Pembalasan Alena

Pembalasan Alena

Alena Aurora Pratama

"Saat Ale ulang tahun nanti, kita jadi liburan ke villa kan Pa? " tanya Alena pada sang papa. Dia menatap sang papa dengan penuh harap.

Abimanyu yang sebelumnya fokus dengan ponsel yang ada di tangannya langsung menoleh pada sang putri. Tangannya terulur untuk mengelus rambut Alena dengan lembut.

"Tentu saja Sayang. Papa sudah mengosongkan jadwal Papa untuk beberapa hari saat hari itu tiba. Tapi apa tidak sebaiknya kita buat pesta saja di rumah? " bujuk Abimanyu. Bukan tidak ingin menuruti keinginan sang putri. Hanya saja dia ingin ulang tahun Alena di rayakan lebih meriah dari tahun-tahun sebelumnya.

"Ale tidak mau pesta. Setiap tahun kita sudah buat pesta yang meriah. Untuk tahun ini Ale ingin suasana yang berbeda. Ale ingin merayakan ulang tahun bersama anak-anak panti. Setelah itu kita liburan di Villa Papa yang ada di Bandung. Sudah lama kan kita tidak kesana, " jawab Alena mengutarakan keinginannya.

"Lagi ngobrolin apa nih , kok kayaknya seru banget? " tanya Zahra yang baru saja dari dapur. Di tangannya ada secangkir kopi buat sang suami dan juga sepiring pisang goreng.

"Ale tanya rencana minggu depan, " jawab Abimanyu sambil meletakkan ponselnya di atas meja.

"Oh... "

Zahra meletakkan cangkir yang berisi kopi itu di atas meja. Kemudian mendudukkan dirinya di samping kanan Abimanyu. Sedangkan Alena di sebelah kirinya.

"Ada pisang goreng hangat nih. Kayaknya nikmat banget dimakan hujan-hujan begini, " kata Abimanyu . Dia langsung mengambil satu dan mencomotnya.

"Enak banget. Dapat pisang dari mana, Ma? " tanya Abimanyu sambil menikmatinya.

"Dari kebun lah. Pisang yang ditanam Pak Daud sudah tua dan matang . Rasanya enak, kan? "

"Enak banget. Tapi kok pisangnya beda , tidak seperti biasanya? " tanya Abimanyu heran.

"Beda gimana? "

"Bentuknya lebih besar kayak... " Abimanyu tidak meneruskan ucapannya. Dia mengerling nakal kearah Zahra.

Untungnya otak Alena masih polos. Jadi tidak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Papanya. Tapi tidak dengan Zahra yang mengerti arah pembicaraan Abimanyu. Apalagi sudah hampir seminggu ia menerima tamu bulanan. Namun ia masih membalas ucapannya dengan ucapan yang masuk akal.

"Ya beda lah. Biasanya kan pisang candi. Kalau yang ini kan_"

"Kok malah bahas pisang sih. Gimana nih lanjutannya? " protes Alena dengan cemberut.

Melihat wajah cemberut Alena malah membuat Zahra dan Abimanyu tertawa lepas. Gadis yang sebentar lagi berusia tujuh belas tahun itu nampak imut , membuat keduanya gemas.

"Sehat-sehat selalu Sayang. Mama sama Papa sangat menyayangimu. Tenang saja apapun yang kamu inginkan akan kami usahakan selagi kami mampu memenuhinya, " ucap Zahra dengan lembut.

Alena tersenyum dan memeluk kedua orang tuanya. Dia sangat beruntung menjadi seorang putri dari Abimanyu dan Zahra. Di sela-sela kesibukan mereka, Alena masih tetap menjadi prioritas.

"Terima kasih sudah menjadi orang tua Ale, " ucap Alena dengan tulus.

"Kami sangat beruntung memilikimu Sayang."

"Kok jadi mello gini sih. lebih baik kita makan pisang gorengnya mumpung lagi hangat, " celetuk Abimanyu membuat Alena melepas pelukannya dengan bibir mengerucut.

"Papa nggak asyik. "

"He he he he. "

Ketiga orang itu menikmati pisang goreng sambil terus berbincang. Alena menceritakan kegiatan apa saja yang ia lakukan selama seharian. Tidak ada yang ia sembunyikan.

Bahkan urusan percintaannya pun, Alena ceritakan pada orang tuanya. Baik Abimanyu maupun Zahra selalu mendukungnya asal tidak melampaui batas.

Saat ini Alena sudah duduk di kelas dua belas SMA Tunas Bangsa. Dia mengambil jurusan Ilmu Pengetahuan Alam. Karena kepandaiannya dia berada di kelas IPA 1.

Alena memiliki dua orang sahabat. Ketiganya bersahabat sejak Taman Kanak-kanak. Meski sering terjadi pertengkaran kecil, namun persahabatan mereka tetap langgeng hingga saat ini.

"Kalian dengar gosip terbaru nggak? "

Diandra yang baru datang, langsung heboh. Dia merupakan salah satu sahabat Alena. Hobinya bergosip. Gadis itu tidak pernah ketinggalan dengan gosip terbaru yang ada di sekitarnya.

Alena dan Citra saling pandang kemudian menggeleng secara bersamaan.

"Gosip apaan memangnya? " tanya Alena kepo.

"Arka sama Sesil jadian, " ujar Diandra heboh.

Deg!!!

Ekspresi Alena langsung berubah. Dia merasakan nyeri di dadanya.

"OMG, kamu nggak salah dengar kan? " tanya Citra sambil menatap Alena. Apa yang dikhawatirkan terjadi. Wajah Alena yang sebelumnya nampak antusias kini terlihat cemberut.

"Ya nggak lah. Lagian aku tadi papasan sama mereka . Keduanya jalan sambil gandengan tangan. Mesra banget loh "

"Lo nggak papa kan Le? "

Sudah bukan rahasia lagi jika Alena menyukai Arka. Bahkan gadis cantik itu menyukai Arka sejak bangku SMP. Ia kira perasaannya hanya sesaat, namun hingga saat ini nama Arka masih bertengger dalam hatinya.

"Hufh... mau bagaimana lagi. Mungkin sudah saatnya buat moveon, " jawab Alena dengan sendu.

Citra dan Diandra saling pandang. kemudian keduanya merangkul Alena secara bersamaan.

"Setuju banget. Masih banyak kok cowok yang lebih tampan dari Arka, " ucap Citra memberi semangat.

"Jangan konyol, Kita semua tahu jika Arka cowok tertampan di SMA Tunas Bangsa, " sindir Diandra dengan telak membuat mulut Citra langsung terdiam.

"Bisa saja Alena bertemu anak kuliahan yang lebih tampan dan macho darinya. Siapa tahu kan, " ucap Citra tak mau kalah.

"Tapi_"

"Terimakasih sudah menjadi sahabatku, " ucap Alena dengan tulus.

Bukan hanya ketiga sahabat itu saja yang bergosip tentang Arka. Teman-teman yang lain pun sama. Bahkan gosip itu sudah tersebar mulai dari kelas sepuluh hingga kelas dua belas. Maklum Arka merupakan cowok terpopuler di SMA Tunas Bangsa.

Pembicaraan ketiga sahabat itu akhirnya berakhir saat bel berbunyi. Satu persatu siswa mulai memasuki kelas. Pelajaran di mulai saat guru memasuki kelas.

"Selamat pagi anak-anak! " sapa sang guru pada para murid.

"Selamat Pagi Pak Guru! " sahut para murid.

"PR minggu lalu di kumpulkan. Hari ini kita akan melakukan ulangan Harian. "

"Kami belum belajar, Pak!" celetuk salah satu siswa.

"Siapa suruh tidak belajar, " sindir Pak guru.

"Kan pak guru minggu lalu tidak bilang mau ulangan."

"Memangnya belajar harus kalau ada ulangan? "

"Bukan begitu sih Pak. Tapi kan_"

"Hu u u u u u, " sorak siswa yang lainnya, membuat suasana kelas menjadi ramai.

Mau tidak mau ulangan masih terus dilanjutkan. Alena dengan santai mengerjakan soal yang diberikan oleh Sang Guru. Untungnya dia selalu meluangkan waktunya untuk belajar setiap hari.

Setelah bergelut dengan pelajaran yang menguras tenaga akhirnya Bel istirahat pun berbunyi. Alena dan kedua sahabatnya langsung bergegas menuju kantin. Perutnya sudah meronta-ronta ingin segera diisi.

Saat di tengah perjalanan Alena melihat Arka bersama sahabat-sahabatnya sedang berjalan kearahnya. Diantara mereka juga ada Sesil yang dikabarkan sebagai kekasih Arka .

Jika biasanya Alena akan langsung berlari menghampirinya, namun tidak untuk saat ini. Alena langsung menggeret kedua sahabatnya untuk berbelok kearah yang lain. Kebetulan mereka ada di persimpangan jalan.

"Ternyata ideku benar-benar manjur. Lihat kan... Alena sudah tidak lagi lengket sama Arka, " ucap Brian dengan sombong. Dia merupakan salah satu sahabat Arka yang paling cerewet.

"Memangnya jamu apa kok manjur segala, " cibir Kevin.

"Itu kan cuma perumpamaan. "

"Percuma tiga tahun di kelas bahasa. Bahasa Lo nggak ada kemajuan sama sekali. "

Arka tidak menghiraukan perdebatan tidak penting kedua sahabatnya. Ada perasaan lega dan juga tidak biasa yang ia rasakan. Namun ia tidak tahu apa itu.

Terpopuler

Comments

IndraAsya

IndraAsya

👣👣👣

2024-06-22

0

meMyra

meMyra

ok mantap 👍👍lanjut bab 2

2024-06-09

1

Anonymous

Anonymous

ok

2024-06-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!