Baru satu minggu Khalisa kehilangan pria yang menjadi cinta pertamanya, 'AYAH'. Kini dia harus menyaksikan Devan, sang tunangan selingkuh dengan Viola, kakak kandung Khalisa.
Belum juga selesai masalahnya dengan Devan dan Viola. Khalisa dibuat pusing dengan permintaan Sonia, kakak sepupu yang selalu ada untuk Khalisa, setiap gadis itu membutuhkannya. Sonia meminta Khalisa menggantikannya menikah dengan Narendra, pria yang sudah selama tiga tahun ini menjadi kekasih kakak sepupunya itu.
Sedangkan hati Khalisa mulai jatuh pada sosok Abian, dosen pembimbingnya yang sering memberikan perhatian lebih.
Bagaimana Khalisa menghadapi kerumitan hidupnya setelah di tinggal pergi sang ayah?
Apakah Khalisa menyetujui permintaan Sonia?
Yuk simak ceritanya di 'Selepas Cinta Pertama Pergi'
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6. Merayakan Keberhasilan
Setelah puas membeli beberapa pakaian kerja, Khalisa mengajak Sonia untuk duduk di salah satu tempat makan yang ada di mall yang mereka kunjungi.
Sengaja Khalisa mencari tempat duduk yang dipojok dan dipinggir jendela, sehingga mereka leluasa melihat keluar. Pembicaraan mereka tentang Devan sebelumnya terputus, karena mereka sudah tiba di mall dan langsung memburu pakaian yang diperlukan Khalisa.
Tadinya Sonia yang akan membayar belanjaan Khalisa. Tentu saja Khalisa menolak dan menjelaskan kalau dia tadi pagi bertemu Narendra dan diberi uang untuk beli pakaian kerja. Sonia tidak terkejut lagi mendengarnya. Karena dia tahu pasti alasan tunangannya sangat baik pada Khalisa.
"Jadi apa yang ingin kamu jelaskan pada Kakak? Maksud Kakak, dari mana kamu tahu Devan selingkuh?" tanya Sonia.
Khalisa menarik napas panjang lalu menghembuskannya dengan berlahan. Dia butuh asupan oksigen yang banyak untuk menceritakan kembali apa yang dialaminya hari ini pada Sonia.
"Ica mau cerita, tapi jangan dipotong ya Kak." ucap Khalisa dan langsung disetujui oleh Sonia.
Selanjutnya Khalisa menceritakan apa yang terjadi padanya mulai dari dia wawancara, lalu bertemu Narendra dan dia yang sebelumnya ingin membeli pakaian kerja memutar arah pulang karena Viola menunggunya di rumah. Sampai disana, Sonia masih bersikap santai mendengar cerita Khalisa sambil sesekali menyesap minuman dingin yang dia pesan.
"Terus?" ucap Sonia meminta Khalisa melanjutkan ceritanya.
Khalisa menaruh minumannya kembali ke atas meja. Setelahnya, barulah dia kembali menceritakan apa yang terjadi setelah tiba di kediaman ayah Arsyad. Sampai dia melihat bagaimana Devan dan Viola menikmati permainan mereka tanpa menyadari kehadiran Khalisa.
Sonia menutup mulutnya yang menganga dengan kedua telapak tanganya. Pertama, dia tidak percaya Devan selingkuh. Melihat dari bagaimana Devan selama dua tahun terakhir ini mengejar cinta Khalisa. Kedua, Sonia tidak percaya, selingkuhan Devan adalah Sonia.
"Mereka tidak saling kenal, Ca." sanggah Sonia. Dan Sonia baru percaya setelah Khalisa membuktikan dengan rekaman video yang gadis itu sempat ambil.
Sekali lagi Khalisa bersyukur dia sempat berpikir untuk merekam apa yang terjadi. Jika tidak, semua orang pasti akan menuduhnya mencari alasan untuk pisah dengan Devan. Selama ini semua orang tahu, Devan yang berjuang sendirian agar bisa bersama Khalisa. Sementara gadis itu hanya bersikap biasa saja pada Devan, walau akhirnya dia menyerah karena Devan terus membuktikan niat baiknya untuk menikah dengan Khalisa.
"Lalu apa yang adik Kakak lakukan?" tanya Sonia penasaran.
Cerita Khalisa sedikit banyaknya mirip dengan masalah yang sedang Sonia hadapi. Jika Devan sengaja selingkuh, tidak dengan Sonia. Dia melakukan satu kesalahan, hingga masuk dalam jebakan teman yang ingin menghancurkan karirnya. Musuh dalam selimut.
Sekarang posisi Sonia dalam ambang kebimbangan. Pria yang tidur dengannya tidak ingin melepaskannya begitu saja. Pria itu mengikatnya karena ada janin yang tak berdosa dalam perut Sonia. Dia juga tidak tahu harus bagaimana berhadapan dan bicara dengan kedua orang tuanya dan Narendra.
"Mengembalikan cincin pertunangan kami ke tante Karlina." jawab Khalisa.
Khalisa sudah melakukan hal yang tepat. Tidak ada penghianatan yang bisa dimaafkan. Tapi kasus Sonia tentu saja tidak sama denga Khalisa. Karena Narendra bukan Khalisa.
Sonia terdiam. Khalisa sudah bisa megambil keputusan tentang hubungannya dengan Devan. Bagaimana dengan dia yang masih tarik ulur untuk bicara dengan Narendra? Sonia tidak tahu bagaimana dia berhadapan dan memberitahu Narendra tentang kondisi dirinya saat ini.
Sonia bahkan sering menghindar, tidak sanggup untuk bertemu dengan calon suaminya. Setelah satu kesalahan yang dia buat, baru satu kali dia bertemu Narendra, si saat pemakaman ayah Khalisa.
Tidak ada yang bicara setelah Khalisa menjawab pertanyaan Sonia. Khalisa sibuk dengan pikirannya sambil memasukan kentang goreng kedalam mulutnya. Sementara Sonia sibuk membalas pesan dari seeorang yang selalu ingin tahu keberadaanya akhir-akhir ini.
"Ca, ada teman Kakak yang mau ikut bergabung dengan kita. Boleh?" tanya Sonia meminta izin.
Mana bisa Khalisa menolak permintaan Sonia. Tentu saja gadis itu mengizinkan permintaan kakak sepupunya itu. Salahnya, Khalisa tidak bertanya siapa teman Sonia yang akan bergabung dengan mereka. Khalisa kira wanita, tapi ternyata dua orang pria tampan.
"Ca, ini pak Sultan ceo yang perusahaan sekarang mengontrak Kakak jadi modelnya." ucap Sonia memperkenalkan Sultan pada Khalisa.
"Dan ini...?" Sonia menoleh pada pria yang datang bersama Sultan.
"Abian, saudara saya." ucap Sultan menyebut nama Abian yang datang bersamanya, karena Sonia belum mengenal pria itu.
"Ini Khalisa, adik saya." ucap Sonia pada Sultan dan Abian.
"Senang bisa bertemu dengan kamu, Khalisa. Sonia dan Abian selalu saja menyebut nama kamu setiap kali bicara dengan saya." ucap Sultan yang membuat Khalisa menatap penuh tanya pada Sonia dan Abian bergantian.
"Kakak hanya bilang, punya adik yang baik dan pintar yang bernama Khalisa." ucap Sonia menjawab pertanyaan yang Khalisa lontarkan lewat tatapannya.
"Saya hanya bercerita punya mahasiswi yang pintar." ucap Abian ikut menjelaskan.
Sultan berdecak geram mendengar jawaban Abian yang tidak mau jujur tentang perasaannya pada Khalisa.
"Dan juga cantik. Abian itu sangat mengagumi kamu, Khalisa." ucap Sultan menambahkan.
"Jadi Khalisa dan pak Abian sudah saling kenal?" tanya Sonia penasaran.
"Pak Abian ini dosen pembimbing Ica, Kak." jawab Khalisa dan Sonia mengangguk anggukan kepala tanda mengerti
Setelah berkenalan, Sonia mempersilakan Sultan dan Abian duduk. Mereka menikmati sore itu ditemani dengan secangkir kopi dan kudapan ringan sambil berbincang. Pembicaraan yang lebih didominasi oleh Sultan dan Sonia mengenai pekerjaan mereka.
Sesekali Sonia memperhatikan Abian yang terus menatap Khalisa teduh, terlihat jelas kalau pria itu punya perasaan dengan adiknya. Sonia harus bagaimana? Dia punya rencana lain untuk Khalisa setelah mengetahui adiknya itu membatalkan pertunangannya dengan Devan.
Tidak jauh dengan Sonia, Khalisa juga memperhatikan Sultan yang menatap Sonia penuh cinta. Mengapa Khalisa merasa ada sesuatu yang akan terjadi nantinya.
"Ca, kamu lanjutkan ngobrol dengan pak Abian. Kakak dan pak Sultan harus pergi sekarang. Ada pekerjaan yang harus kami selesaikan. Tidak apa-apa, kan?" ucap Sonia tiba-tiba.
"Tidak apa-apa. Sebentar lagi Ica juga pulang." jawab Khalisa. Sudah Khalisa katakan, dia itu sulit untuk menolak permintaan Sonia. Lagi pula, dia sudah biasa berdua dengan Abian, kan?
"Khalisa, bagaimana hasil wawancara kamu hari ini?" tanya Abian.
"Saya diterima bekerja di Wiranata Group. Terima kasih ya Pak. Pak Abian sudah banyak membantu saya selama ini." ucap Khalisa tulus. Dia benar-benar berterima kasih pada Abian yang banyak membantunya selama kuliah dan menyelesaikan skripsi, lalu memberinya peluang pekerjaan.
"Satu kali lagi kamu berterima kasih, saya harus kasih kamu hadiah, Ca." ucap Abian bercanda.
"Bapak bisa saja." balas Khalisa dengan wajah yang merona karena Abian sekarang ikut memanggilnya Ica.
"Ca, bagaimana kalau kita rayakan keberhasilan kamu?" tanya Abian.
Khalisa diam, dia tidak tahu harus merayakan dengan cara apa jika itu bersama Abian. Seandainya Abian itu seperti teman-temannya, ditraktir makan bakso saja mereka sudah sangat senang. Tapi ini Abian, dosen yang terkenal tajir melintir dari keluarga terpandang. Apa iya mau diajak makan dipinggir jalan? Atau di restoran ayahnya saja?
"Kita nonton. Mau, Ca." ucap Abian lagi, seolah paham dengan apa yang Khalisa pikirkan.
"N... nonton? Di bioskop?" tanya Khalisa. Abian mengangguk.
"Film kesukaan saya dan kamu sudah tayang sejak dua hari yang lalu lho Ca." jawab Abian.
"Benarkah?" gumam Khalisa dengan dahi berkerut.
Devan sudah berjanji akan membelikan tiket begitu film kesukaan Khalisa itu tayang perdana di bioskop. Khalisa menghela napas. Dia terlalu mengandalkan Devan untuk membelikannya tiket. Bagaimana pria itu akan ingat dengab janjinya jika dia sibuk dengan Viola.
"Ca, tiga puluh menit lagi filmnya diputar." ucap Abian mengingatkan Khalisa yang hanya diam saja.
"Ayo kita ke atas Pak. Tapi saya simpan belanjaan saya dulu di mobil." ucap Khalisa dan disetujui oleh Abian.
Khalisa tidak percaya kalau Abian masih ingat perbincangan random mereka disela-sela membahas tugas skripsi. Salah satunya membahas film thriller yang akan tayang. Bolehkah Khalisa senang?
***
Abian sudah membeli tiket. Mereka memang merayakan keberhasilan Khalisa, tapi Abian tidak mengizinkan Khalisa yang membayar tiketnya.
"Tunggu kamu gajian kalau mau traktir saya Ca." ucap Abian. Pintar sekali pria itu. Itu berarti akan ada kesempatan untuk mereka bisa pergi bersama lagi. Bolehkah Abian menganggap ini kencan pertama mereka?
"Saya akan traktir Bapak nanti, setelah gajian." ucap Khalisa. Abian tersenyum. Dia tahu seperti apa Khalisa. Orang yang selalu menepati janji.
"Kita tunggu di depan studio saja." ucap Abian sambil menenteng makan dan minuman yang baru dia beli.
"Sini Pak, Ica bantu bawakan." ucap Khalisa yang tanpa sadar menyebut namanya sendiri, bukan lagi saya.
"KHALISA AULIA ARSYAD."
Deg.
Khalisa tahu, akan ada hal yang tidak menyenangkan yang akan terjadi. Benar kan? Khalisa harus menutup wajah karena malu. Andai saja dia punya kantong ajaib seperti Doraemon, Khalisa akan mengeluarkan pintu kemana saja untuk pergi dari tempat itu.
...◇◇◇...
Siapa kira-kira yang buat Khalisa malu?