NovelToon NovelToon
Istri Dosen Galak

Istri Dosen Galak

Status: tamat
Genre:Tamat / Dosen / Diam-Diam Cinta / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:5.5M
Nilai: 4.6
Nama Author: Kunay

Sebuah perjodohan membuat Infiera Falguni harus terjebak bersama dengan dosennya sendiri, Abimanyu. Dia menerima perjodohan itu hanya demi bisa melanjutkan pendidikannya.

Sikap Abimanyu yang acuh tak acuh membuat Infiera bertekad untuk tidak jatuh cinta pada dosennya yang galak itu. Namun, kehadiran masa lalu Abimanyu membuat Infiera kembali memikirkan hubungannya dengan pria itu.

Haruskah Infiera melepaskan Abimanyu untuk kembali pada masa lalunya atau mempertahankan hubungan yang sudah terikat dengan benang suci yang disebut pernikahan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kunay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertengkaran

Fiera sama sekali tidak cemburu melihat kedekatan yang diperlihatkan oleh Abimanyu dan juga dosen baru yang datang bersamanya ke kantin. Satu-satunya hal yang membuatnya terkejut adalah sikap Abimanyu.

Selama ini, pria itu selalu acuh tak acuh pada siapa pun, tapi sekarang dia hanya diam, menurut, dan duduk di sudut kantin, menikmati makan siang bersama teman dosennya yang baru dan juga beberapa dosen yang lainnya.

Setelahnya, Fiera sama sekali tidak menganggap keberadaan Abimanyu di kantin itu, dia bercanda dengan dua temannya dan juga beberapa teman sekelasnya yang datang—duduk di meja yang sama bersamanya.

Sore hari, Fiera kembali ke rumah lebih cepat. Dia melihat kalau Abimanyu belum kembali. Sepertinya, pria itu akan kembali malam hari seperti biasanya.

Begitu masuk ke dalam rumah, Fiera langsung bergegas menuju dapur untuk meletakkan makanan yang dibelinya.

Hari ini, gajinya sebagai penulis online telah sampai di rekeningnya. Jadi, dia membeli beberapa makanan enak untuk makan malam. Tentu saja, Fiera hanya membeli untuk dirinya sendiri.

Sejujurnya, pernikahan yang dijalani Fiera sama sekali tidak sehat. Dia seperti tinggal bersama dengan orang asing yang membiayai kuliahnya.

Ya, dia cukup bersyukur dengan hal itu. Akan tetapi, untuk kebutuhan lainnya Fiera sama sekali tidak mendapatkannya dari Abimanyu. Dia harus memenuhinya sendiri dari bekerja paruh waktu sebagai penulis online.

“Setidaknya, aku masih beruntung bisa meneruskan kuliah,” gumamnya, menghela napas berat.

Hal itu terjadi karena sikap Abimanyu yang acuh tak acuh. Abimanyu akan memenuhi semua kebutuhan rumah tangga mereka. Kulkas yang tidak pernah kosong dengan makanan sehat. Segala keperluan rumah, semuanya terpenuhi. Hanya saja, pria itu tidak pernah memberikan uang untuk kebutuhan pribadi Fiera. Tepatnya, Fiera tidak pernah meminta.

Hal itu dipicu karena hubungan mereka yang berjarak, hingga Fiera berpikir kalau apa yang Abimanyu lakukan untuknya sudah cukup—membiayai kuliahnya dan juga menyediakan tempat tinggal untuknya. Fiera membalasnya dengan cara mengerjakan pekerjaan rumah dengan baik.

Saat akan melangkah menuju kamar, ekor matanya menangkap bungkusan paket yang kemarin sore dia buang karena sudah tidak layak. Fiera teringat perintah Abimanyu untuk menghubungi ibu mertuanya dan juga meminta maaf.

Fiera mengeluarkan ponsel dan segera menghubunginya. “Assalamualaikum, Bu.”

“Waalaikum salam, Nak,” sahutnya dari ujung panggilan itu. “Bagaimana, Fier, apakah paketnya sudah sampai?”

Fiera menggigit bibirnya, merasa bersalah. Ibu mertuanya sangat baik dan selalu mengingatnya jika dia membuat sesuatu. “Maaf, Bu, sebelumnya, ini kesalahan Fiera. Sebenarnya... kemarin Fiera sudah menerima paket itu... .” Fiera segera menjelaskan situasinya. Dia berulang kali meminta maaf dan menyesal.

Sama sekali tidak terdengar kemarahan dari suara ibu mertuanya. Wanita yang sudah melahirkan suaminya yang galak itu justru tertawa. “Ibu pikir kenapa. Tidak apa-apa. Namanya juga kelupaan, kan? Sudah, jangan merasa bersalah begitu. Ibu akan kirimkan lagi nanti.”

Fiera menghela napas lega. Ibu mertuanya memang sangat baik. Jauh berbeda dengan Abimanyu yang jarang sekali bicara, tapi sekali membuka mulut, seperti bubuk cabe—bikin pedih kuping dan hati.

Fiera terkekeh memikirkan hal itu.

“Oh, iya, Fier, ibu rencananya minggu depan akan datang ke Jakarta karena ada seminar yang harus dihadiri oleh ayahmu.” Ibu mertua melanjutkan.

Ayah mertuanya adalah seorang dokter di rumah sakit ternama di Palembang. Acap kali, ayah mertuanya mengisi seminar dan juga kelas terbuka di universitas di Jakarta.

Fiera tercenung dengan ucapan ibu mertuanya.

Datang ke Jakarta?

“A-apakah ibu akan menginap?” tanyanya sedikit gugup.

“Tentu saja, berapa lama kita tidak bertemu? Ibu merindukan kalian.”

Memang, setelah menikah, hanya membutuhkan tiga hari saja mereka berkumpul sampai Abimanyu membawa Fiera ke Jakarta.

“Ba-baiklah, Bu. Fiera akan menyampaikannya sama Mas Abi.”

Setelah mengucapkan beberapa patah kata, panggilan ditutup dengan salam.

Fiera meneruskan langkahnya menuju kamar dengan lesu, memikirkan ucapan ibu mertuanya. Bagaimana kalau mereka tahu mengenai situasi pernikahan mereka? Bagaimana kalau mertuanya tau?

Itu pasti akan membuat mertuanya sedih, selain itu bagaimana dengan nasib orang tuanya? Fiera juga tidak bisa membayangkan gimana sedihnya orang tuanya.

Besok adalah hari liburnya. Dia memiliki banyak tugas yang harus dikerjakan dan juga hukuman Abimanyu yang harus diserahkan ... besok.

Tentu saja, baik di rumah atau pun di kampus. Fiera hanya seorang mahasiswa di mata Abimanyu. Tidak pernah ada perlakukan istimewa. Malah, di rumah kadang Abimanyu lebih menyebalkan kalau sudah membuka mulutnya.

Fiera masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri, lalu keluar kamar setelah tubuhnya kembali segar dengan membawa beberapa buku dan juga laptop miliknya.

Ruangan yang ditujunya, tentu saja ruang kerja Abimanyu. Dia harus mengerjakan tugas-tugasnya sebelum suaminya pulang.

Fiera meletakkan barangnya di atas meja, lalu melangkah menuju rak milik Abimanyu.

Beberapa buku masih berserak, seperti saat dia meninggalkannya tadi pagi. Fiera masih membutuhkan buku lainnya sebagai referensi. Dia juga ingin mengambil buku yang pernah dibacanya. Jadi, mudah untuk dia membuat tugas resensinya.

Jari-jarinya yang lentik menelusuri rak buku untuk mencari judul yang dicarinya. Sampai matanya menangkap jajaran buku di bagian atasnya bertuliskan ‘My Words’.

“Ah, aku lupa kalau Pak Abi juga seorang penulis.” Fiera terkekeh saat menyadari itu, dia menikah hampir satu tahun, tapi dirinya sama sekali tidak mengetahui dunia yang dijalani suaminya itu.

Fiera langsung bergerak mengambil salah satu buku yang ada di sana, tapi tiba-tiba sesuatu jatuh dari dalam bukunya. Fiera segera mengambilnya dan melihat.

“Aku mencintaimu seperti aku tidak akan pernah terluka.” AS

“Aku selalu ingin mengubah segalanya, hanya kamu yang tidak pernah ingin kuubah.” AS

Fiera menyipitkan matanya membaca inisial nama diujung kata-kata puitis yang ditulis Abimanyu di atas kertas pembatas buku.

Ada sesuatu yang hangat menjalari tubuhnya. “Apa itu kekasihnya?” Fiera menggelengkan kepalanya, mengenyahkan segala prasangka. Memangnya kenapa kalau itu memang kekasih Abimanyu?

Dia seharusnya tahu, bagaimana hubungan mereka terjalin sejak awal. Perjodohan yang mendadak dibuat oleh orang tua mereka. Fiera yang hanya ingin melanjutkan kuliah dan Abimanyu yang tidak bisa menolak permintaan kedua orang tuanya.

Fiera meletakkan kembali kertas-kertas itu, lalu menyimpannya di tempat semula. Setelahnya, dia mengambil buku yang dibutuhkan.

Fiera mengabaikan tulisan-tulisan Abimanyu di dalam bukunya. Dia menekuri semua buku yang ada di hadapannya.

Kebanyakan dari buku-buku itu bergenre daily life, Fiera cukup senang dengan hal itu karena dia bisa mengambil banyak pesan di dalamnya.

Malam hari, Abimanyu kembali ke rumahnya. Saat mobilnya masuk ke halaman, rahangnya mengeras saat menyadari kalau rumah itu masih gelap. Dia yakin kalau Infiera sudah pulang sejak sore, tapi kenapa wanita itu membuat rumahnya gelap gulita?

Kebiasaan buruknya tidak pernah berubah sama sekali.

Abimanyu melangkah menuju saklar dan menyalakan semua lampu bagian uar dan dalam rumah itu.

Seperti yakin kalau Infiera ada di ruang kerjanya. Benar saja, wanita itu ada di sana—berbaring dengan buku di depan wajahnya dan kaki kanan menopang kaki kirinya. Wanita itu terkejut saat pintu ruangannya terbuka.

“P-Pak Abi sudah pulang.” Fiera gugup dan bangun, selama ini dia tidak pernah secara terang-terangan masuk ke dalam ruangan itu, tapi sekarang Abi melihatnya ada di sana.

Apa lagi, ruangan itu terlihat kacau dengan banyak buku yang berserak di atas meja dan juga sofanya.

“Apakah kau tahu sekarang jam berapa?” tanya Abimanyu dengan suara dinginnya.

Fiera menoleh ke arah jam dinding. Dia terkejut karena ternyata waktu sudah menunjukkan hampir pukul tujuh malam. Tidak terasa, dia sudah hampir tiga jam di ruangan itu.

“Maaf, aku sama sekali tidak sadar—“

“Tentu saja kau tidak sadar, karena kau terlalu asyik bersantai.” Mengingat bagaimana posisi Fiera saat Abimanyu membuka pintu. Dia sedikit salah paham. Padahal, yang dilakukannya sejak tadi adalah mengerjakan tugas dan bekerja.

“Maaf,” lirih Fiera. Dia sungguh tidak menyadarinya. Kebiasaan buruknya saat berhadapan dengan buku-buku. Fiera selalu lupa waktu.

“Seharusnya gunakan sedikit otakmu supaya kebiasaan burukmu tidak pernah terulang terus-menerus.”

Deg!

Lagi. Abimanyu menyebut Fiera tidak memiliki otak dalam melakukan sesuatu. Sakit rasanya mendengar hal itu. Padahal, Fiera hanya lupa untuk menyalakan lampu di rumah itu. Kenapa Abimanyu harus menghinanya seperti itu?

Fiera merasakan matanya memanas, tapi dia segera menahannya, sebelum akhirnya dia bangkit dari duduknya.

“Iya, aku minta maaf. Aku janji—“

“Tidak perlu berjanji jika kau akan terus mengulanginya. Lebih baik—“

“Lebih baik apa, hah? Kau mau menyuruhku meninggalkan rumah ini? Katakan saja, aku akan melakukannya kalau begitu. Hanya karena aku lupa untuk menyalakan lampu, kau mengatakan aku tidak punya otak? Kenapa kau selalu memperhatikan semua kesalahanku di rumah ini? Sedangkan kau tidak pernah peduli dengan hal baik yang aku lakukan di sini.”

Fiera terengah, entah kekuatan dari mana dia berani melawan Abimanyu yang selama ini selalu saja marah jika dirinya melakukan kesalahan.

Abimanyu terkejut dengan keluhan Infiera. Ini pertama kalinya dia melihat wanita itu marah dengan ucapannya. “Apa kau begitu membenciku? Kalau begitu, katakan pada ibu kalau kau sudah tidak bisa meneruskan pernikahan ini.”

Setelah mengatakan itu, Fiera melangkah melewati Abimanyu yang terpaku dengan ucapannya. Pria itu terlalu terkejut. Abimanyu mengusap wajahnya kasar. Dia juga tidak mengerti ada apa dengan dirinya? Kenapa dia bisa semarah itu pada Fiera, padahal semua itu sudah sering terjadi.

Sial! Umpat Abimanyu. Dia sedikit merasa bersalah dengan ucapan kasar dari mulutnya.

Sebenarnya, suasana hatinya sudah sangat buruk ketika dia masih berada di kampus, melihat Fiera yang bersikap acuh tak acuh saat dia berbicara dengan Gerald, temannya. Apa lagi, saat di kantin Fiera begitu akrab dengan taman-temannya, tertawa lepas. Dia tidak pernah melakukannya di hadapan Abimanyu.

1
SUGA 💙💚💛💜💝💘
bagus
rina Rismayanti
Luar biasa
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
AndriYani
Luar biasa
RinaWati Rimaswan
Nyeseuk bngt baca'y sampe gk sadar keluar air mata 😭😭😭😭 Serasa aq yg ada dlm cerita'y saking meresapi cerita'y
Diah Mistianti
2 ;"
micii
nyesek baca nya
Fera
Luar biasa
Fera
Lumayan
Umriyah Purnawati Sholikhah
nah loh,,,seorang istri itu perasaannya peka banget.ati2 loh Bi
Yenny Wishnutama
Luar biasa
Azriel
Kecewa
Azriel
Buruk
Erwin Cuantiq
Luar biasa
Febby Fadila
di perbanyak untuk sabar ya bi
Febby Fadila
gerald 😂😂😂😂😂😂
Febby Fadila
yaaaa babang Ge blom jg kenal orngx sdah di blok aha /Curse//Curse//Curse/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!