebutuhan rumah tangga. Mumpung ada kesempatan untuk berbelanja di kota.
Selesai makan malam, Adit dan Cahya menghampiri Alena di kamarnya.
Tok tok tok
"Masuk! "
Adit dan Cahya pun masuk kedalam kamar Alena. Saat ini Alena sedang duduk sambil membaca novel yang dipinjami oleh Cahya.
"Apa kami mengganggu?" tanya Cahya yang dijawab gelengan kepala.
"Kakak mau mau mengenalkan kamu pada suami kakak. Namanya Aditya. Kamu bisa panggil Aa' Adit atau bang Adit juga boleh. Tapi jangan mas Adit, itu panggilan kesayangan ku, " cerocos Cahya yang membuat Adit maupun Alena melongo.
"...? "
"... "
"Kok malah pada diam-diaman, sih? " tegur Cahya dengan cemberut.
"Maaf, " ucap Adit dan Alena secara bersamaan.
"Giliran satunya ngomong, satunya ikutan ngomong juga," gurau Cahya sambil terkekeh.
"Terimakasih sudah menolong Ale, " ucap Alena sambil menatap Adit yang juga sedang menatapnya.
"Tidak masalah. Sudah seharusnya sesama manusia saling tolong menolong. Kalau boleh saya tahu, apa benar berita yang sedang viral di media sosial itu? " tanya Adit yang tidak bisa menahan rasa penasarannya. Padahal tadi Cahya sudah menanti untuk tidak menanyakan hal tersebut.
"... "
Alena terdiam. Dia bingung mau jawab apa. Cahya merasa tak enak padanya. Diam-diam Cahya mencubit perut sang suami.
"Maafkan_"
"Kakak dan abang tidak salah. Sebenarnya alasan aku bisa jatuh ke jurang karena... "
Alena menceritakan semuanya dengan jujur. Meski harus diselingi dengan tangisan. Bukan hanya Alena saja yang menangis, Adit yang gagah sekalipun menitikkan air mata. Jangan tanya soal Cahya, wanita itu sudah menangis tergugu.
"Jadi kamu mengenal salah satu dari pelaku? "
"Benar bang. Dia merupakan orang yang dipercaya oleh papa untuk menjaga villa itu. "
"Dilihat dari rencana yang tersusun dengan matang, pasti ada orang yang berada di belakangnya. "
"Untuk itulah aku tidak ingin menghubungi keluargaku. Aku_"
"Kamu bisa tinggal di rumah ini semaumu. "
"Terimakasih."
"Istirahatlah."
semangat terus berkarya kak author 🙏👍🏻
Tetap semangat kak author dalam berkarya 👍👍♥️